Menuju Net Zero Emissions, Indonesia Punya 4 Jurus untuk Dekarbonisasi Industri

Menuju Net Zero Emissions, Indonesia Punya 4 Jurus untuk Dekarbonisasi Industri
info gambar utama

Di tengah tantangan global perubahan iklim, Indonesia harus mengambil langkah tegas untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Dekarbonisasi, mengurangi emisi gas rumah kaca terutama dari pembakaran bahan bakar fosil, bukan hanya kewajiban global, tetapi juga langkah penting melindungi lingkungan, ekonomi, dan masyarakat Indonesia.

Dengan populasi besar dan pertumbuhan ekonomi pesat, Indonesia tergolong sebagai kontributor utama emisi karbon di tingkat regional. Untuk mengatasi hal ini, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan rencana aksi dekarbonisasi sektor industri.

Upaya ini mendapat dukungan karena pasar produk hijau meningkat, dipicu oleh kesadaran konsumen akan gaya hidup ramah lingkungan.

“Kami ingin target NZE (Net Zero Emissions) di sektor industri lebih cepat 10 tahun dari target NZE nasional (tahun 2050). Hal ini memerlukan koordinasi yang baik dengan kementerian dan lembaga terkait,” tegasnya dikutip dari keterangan resmi.

Langkah-langkah dekarbonisasi sangat penting karena sektor industri Indonesia menyumbang 8-20% emisi GRK nasional dari tahun 2015-2022.

Dilihat dari sumber emisi sektor industri tahun 2022, komponen emisi dari kategori penggunaan energi di industri menyumbang 64%, emisi dari limbah industri 24%, dan proses produksi dan penggunaan produk atau Industrial Process And Product Use(IPPU) sebesar 12%.

Menuju Pariwisata Berkelanjutan, Roadmap Dekarbonisasi Pariwisata di 5 DPSP Dikembangkan

Empat strategi

Menperin menyebutkan upaya dekarbonisasi sektor industri dari komponen energi dapat dilakukan melalui empat strategi.

Pertama, melalui penggantian sumber energi yang lebih ramah lingkungan seperti sel surya dan hidrogren. Kedua, melalui manajemen dan efisiensi energi dengan memanfaatkan peralatan yang mampu menurunkan konsumsi.

Kemudian, yang ketiga adalah dengan melalui strategi elektrifikasi pada proses produksi. Serta keempat, yaitu melalui pemanfaatan teknologi CCUS (carbon, capture, utilization and storage).

“Teknologi CCUS sebagaimana saya utarakan sebelumnya merupakan salah satu teknologi di samping teknologi green ammonia dan green hydrogen yang dinilai mampu menjadi game changer dalam proses dekarbonisasi dan transisi energi sektor industri,” jelasnya.

Oleh karena itu, Kemenperin berkepentingan agar pada Rancangan Perpres yang akan mengatur mengenai pengembangan CCS/CCUS yang saat ini tengah disusun, terdapat perluasan pemanfaatan CCUS untuk sektor industri.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo saat meluncurkan Bursa Karbon Indonesia pada tanggal 26 September 2023 lalu menyampaikan bahwa bursa karbon yang diluncurkan bisa menjadi sebuah langkah konkret dan langkah besar bagi Indonesia mencapai target NDC (Nationally Determined Contribution).

Lima Startup Dekarbonisasi di Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini