Situasi Mencekam hingga WNI Dievakuasi, Apa yang Sebenarnya Terjadi di Sudan?

Situasi Mencekam hingga WNI Dievakuasi, Apa yang Sebenarnya Terjadi di Sudan?
info gambar utama

Warga Negara Indonesia (WNI) di Sudan harus dievakuasi. Penyebabnya adalah konflik bersenjata yang meletus di sana.

Indonesia telah mengevakuasi ratusan WNI dari Sudan. Sejak beberapa waktu lalu, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri dan Tentara Nasional Indonesia menjalankan misi untuk menjemput warganya di Sudan dan membawa mereka keluar dari negara tersebut.

Sebagaimana diwartakan GNFI sebelumnya, Indonesia telah menjalankan evakuasi tahap kedua. WNI yang telah dibawa keluar dari wilayah konflik itu berjumlah 897 orang. Mereka terdiri dari pelajar dan pekerja beserta keluarganya.

Jelas bahwa situasi di Sudan sedang sangat kacau akibat konflik ini. Namun, apa yang sebenarnya terjadi di sana? Konflik bersenjata seperti apa yang meletus dan bagaimana awal mula itu terjadi?

Berkenalan dengan Deris Nagara, WNI Pertama yang Jadi Presiden BEM Columbia University

Awal Mula Konflik di Sudan

Konflik bersenjata antara tentara pemerintah dan kelompok paramiliter di Sudan dilaporkan telah berlangsung sejak pertengahan April lalu. Akarnya adalah perebutan kekuasaan oleh dua faksi dalam tubuh militer Sudan.

Menurut catatan The Guardian, tentara pemerintah Sudan mendukung Jenderal Abdel Fattah al-Burhan yang saat ini berstatus pemimpin negara secara de facto. Sementara itu, kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang berisi kumpulan sejumlah milisi di bawah komando eks petinggi militer Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo alias Hemedti.

Kendati konflik bersenjata baru meletus belun lama ini, namun bibit-bibitnya sudah ada sejak tahun 2019 lalu. Sebagaimana dicatat NPR, saat itu dua pihak yang kini bertikai sama-sama menggulingkan diktator Omar al-Bashir. Kedua pihak menjanjikan pemerintahan yang demokratis, namun yang kemudian terjadi adalah kudeta terhadap pemerintahan transisi pada tahun 2021.

Setelah kudeta, RSF dan tentara pemerintah berselisih tentang rencana transisi pemerintahan baru serta integrasi RSF ke dalam tentara reguler. Perselisihan kemudian berkembang menjadi konflik bersenjata antara dua kelompok yang oleh peneliti lembaga think-thank Inggris Chatham House, Ahmed Soliman, mengaku sebagai " reformis, pelindung Sudan, serta penjaga transisi demokrasi dan revolusinya."

Tak pelak, konflik ini menghasilkan krisis kemanusiaan di Sudan. Masyarakat terutama yang tinggal di Khartoum harus diam di rumah tanpa punya kesempatan untuk mendapatkan kebutuhan hidup, sementara layanan vital seperti rumah sakit banyak yang tidak berfungsi. Ini tentu menjadi masalah karena banyak korban tewas yang berada di jalanan dan resiko penyakit yang menyebar.

Tidak hanya Indonesia, negara-negara lain pun ramai-ramai mengevakuasi warganya dari Sudan. Warga Sudan sendiri juga banyak yang mengungsi ke negara tetangga seperti Chad dan Sudan Selatan.

WNI Asal Padang Jualan Indomie Rebus di China, Laris Manis!



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini