Sebelum Twitter, Ini Deretan Media Sosial yang Berganti Nama hingga Punah

Sebelum Twitter, Ini Deretan Media Sosial yang Berganti Nama hingga Punah
info gambar utama

Beberapa waktu lalu, pengguna Twitter sempat heboh dengan pergantian logo media sosial beken tersebut, dari yang tadinya burung biru menjadi ikon huruf “X”. Pergantian logo tersebut juga diikuti dengan pergantian nama media sosial Twitter sendiri, menjadi X.

Alasan penggantiannya jelas. Kepemimpinan Twitter telah beralih ke tangan pemilik baru, yakni Elon Musk sehingga dirinya pun berwenang untuk mengganti ketentuan Twitter, termasuk logo dan penamaan, sesuai kehendaknya.

Segala perubahan tersebut menimbulkan berbagai reaksi dari pengguna. Ada yang cuek saja, tapi ada juga yang berargumen bahwa hal tersebut justru akan merusak brand value Twitter yang sudah dikenal baik oleh para pengguna selama hampir dua dekade.

Namun, tahukah Kawan, bahwa Twitter bukanlah media sosial pertama yang melakukan perubahan atau bahkan akhirnya punah? Berikut ini adalah deretan media sosial yang pernah melakukan perubahan dan yang sudah punah hingga tak lagi ditemui di era sekarang.

1. Friendster

Friendster merupakan media sosial legendaris yang booming di awal tahun 2000-an, atau masa-masa awal internet berjaya di kalangan generasi muda. Situs jejaring sosial ini dirancang oleh seorang programmer berkebangsaan Kanada, Jonathan Abrams, pada bulan Maret 2002.

Hanya butuh hitungan minggu bagi Friendster untuk mendapatkan ratusan pengguna pertama. Per awal tahun 2003, situs tersebut sudah mendapatkan pengguna hingga 3 juta orang. Secara praktis, Friendster menjadi rajanya media sosial di masa itu.

Sayangnya, kejayaan Friendster tak berlangsung lama. Ketika Facebook muncul, situs ini mulai berada dalam kondisi kemunduran. Pada tahun 2010, Friendster akhirnya menjual hak patennya ke Facebook seharga USD 40 juta.

Baca juga: Elon Musk Ubah Logo Twitter, Selamat Tinggal Burung Biru!

2. Path

Path sempat menjadi media sosial yang viral karena melalui fiturnya, Kawan dapat membagikan berbagai aktivitas menarik dalam kehidupan Kawan. Mulai dari lokasi liburan ciamik, bacaan yang berbobot, hingga aktivitas mendengarkan lagu-lagu kekinian.

Menurut data yang dilansir oleh Asumsi.co, Path sempat eksis di urutan ke-16 sebagai aplikasi terpopuler di Indonesia pada tahun 2014. Namun, setahun setelahnya, peringkat tersebut merosot ke angka 27 yang menandai turunnya pamor Path di tengah para pegiat media sosial.

Akhirnya, media sosial ini secara resmi hengkang pada tanggal 18 November 2018. Keputusan tersebut sebagian besar terjadi karena Path beberapa kali tersandung kasus privasi, yakni ketika pihaknya terbukti mengalami kebocoran informasi pribadi para pengguna. Hal tersebut lantas membuat popularitas Path meredup dan akhirnya musnah.

3. Blackberry Messenger (BBM)

Masa-masa BBM (Blackberry Messenger) merupakan masa yang cukup memorable bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sesuai namanya, layanan aplikasi instan ini awalnya hanya tersedia untuk pengguna ponsel jenis Blackberry saja. Ketika lahir di tahun 2005, BBM sudah canggih dengan adanya sistem PIN, ruang obrolan, hingga status kontak. Jangan lupakan juga fitur PING!! yang legendaris dari jejaring sosial tersebut.

Namun, lambat laun BBM bersama dengan Blackberry mulai kehilangan pamor ketika Android dan iPhone mulai merajai pasaran smartphone dunia. Pada tahun 2013, BBM akhirnya tersedia di perangkat Android maupun iOS dan kembali mendapatkan banyak pengguna. Sayangnya, BBM kalah saing dengan WhatsApp yang juga naik daun saat itu. Pada 31 Mei 2019, BBM pun resmi menutup layanannya.

Baca juga: Apa Itu Fitur Twitter Circle dan Bagaimana Cara Menggunakannya?

4. Vine

Sebelum TikTok jadi aplikasi video favorit, Vine sudah lebih dulu jadi pujaan dalam bidang jejaring sosial yang menampilkan tayangan audio visual dalam format loop. Media sosial ini lahir pada tahun 2012 dan memungkinkan Kawan untuk menonton dan mengunggah video dalam durasi enam detik.

Dalam masa keemasannya, Vine memiliki 100 juta pengguna aktif di setiap bulannya. Sayangnya, media sosial ini resmi berhenti sejak tahun 2016. Selain kalah saing dengan kemunculan media sosial lain dengan format serupa, Vine juga kesulitan untuk mendukung para kreator andalannya, sehingga perlahan ditinggalkan.

5. Google+

Tahukah Kawan bahwa Google pernah merintis sebuah media sosial? Namanya adalah Google+. Lahir pada tahun 2011, Google+ bermaksud untuk menyaingi media sosial yang sudah lebih dulu eksis, yakni Facebook dan Twitter.

Sayangnya, tidak banyak pengguna yang aktif menggunakan Google+ untuk berjejaring sosial atau membagikan pengalamannya. Google+ untuk akun konsumen berhenti pada April 2019.

Banyaknya media sosial yang tak lagi eksis di masa kini membuktikan ketatnya persaingan di industri teknologi. Bila inovasi tak selalu dilakukan, maka usaha yang telah dirintis bisa saja berhenti berjalan. Di antara semua media sosial tersebut, yang mana nih, yang pernah Kawan miliki?

Sumber referensi:

  • https://d3.harvard.edu/platform-digit/submission/before-facebook-there-was-friendster-yes-thats-right/
  • https://kumparan.com/kumparantech/perjalanan-blackberry-messenger-disukai-dijual-lalu-ditinggalkan-1quw4r7lFAw/3
  • https://weareoneliving.com/blog/10-old-social-media-platforms-you-forgot-existed/
  • https://tirto.id/kematian-path-dan-nasib-media-sosial-yang-sekarat-cZbf

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini