Filosofi Ogoh-ogoh yang Selalu Hadir dalam Parade Menjelang Nyepi

Filosofi Ogoh-ogoh yang Selalu Hadir dalam Parade Menjelang Nyepi
info gambar utama

Setiap tahunnya, umat Hindu di Bali menyambut Hari Raya Nyepi dengan sebuah parade atau kirab yang meriah. Pelaksanaan parade ini dilakukan satu hari sebelum perayaan Nyepi.

Salah satu hal yang cukup menarik perhatian adalah adanya sebuah makhluk mitologi yang bernama ogoh-ogoh. Karakter dari makhluk ini digambarkan dengan wajah yang menyeramkan. Meskipun begitu, kehadiran dari ogoh-ogoh ini ketika festival selalu dinantikan.

Lalu, apa sebenarnya makna dari ogoh-ogoh ini dan mengapa ia kerap kali muncul ketika festival menjelang perayaan Nyepi di Bali? Mari kita ketahui lebih lanjut soal ogoh-ogoh ini.

Bali Damai dan Toleran, Nyepi dan Awal Ramadan Jatuh Bersamaan Bukan Masalah

Memeriahkan tradisi Ngerupuk

Ogoh-ogoh sendiri merupakan sebuah karya seni berbentuk patung yang selalu ada ketika Hari Pengrupukan. Yang mana, pelaksanaannya dilakukan sehari sebelum Nyepi dengan ritual khusus.

Tetapi, pelaksanaan tradisi yang bernama Ngerupuk ini bukanlah tanpa alasan. Bersumber dari situs Pemerintah Kota Denpasar, tujuan dari upacara ini adalah untuk mengusir Bhuta Kala atau kejahatan yang dilakukan ketika sore (sandhyakala) setelah dilaksanakan upacara mecaru di rumah.

Bhuta Kala sendiri merupakan representasi dari Bhu atau alam semesta serta Kala yang berarti waktu. Ini adalah sebuah manifestasi dari hal-hal seperti keburukan maupun kejahatan.

Pengerupukan sendiri dilakukan dengan cara memukul benda tertentu atau kentongan hingga gaduh, menebar nasi tawur, mengobori rumah, hingga menyemburkan rumah dengan mesiu.

Segala hal tersebut dilakukan agar hal-hal buruk tersebut bisa hilang. Terkhusus di Bali, pelaksanaan Pengerupukan ini juga turut dimeriahkan dengan sebuah pawai ogoh-ogoh besar-besaran.

Penamaan ogoh-ogoh sendiri asalnya dari kata ogah-ogah yang dalam bahasa Bali artinya adalah digoyang-goyangkan.

Memahami Rangkaian Upacara Nyepi di Bali dan Makna di Baliknya

Penggambaran hal-hal buruk

Ogoh-ogoh inilah yang menjadi penggambaran dari Bhuta Kala tersebut. Sehingga, biasanya wujud dari patung ogoh-ogoh ini berbentuk seram dengan postur tubuh yang besar.

Salah satu yang umum dijadikan sebagai penggambaran ogoh-ogoh adalah makhluk Raksasa. Selain itu, terdapat juga ogoh-ogoh dengan rupa dari makhluk-makhluk mitologi Hindu lain seperti gajah dan naga.

Dalam perkembangannya, representasi hal buruk dari ogoh-ogoh tidak hanya sekedar bersumber dari makhluk mitologi saja. Ada pula yang menggunakan rupa dari orang-orang yang terkenal atau penjahat yang sudah umum dikenal.

Oleh karena itu, ketika ogoh-ogoh ini sudah selesai dibuat dan diarak pada parade ketika senja hari, patung tersebut pun dibakar dengan filosofi bahwa keburukan sudah hilang.

Pembuatan ogoh-ogoh ini biasanya merupakan hasil dari himpunan dana bersama dari masyarakat atau dengan bantuan dari pihak tertentu. Untuk semakin menyemarakkan festival ini, biasanya juga terdapat kompetisi untuk ogoh-ogoh terbaik sesuai daerah.

Kini, festival ogoh-ogoh ketika satu hari sebelum Nyepi juga sudah mulai banyak dilakukan di daerah lain, seperti Banyuwangi dan Solo untuk menyemarakkan suasana layaknya parade di Bali.

Filosofi Merehatkan Bumi dengan 5 Hal Saat Nyepi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini