Kehadiran Cendrawasih dan Pertanda Sebuah Hutan yang Tetap Lestari

Kehadiran Cendrawasih dan Pertanda Sebuah Hutan yang Tetap Lestari
info gambar utama

Cenderawasih layaknya sebutannya sebagai burung seolah menjadi pemberi kedamaian untuk masyarakat di Lembah Grime, Jayapura, Papua. Kehadirannya menjadi penanda bahwa hutan setempat akan tetap dilestarikan masyarakat.

Hal inilah yang ditawarkan oleh destinasi wisata pemantauan burung (bird watching) Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Papua, cenderawasih mati kawat ibarat penyambut tamu.

Setelah disambut cenderawasih mati kawat, pengunjung akan disambut cendrawasih kuning kecil. Berbeda dengan lokasi sebelumnya, pengunjung hanya bisa berdiri di sekitar pohon lalu mengamati burung itu bermain-main.

Hal serupa juga terjadi saat berada di titik pemantauan ketiga, cendrawasih raja yang seolah ingin bermain petak umpet. Sekelebat dia muncul dengan meniti rotan-rotan yang membelit pohon. Tak lama dia terbang lagi dan menghilang di balik dedaunan.

11 Jenis Burung Cenderawasih yang Dilindungi di Indonesia, Cantiknya Beragam!

“Semua keelokan burung endemik Papua ini bisa dilihat karena sekelompok warga Rhepang Muaif memutuskan untuk menjaga hutan. Mereka menjadikan hutan sebagai destinasi ekowisata yang mendatangkan penghasilan bagi warga setempat sejak 2015,” tulis Fabio Mario Lopes Costa dan Insan Alfajri dalam Ekspedisi Tanah Papua: Cenderawasih Penyelamat Hutan Nimbokrang yang dimuat Kompas.

Wisata pemantau burung

Fabio menjelaskan bahwa Bird Watching Isyo Hills atau lokasi pemantauan burung cenderawasih di Bukit Isyo memiliki luas hingga 19.000 hektare. Tanah ini milik masyarakat ulayat dari keluarga Waisimon dan Wouw.

Pada tahun 2022, baru 200 hektare dari 19.000 hektare yang dikelola sebagai tempat pemantauan burung cendrawasih. Tempat ini menjadi habitat dari 58 jenis burung. Dari jumlah itu terdapat tujuh jenis burung cendrawasih yang langka.

Kegiatan pemantauan burung cendrawasih dilakukan di empat pos. Setiap pos terpisah jarak berkisar 1-4 kilometer. Kesempatan untuk melihat langsung burung cendrawasih di alam hanya pada pukul 05.00-06.00 dan 14.00-16.00.

 View this post on Instagram 

A post shared by Rheza Mahardhika Landscape & Wildlife (@mahardhika.wildlife)

 ">Mengenal Bidadari Halmahera, Jenis Cendrawasih yang 'Minggat' dari Papua

“Selain cendrawasih, para wisatawan juga dapat melihat spesies burung khas Papua lainnya, seperti kasuari dan mambruk,” ucapnya.

Carolin Waisimon, staf pengelola Bird Watching Isyo Hils menyebut sebelum Covid-19 melanda, jumlah pengunjung di tempat itu pada kisaran 250-400 orang per tahun. Tapi ketika Covid melanda hanya belasan orang setiap bulan.

“Dalam setahun terakhir jumlah pengunjung hanya 120 orang. Jumlah warga yang bekerja di sini pun harus dikurangi dari 30 menjadi 10 orang saja,” paparnya.

Rasa prihatin

Awal mula dibangunnya ekowisata pemantauan burung cenderawasih ini ternyata dari rasa prihatin Alex Waisimon dari pembalakan hutan dan perburuan cendrawasih. Dirinya kemudian mengajak masyarakat untuk menghentikan hal itu.

“Sebab ini akan berdampak buruk bagi masyarakat setempat dan juga satwa endemik di hutan, termasuk burung cendrawasih,” paparnya.

Pada upaya pertamanya usahanya gagal, lantas dirinya kembali pergi ke Bali. Pada pada tahun 2015, dirinya memutuskan tinggal di Rhepang Muaif untuk memulai misinya menyelamatkan hutan dan burung cendrawasih.

Terbesar di Asia Tenggara, Terlengkap di Asia Pasifik, dan Jarang Kita Dengar

Dirinya pun membentuk kelompok Isyo Hills yang beranggotakan 15 warga. Dalam waktu beberapa bulan, mereka berhasil mencegah 50 pembalakan liar. Mereka juga mengeluarkan peraturan larangan membuang sampah dan oli di kawasan tersebut.

Dirinya juga mengaktifkan Yawadatum yang menjadi pelopor kegiatan pengamatan burung. Keberhasilan di Rhepang Muaif, membuat proyek ini direplikasi di sejumlah kampung seperti di Yenggu Baru, Yenggu Lama, dan Sawesunna.

“Destinasi pemantauan burung cendrawasih di Bukit Isyo yang telah berjalan beberapa tahun terakhir menjadi bukti nyata ekowisata adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan hutan Papua. Saya berharap semua wilayah Papua dapat mengembangkan ekowisata sesuai dengan potensinya masing-masing,” harapnya.


`

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini