Meskipun berbatasan dengan Indonesia, Mengapa Papua Nugini tidak Masuk Asia Tenggara?

Meskipun berbatasan dengan Indonesia, Mengapa Papua Nugini tidak Masuk Asia Tenggara?
info gambar utama

Meskipun terletak di dekat Asia Tenggara, Papua Nugini lebih banyak terpengaruh oleh budaya dan kebiasaan Oseania. Secara politis, Papua Nugini juga lebih banyak berinteraksi dengan negara-negara di wilayah Oseania. Papua Nugini juga merupakan anggota Forum Kepulauan Pasifik, sebuah organisasi regional yang terdiri dari negara-negara di Oseania. Dalam forum tersebut, Papua Nugini bersama dengan negara-negara lain membahas isu-isu seperti perubahan iklim, keamanan, dan perdagangan.

Alasan yang menjadi dasar pembentukan region dan regionalisme bukan hanya pada kesamaan geografis, saja, tetapi juga berkaitan dengan budaya dan sejarah, seperti pada pembentukan Asia Tenggara yang dengan ASEAN-nya dan negara-negara kepulauan pasifik dengan forum kepulauan pasifik-nya. Hal ini juga yang kemudian menjadi alasan mengapa Papua Nugini tidak termasuk ke dalam region Asia Tenggara. Region sendiri merupakan suatu wilayah atau daerah yang memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari wilayah atau daerah lainnya. Sedangkan regionalisme merupakan gerakan, organisasi, atau badan yang mendorong pengembangan dan pemeliharaan identitas dan kepentingan khusus dari suatu wilayah atau daerah.

Meskipun Papua Nugini geografisnya berbatasan dengan Indonesia, namun memiliki lempeng benua yang berbeda. Pulau Papua sebenarnya menyatu dengan lempeng benua Australia. Sehingga pulau papua indonesia dan Papua Nugini secara geografis merupakan bagian dari Kepulauan pasifik. Namun, yang menjadi alasan mengapa Pulau Papua menjadi bagian dari Indonesia dan masuk ke dalam Asia Tenggara, sedangkan Papua Nugini menjadi negara sendiri dan masuk ke dalam region Kepulauan Pasifik adalah karena alasan historis.

Akar sejarah memainkan peran penting dalam pembentukan region dan regionalisme di Kepulauan Pasifik. Seperti banyak negara-negara di wilayah ini, Papua Nugini awalnya merupakan koloni Eropa, dimana wilayah ini dikuasai oleh Belanda, Inggris, dan Jerman sebelum akhirnya diberikan kemerdekaan oleh Australia yang juga merupakan negara commonwealth (Persemakmuran Inggris) pada tahun 1975. Berbeda dengan Indonesia yang memerdekakan dirinya dari Belanda. Kemudian, Selama masa kolonialisme, banyak kebijakan dan praktik politik diterapkan oleh penguasa kolonial yang serupa di berbagai wilayah di Kepulauan Pasifik. Hal ini mempengaruhi perkembangan politik dan budaya di wilayah tersebut, dan akhirnya membentuk identitas regional yang unik.

Hal ini yang kemudian berpengaruh pada politik dan ekonomi, dimana Papua Nugini memiliki koneksi kuat dengan negara-negara tetangga di Kepulauan Pasifik. Seperti dengan menjadi anggota dari beberapa organisasi regional seperti Forum Kepulauan Pasifik, Organisasi Kerja Sama Kepulauan Pasifik, dan Pusat Pengembangan Pertanian Kepulauan Pasifik. Selain itu, Papua Nugini juga terhubung secara ekonomi dengan negara-negara tetangganya melalui perdagangan dan investasi.

Terakhir, faktor budaya juga memainkan peran penting dalam pembentukan regionalisme di Kepulauan Pasifik. Meskipun terdiri dari banyak kepulauan dan suku yang berbeda, wilayah ini memiliki banyak kesamaan dalam aspek budaya seperti seni, musik, dan tarian. Di Papua Nugini sendiri, terdapat lebih dari 800 kelompok etnis yang berbeda, namun mereka semua memiliki beberapa kesamaan dalam praktik budaya mereka.

Hal-hal diatas yang kemudian menjelaskan mengapa Papua Nugini masuk ke dalam wilayah Oseania karena faktor geografis, budaya, historis, dan politis. Meskipun terletak di dekat Asia Tenggara, Papua Nugini memiliki akar sejarah yang membuatnya menjadi bagian dari wilayah oseania, dan juga memiliki keunikan budaya dan kebiasaan yang lebih dekat dengan negara-negara di wilayah Oseania. Oleh karena itu, Papua Nugini dianggap sebagai bagian dari wilayah Oseania dan bukan Asia Tenggara.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini