Sejarah Istana Cipanas, Saksi Perjalanan Presiden Dari Masa Ke Masa

Sejarah Istana Cipanas, Saksi Perjalanan Presiden Dari Masa Ke Masa
info gambar utama

Istana Cipanas merupakan satu dari enam istana kepresidenan yang masih berdiri kokoh hingga kini. Istana yang dibangun sejak masa pemerintahan Hindia Belanda ini ternyata memiliki sejarah panjang yang unik dan menarik untuk digali lebih jauh.

Kompleks bangunan yang sekarang menjadi salah satu objek wisata ini mengalami beberapa kali pergeseran fungsi sejak awal didirikan. Bahkan, sejak Istana Cipanas ini resmi menjadi milik Indonesia, terdapat berbagai pembaharuan di sana sini.

Sejarah dan Peran Istana Cipanas di Era Kolonial Belanda

Berdasarkan catatan sejarah, Istana Cipanas awalnya merupakan sebuah bangunan yang didirikan pada tahun 1740 oleh seorang tuan tanah asal Belanda yang bernama Van Heots. Kompleks bangunan tersebut terletak di desa Cipanas, Kecamatan Pacet, Cianjur Jawa Barat.

Seperti namanya, istana ini terletak di dekat sumber air panas. Karena daya tarik tersebut, pada tahun 1743, Gubernur Jenderal G.W. Bran van Imhoff memberi perintah untuk membangun gedung kesehatan di dekat sumber air panas tersebut.

Karena terletak di area dekat pegunungan, udara di tempat tersebut terasa sejuk, segar, dan bersih. Oleh karena itulah, para penguasa Hindia Belanda kala itu menjadikan Istana Cipanas sebagai tempat untuk beristirahat atau bersantai.

Karena telah ada sejak tahun 1740-an, bangunan dalam istana tersebut terus mengalami pembaharuan dari masa ke masa. Proses tersebut mulai berlangsung sejak tahun 1916.

Pada waktu itu, pemerintah Hindia Belanda membuat 3 bangunan tambahan. Untuk saat ini, ketiga bangunan tersebut dinamai Pavilion Bima, Pavilion Arjuna, dan Pavilion Yudistira.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Istana Cipanas ini awalnya dijadikan sebagai tempat persinggahan atau peristirahatan. Namun, fungsi tersebut sempat bergeser menjadi fasilitas pengobatan bagi tentara yang terluka.Peralihan fungsi tersebut dilatarbelakangi oleh temuan bahwa sumber air panas di sana mengandung unsur belerang.

Sementara itu, tercatat ada beberapa penguasa Belanda yang pernah menjadikan istana tersebut sebagai tempat tinggal keluarga. Beberapa diantaranya yaitu B. Cornelis de Jonge, A. Cornelis de Graff, dan Tjarda van Starkenborgh S.

Kemudian, pada periode pemerintahan Jepang di Indonesia, istana tersebut dikembalikan ke fungsi asalnya sebagai tempat singgah bagi para pembesar Jepang ketika melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung maupun sebaliknya.

Transformasi Menjadi Istana Kepresidenan Cipanas

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, Istana Cipanas difungsikan sebagai salah satu Istana Kepresidenan RI yang ditempati oleh Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.

Pada waktu itu, Presiden Soekarno dan Ibu Hartini memilih untuk melangsungkan pernikahan di gedung induk. Bahkan, Gedung Bentol sering dijadikan sebagai tempat Presiden Soekarno menuliskan berbagai draft pidatonya.

Perlu diketahui, walaupun berfungsi sebagai istana kepresidenan, namun Istana Cipanas tidak disiapkan untuk menerima tamu atau utusan dari negara lain. Satu-satunya utusan atau tamu negara lain yang sempat berkunjung ke istana tersebut adalah Ratu Juliana pada tahun 1971.

Selain itu, praktis semenjak masa pemerintahan Presiden Soekarno, Soeharto. BJ. Habibie, dan Megawati, istana yang terletak di Kecamatan Pacet tersebut hanya digunakan sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan.

Keindahan dan Keunikan Arsitektur Istana Cipanas

Hingga saat ini, wisatawan yang berkunjung ke kompleks Istana Cipanas masih bisa merasakan sendiri keunikan gaya arsitekturnya. Secara garis besar, desain bangunan tersebut mirip seperti rumah musim panas di Eropa dengan sedikit sentuhan nuansa tropis khas Sunda Jawa Barat.

Secara umum, bangunan induk yang berdiri hingga saat ini masih terlihat mirip seperti saat pertama kali dibangun oleh Baron van Imhoff.

Untuk mencegah angin masuk lewat serambi, desain jendela kaca dibuat dalam ukuran besar di sisi kanan dan kiri. Kemudian, untuk membuat kesan yang anggun, lantainya juga ditinggikan 2 meter dari permukaan tanah.

Jika masuk ke dalam, bangunan induk ini dulunya terdiri dari ruang kerja, ruang tidur, ruang makan, ruang rias, dan serambi belakang yang menyajikan pemandangan alam berupa gunung Pangrango dan gunung Gede.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kompleks Istana Cipanas ini terus mengalami pembaharuan dan penambahan bangunan. Beberapa diantaranya yaitu hadirnya paviliun Yudistira, Arjuna, dan Bima.

Kemudian, pada tahun 1954, Presiden Soekarno memutuskan untuk membangun bangunan tambahan. Bangunan mungil yang terletak di belakang gedung induk tersebut diberi nama “Gedung Bentol”. Istilah tersebut merujuk pada bentuk permukaan dinding tembok yang dihiasi dengan batu kali berbentuk bentol.

Ternyata, bukan hanya Presiden Soekarno saja yang memutuskan untuk melakukan pembaharuan/penambahan bangunan di dalam kompleks istana. Pada tahun 1983, Presiden Soeharto pun membangun 2 pavilion yang diberi nama Paviliun Sadewa dan Nakula.

Bahkan, pada masa pemerintahan presiden Megawati (2003), kompleks Istana Cipanas terus dipelihara dan direnovasi dengan menambah beberapa fasilitas baru. Fasilitas yang dimaksud seperti kolam pemancingan, kolam air mancur, tiang bendera, dan kolam renang berisi air panas dan dingin.

Koleksi Seni dan Artefak Bersejarah di Istana Cipanas

Selain karena keindahan dan keunikan arsitekturnya, Istana Cipanas ternyata juga menyimpan berbagai koleksi seni dan artefak bersejarah. Bahkan, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, beliau menambahkan berbagai macam kursi buatan Jepara yang identik dengan keunikan ukirannya.

Walaupun demikian, sebagian besar koleksi seni berupa patung dan lukisan yang ada di sana telah ada sejak era Presiden Soekarno. Koleksi karya seni tersebut dibuat oleh seniman terkenal seperti S. Sudjojono, R. Flynt, Basoeki Abdullah, Lee Man Fong, Batara Lubis, Rustamadji, Dullah, dan Theo Meier.

Selain itu, terdapat pula lampu-lampu gantung yang merupakan cinderamata khas negara Cekoslowakia. Bahkan, kenang-kenangan dari berbagai utusan atau tamu negara lain pun dipajang di istana tersebut.

Sumber:
https://www.setneg.go.id/baca/index/istana_cipanas_dijadikan_posko_pasca_gempa_1
https://www.disbudpar.ntbprov.go.id/istana-cipanas/
https://pusdiklatwas.bpkp.go.id/konten/show/997

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Raras Wenny lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Raras Wenny.

RW
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini