Kisah Sarip Tambak Oso, Sang Robin Hood dari Sidoarjo yang Sakti

Kisah Sarip Tambak Oso, Sang Robin Hood dari Sidoarjo yang Sakti
info gambar utama

Mungkin kita sudah familiar dengan cerita mengenai Robin Hood, yaitu mengenai seseorang yang rela mencuri barang tertentu dari orang-orang yang kaya untuk dibagikan kepada orang lain yang dirasa membutuhkan atau kesulitan dari segi finansial.

Namun, tokoh yang memiliki sifat seperti cerita rakyat Inggris tersebut juga bisa ditemui di cerita rakyat Indonesia, yaitu dari tutur turun temurun masyarakat Sidoarjo yang memiliki sosok pahlawan bernama Sarip Tambak Oso.

Cerita ini memiliki latar belakang di Desa Tambakoso, sebuah wilayah di Kabupaten Sidoarjo yang kini termasuk ke dalam Kecamatan Waru. Dikisahkan bahwa daerah Tambak Oso terbagi atas dua wilayah yang dipisahkan sungai, yaitu Kulon Kali dan Wetan Kali.

Wetan Kali inilah yang menjadi tempat dari Sarip, yang mana ia dikenal sebagai jagoan di daerah tersebut. Sementara untuk di wilayah Kulon Kali, jagoannya bernama Paidi, seorang kusir yang memiliki senjata andalan bernama Jagang Baceman.

Sarip memiliki sifat yang pemarah, keras, tetapi sangat peduli dengan masyarakat yang miskin. Ibunya juga seorang janda yang juga tergolong kurang mampu dan sangat ia sayangi.

Dalam masyarakat yang hidup dalam bayang-bayang kemiskinan, Sarip memiliki ide tersendiri untuk membantu mereka. Caramya adalah dengan menjadi pencuri yang punya hati untuk membantu orang-orang miskin agar bisa hidup dengan layak, setidaknya untuk makan.

Biasanya, rumah atau bangunan yang menjadi target dari operasi pencuriannya adalah rumah saudagar yang pelit, rentenir yang suka memeras, atau orang-orang Belanda. Karena tindakannya yang demikian, ia kerap menjadi buronan pemerintah Belanda.

Sosok Kyai Bonokeling, Misteri Dibalik Leluhur Masyarakat Adat Banyumas

Konflik antara kedua jagoan

Pada suatu hari, Sarip menemukan Ibunya sedang diserang oleh Lurah Gedangan karena tidak mampu membayar pajak tanah garapan tambak. Setelah melihat situasi itu, Sarip merasa marah dan memutuskan untuk membunuh Lurah Gedangan menggunakan pisau dapur sebagai senjata.

Di lain hari, diceritakan bahwa adik sepupu Sarip yang bernama Saropah sedang pulang setelah menagih hutang orang-orang untuk orang tuanya. Di tengah perjalanan, ia bertemu Sarip yang mau meminjam uang darinya.

Karena ditolak, Sarip pun meminta Saropah untuk memberikan arloji yang dipakainya. Saat perselisihan terjadi, Paidi tiba-tiba muncul dan hendak menjemput Saropah. Orang tua Saropah telah mempercayakan Paidi untuk menjaga keamanan Saropah dari orang-orang yang tidak menyukainya.

Setelah terjadi perdebatan antara Sarip dan Paidi, keduanya kemudian melakukan duel. Sarip menggunakan sebilah pisau dapur sedangkan Paidi menggunakan Jagang Baceman yang lebih panjang.

Namun, pisau dapur tidak mampu menandingi kekuatan Jagang Baceman sehingga Sarip tewas dalam perkelahian tersebut. Mayatnya kemudian dibuang ke sungai Sedati.

Di bagian bawah sungai Sedati, Ibunda Sarip yang dikenal dengan sebutan "Mbok e Sarip" sedang mencuci pakaian ketika tiba-tiba dia melihat ada warna merah darah mengalir di sungai.

Dia kemudian mencari sumber darah tersebut dan terkejut melihat bahwa sumber warna merah itu adalah mayat anaknya. Dia spontan menjerit sambil berteriak bahwa waktu Sarip belum tiba.

Kisah Mbah Boncolono, Maling Sakti dari Kediri yang Ditakuti Belanda

Kesaktian Sarip

Namun, yang mengejutkan, Sarip bangkit dari kematian dan berlari menemui ibunya. Dia bertanya pada ibunya apa yang terjadi padanya dan mengapa dia tidur di sungai.

Ibunya kemudian bercerita bahwa saat Sarip masih dalam kandungan, ayahnya pernah bertapa di Goa Tapa di daerah Sumber Manjing selama beberapa waktu. Ayahnya kembali saat anak keduanya telah lahir dan membawa sebongkah kecil tanah merah yang disebut "Lemah Abang".

Tanah tersebut kemudian dibelah dan diberikan pada Sarip dan ibunya untuk dimakan. Ayah Sarip pernah mengatakan bahwa Sarip dapat bangkit dari kematian jika ibunya masih hidup, bahkan jika dia terbunuh 1.000 kali sehari.

Namun, sayangnya kelemahan Sarip ini diketahui oleh pihak yang tidak senang dengan keberadaan Sarip di desa tersebut. Setelah mengetahui bahwa ibunya yang menjadi rahasia kesaktian Sarip, polisi, kompeni Belanda, serta perangkat desa akhirnya membunuh ibu Sarip baru kemudian membunuh Sarip.

Jadi, seperti itulah kisah dari Sarip Tambak Oso dari Sidoarjo. Meskipun dianggap sebagai cerita rakyat, tetapi ada juga yang meyakini bahwa Sarip ini memang merupakan sosok yang nyata. Kisah Sarip Tambak Oso juga kerap dilakonkan dalam pentas-pentas ludruk.



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini