Awalnya Disepelekan! Kini "Es Gak Beres" Raih Kesuksesan!

Awalnya Disepelekan! Kini "Es Gak Beres" Raih Kesuksesan!
info gambar utama

Kisah ini datang dari seorang pria, bernama Yudi Efriandi. Sang Owner dari Brand "Es Gak Beres Yang Sangat Beres" yang mulanya hanyalah seorang pegawai honorer, berasal dari Kota Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara ini, nekat banting setir ke dunia kewirausahaan demi memenuhi kebutuhan hidup yang kian meningkat. Yang tentu saja, jalan yang ia ambil tidak semulus yang diharapkan. Melainkan harus menghadapi berbagai rintangan dengan darah dan keringat.

Pada tahun 2017, ia merintis usaha sebagai penjual "Bubur Ayam Jakarta" di pinggir jalan. Meskipun produk sempat viral, namun itu tak bertahan lama. Begitu pula dengan bisnis startup "KIJEK (Kisaran Ojek Online)" hingga berjualan "Pisang Crispy" yang ia lakoni. Lagi-lagi berujung kegagalan.

Kegagalan demi kegagalan yang ia alami, tak membuat ia patah arang. Dengan semanggatnya yang menggelora, ia kembali merintis semuanya dari 0.

Tepatnya di tahun 2019, pada saat bulan Ramadhan. Ia kembali membuka bisnis "Jus Buah Tropikal" dengan harga Rp 5000 per cup. Dengan mengerahkan media sosial Facebook untuk pemasarannya, hingga bantuan dari kawan-kawannya melakulan teknik marketing dari mulut ke mulut. Berakhir membuahkan hasil.

Produknya langsung viral dan laris manis sebelum azan magrib berkumandang. Bahkan semua orang rela mengantre demi membeli produknya. Hingga terkadang ia kerap mendapat gerutuan para pelanggan yang tak mendapat jus buah tersebut, lantaran kehabisan.

"Disepanjang jalan ini, banyak sekali yang jualan menu es untuk buka puasa. Tapi cuma es yang kau jual yang paling cepat habis. Aku mau beli, sampai gak bisa! Emang gak beres es kau ini!". Ujar salah satu pelanggan.

Dari situlah tercetus ide cermelang. Sebuah ide yang berawal dari gerutuan sang pelanggannya itu, kini diubahnya menjadi sebuah brand dengan nama "Es Gak Beres".

Nama yang unik, dan nyeleneh itu. Berhasil menarik minat pembeli dan menumbuhkan rasa penasaran. Bahkan semakin viral dan dikenal sebagian besar masyarakat.

Namun lagi dan lagi, ujian datang menghampirinya. Kejadian ini terjadi, setelah satu hari ia kembali berjualan di bulan berikutnya. Jualannya tidak laku. Bahkan ia mendapatkan banyak bullyan khususnya di Facebook. Yang mengatakan bahwa es nya gak enak, dan rasanya berbeda dari sebelumnya (pas bulan Ramadhan).

"Es nya gak enak, gak usah di beli. Sesuai namanya. Gak beres". Ucapnya meniru salah satu cuitan pelanggan, di Facebook.

Setelah kejadian tersebut, ia tak lantas menyerah. Ia berpikir untuk kembali dan melakulan perubahan dengan produk minumannya. Ia lalu melakukan riset ulang agar masalah teratasi.

Berbekal Internet dan Video Youtube. Semalaman suntuk, ia mencari-cari resep minuman baru, untuk di aplikasikan pada minuman buatannya. Dan setelah berbagai resep ia coba. Akhirnya ia mendapat resep yang cocok.

Keesokkan harinya, ia kembali berjualan dengan produk yang baru dari resep yang semalam ia dapatkan. Ia ingin mengetahui respons para pelanggan mengenai produk barunya tersebut.

"Alhamdulillah, pelanggan pada suka dan direspons sangat baik oleh mereka". Pukasnya mengucap syukur. Ia tak menyangka dengan respons positif yang ia dapatkan. Tak sia-sia semalaman begadang, demi lauchingnya produk baru dengan brand baru miliknya itu.

Hari demi hari terlewati. Begitupun dengan antusias pelanggan yang kian bertambah. Berbagai inovasi pun ia lakukan untuk mempertahankan citra merek. Hingga kini, "Es Gak Beres" semakin banyak varian rasa dan harga yang bisa dinikmati oleh pelanggannya.

Karena banyaknya peminat "Es Gak Beres". Ia kemudian memutuskan untuk mematenkan merek dagangannya, ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Ham.

Setelahnya, ia mulai membuka cabang di beberapa tempat. Yang awalnya hanya disekitaran Kota Kisaran, kini merambah di berbagai kota dan provinsi, sebanyak 500 mitra cabang seperti : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Aceh, Jambi, Lampung, Kalimantan Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur.

Omset yang pada awalnya hanya 300 ribu hingga 1,5 juta rupiah. Kini ia bisa meraup omset antara 100 hingga 150 juta per bulan. Dari hasil yang ia dapatkan itu, kemudian di ekspansikan menjadi Cafe & Resto hingga Minimarket.

Upaya ini, ia lakukan untuk mempertahankan merek agar dapat berkembang dan bertahan lebih lama lagi.

Dari perkembangan usahanya inilah, ia telah membantu menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang membutuhkan.

Saat ini, sebanyak 40 orang karyawan telah dipekerjakan di bidang produksi bahan baku. Sementara 10 orang lainnya dipekerjakan untuk pengelolaan Cafe & Resto.

Siapa sangka, yang awalnya dibully hingga disepelekan. Akhirnya "Es Gak Beres" kini menjelma menjadi bisnis yang kian hari kian besar dan sukses.

Tak hanya Cafe & Resto serta Minimarket saja. Kini "Es Gak Beres" merambah ke program sosial. Dengan menyediakan "Layanan Ambulance Gratis" serta "Sedekah Jum'at".

Tak hanya itu, ia pun melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah untuk sharing ilmu dan pengalaman berbisnisnya kepada siswa dan mahasiswa. Yang bertujuan untuk menerapkan minat kewirausahaan sejak dini. Agar bermanfaat untuk masa depan dan semakin banyak orang terbantu serta termotivasi untuk memulai usahanya.

Dan berkat usahanya itulah. Ia mendapatkan Penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Award 2021. Dan ceritanya kini menginspirasi banyak orang.

"Jika ingin memulai bisnis. Hal yang paling penting dilakukan adalah BERANI. BERANI memulai, BERANI ambil RESIKO. Jika kamu hanya bisa berencana tapi takut untuk memulainya. Maka semua rencana itu akan sia-sia". Ujarnya melalui wawancara Podcast salah satu Youtuber.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini