Desa Sejahtera Astra: Kalurahan Girirejo, Kalurahan Kaya Wisata di Jogja Selatan

Desa Sejahtera Astra: Kalurahan Girirejo, Kalurahan Kaya Wisata di Jogja Selatan
info gambar utama

Keanekaragaman budaya dan wisata di Indonesia telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar negeri. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang banyak dikunjungi wisatawan.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan tempat berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sehingga budaya Jawa sangat kental di daerah ini seperti bahasa, pakaian adat, rumah adat, kesenian dan berbagai warisan budaya Jawa lainnya masih lestari hingga saat ini tak terkecuali Kabupaten Bantul yang berada di wilayah selatan Yogyakarta.

Kabupaten Bantul terkenal akan banyaknya tempat wisata dan sentra pembuat kerajinan seperti salah satunya yang ada di Kalurahan Girirejo. Kalurahan Girirejo merupakan kalurahan yang terletak di Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kawan GNFI memerlukan waktu kurang lebih 1 jam dari pusat Kota Yogyakarta untuk bisa sampai di kalurahan ini. Kalurahan Girirejo merupakan kalurahan di Yogyakarta yang mengkhususkan spesialis pembuatan keris, menjadi kawasan makam raja-raja Mataram dan sebagian wilayahnya memiliki kawasan hutan Imogiri sebagai cagar alam.

Dusun Banyusumurup, Dusun Keris Legendaris di Jogja Selatan

Keris merupakan kerajinan tangan yang memiliki bagian mata, hulu dan sarung. Sering diartikan sebagai senjata perang jarak pendek, fungsi utama dari keris adalah sebagai senjata tradisional. Selain sebagai senjata tradisional keris juga dipakai sebagai senjata pelengkap dari pakaian adat. Di Kalurahan Girirejo yang lebih tepatnya di Dusun Banyusumurup merupakan salah satu dusun pewaris kerajinan keris pusaka dari Kerajaan Majapahit dan dikenal luas karena masyarakatnya mahir dalam membuat keris serta dikenal sebagai tempat tinggal beberapa Mpu (ahli) dalam pembuatan keris.

Konon katanya penamaan Banyusumurup berkaitan erat dengan penentuan lokasi makam raja-raja di Imogiri. Sultan Agung kala itu sedang mencari lokasi untuk pemakaman raja. Kemudian Sultan Agung singgah di kawasan Banyusumurup yang sekarang untuk beristirahat sejenak dan lalu Sultan Agung menancapkan pusakanya ke tanah lantas muncul mata air yang digunakan para prajurit untuk minum, sehingga Banyusumurup memiliki arti yang mengalir atau muncul dari dalam tanah.

Di Dusun Banyusumurup tidak hanya sebagai tempat untuk membuat dan menjual keris saja tapi Kawan GNFI dapat juga melihat proses pembuatan keris dan bisa belajar seni dan budaya terkait filosofi keris.

Makam Imogiri, Tempat Peristirahatan Terakhir Raja-Raja Mataram

Berbicara Sumbu Filosofi Yogyakarta yang disahkan oleh UNESCO pada bulan September lalu memang sepertinya hanya berpusat pada Gunung Merapi, Tugu Yogyakarta, Kraton Yogyakarta dan Pantai Parangtritis. Padahal banyak yang berhubungan dengan Sumbu Filosofi Yogyakarta ini lho Kawan GNFI seperti Makam Raja Imogiri yang terletak di Dusun Pajimatan, Kalurahan Girirejo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menjadi salah satu potensi wisata religi yang dimiiki Kalurahan Girirejo, Kompleks Makam Imogiri adalah kompleks permakaman raja-raja Mataram Islam yakni Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta beserta keluarganya yang dibangun oleh Sultan Agung pada tahun 1632. Makam para raja ini dikenal sebagai Makam Imogiri atau Pasarean Imogiri.

Menurut Balai Peletsarian Cagar Budaya Daerah Istiewa Yogyakarta. Sultan Agung adalah raja pertama yang dimakamkan di Kompleks Permakaman Imogiri. Dalam konteks ini Sultan Agung yang dimakamkan pertama di tempat tersebut merupakan leluhur dan pusaka bagi dinasti Kerajaan Mataram Islam. Oleh karena itu, setelah Sultan Agung wafat dan dimakamkan di Pasarean Imagiri pada tahun 1646, para pangeran, bangsawan, dan keturunannya sampai generasi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta juga dimakamkan di permakaman tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini