Bacarita Kespro dari Wanita Indonesia Timur Tenggara

Bacarita Kespro dari Wanita Indonesia Timur Tenggara
info gambar utama

Jika kita membicarakan sesuatu yang di awali dengan kata “Seks” maka akan menjadi hal yang negatif, vulgar, kotor, bahkan dikatakan merusak moral dan tidak berbudaya, hal itu yang terjadi jika kata tersebut dibicarakan di kalangan masyarakat Indonesia.

Untuk membicarakan hal yang berkaitan dengan “seks” hanya boleh di bicarakan secara sembunyi – sembunyi, dan tidak boleh di bicarakan dengan orang tua atau pun dalam forum keramaian. Tapi jika kasus pelecahan seksual terjadi pada seseorang maka seluruh masyarakat tertarik untuk membahasnya bahkan bisa menjadi viral dan hashtag. Bukan hanya itu, pelecahan seksual kerap kali terjadi secara terbuka dan yang menjadi saksi hanya bisa melihat, yang menjadi korban hanya bisa meratapi, dan pelaku selalu bebas melakukannya.

Tapi tidak semua kalangan masyarakat Indonesia yang berfikir kata “Seks” adalah pembicaraan yang memalukan, hal tersebut dibuktikan dengan terdapatnya suatu organisasi yang sangat vokal untuk membicarakan isu yang berkaitan dengan “seks” baik itu permasalahan dan juga kesehatan.

Tokoh pencetus organisasi tersebut yaitu Mariana Yunita Hendriani Opat atau yang biasa di sapa mbak tata yunita yakni founder Tenggara Youth Community merupakan organisasi kepemudaan yang berfokus pada isu hak kesehatan seksual dan reproduksi. Ada sebuah pepatah yang mengatakan “Kamu akan memahaminya jika kamu mengalaminya” dan pepatah itu terbukti karena mbak tata adalah seorang penyintas kekerasan seksual yang berani untuk mendirikan dan menjalankan edukasi seksual pada remaja di kalangan masyarakat Nusa Tenggara Timur.

Tenggara Youth Community lahir sebagai respon atas keresahan yang dialami mbak tata dan teman-temannya terhadap pengalaman kekerasan seksual dan minimnya pengetahuan tentang seksualitas. Kondisi tersebut terjadi karena belum adanya wadah untuk mempelajari pendidikan seksualitas yang komprehensif di Nusa Tenggar Tenggara Timur khususnya wilayah kupang.

Melalui komunitas tenggara itu tata dan bersama teman – temannya menginisiasi sebuah program yang bernama “Bacarita Kespro”. Bacarita adalah bahasa daerah masyarakat NTT yang berarti becerita dan kespro sendiri adalah singkatan dari kesehatan reproduksi. Bacarita Kespro adalah program edukasi kesehatan seksualitas komprehensif yang menyasar pada kalangan anak – anak dan remaja kategori PMSEU (poor, marginal, socially excluded, underserved) di daerah Indonesia Timur, NTT.

Melalui program Bacarita Kespro, komunitas Tenggara memberikan edukasi kesehatan seksualitas kepada anak dan remaja usia 7 hingga 24 tahun. Edukasi kesehatan yang diberikan yaitu informasi dan pembelajaran tentang permasalahan seksualitas, mencegah dan terhindar dari penyimpangan seksualitas, mengatasi rasa traumatik pada korban penyimpangan seksualitas, dan juga memberikan panduan menjaga kesehatan seksualitas.

Remaja di wilayah itu yang sudah mengalami masa menstruasi masih banyak yang tidak memahami hal yang di harus dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi pada masa tersebut, sehingga saat remaja mengalami menstruasi para remaja menggunakan Koran bekas, karton bekas atau kain kotor sebagai pembalut menstruasi. Situasi tersebut yang membuat para komunitas tenggara membuat sebuah buku panduan terkait hal yang harus dilakukan seorang remaja wanita saat mengalami masa menstruasi. Buku panduan yang dibuat cukup ramah lingkungan, hal tersebut dikatakan karena buku panduan dibuat dengan menggunakan bahasa masyarakat lokal tapi tetap mengikuti standar dari WHO dan Kementerian Kesehatan sehingga buku panduan tersebut bisa di pahami oleh masayarakat setempat.

Gerakan Bacarita Kespro cukup ramah lingkungan tapi tetap bertentangan dengan masyarakat lokal.Hal tersebut terjadi sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa masyarakat menganggap sesuatu yang berkaitan dengan seksualitas adalag hal yang tabu dan pronografi sehingga pembicaraannya harus di hindari. Selain itu tantangan juga datang dari tokoh agama setempat yang berpendapat bahwa pembelajaran seksualitas dapat menggiring anak – anak untuk melakukan seks bebas yang dilarang keras oleh agama.

Tantangan tersebut tetap dilewati para anggota komunitas tenggara dan membuahkan hasil. Melalui gerakan Bacarita Kespro telah mengubah pandangan masyarakat tentang seksualitas bukanlah hal yang tabu melainkan sebuah pendidikan yang harus diajari sejak dini dan penting untuk di bahas.

Kini komunitas Tenggara yang sudah berdiri sejak 2016 telah mengedukasi 4.000+ remaja dan bekerjasama dengan lebih dari 30 komunitas di daerah NTT. Komunitas Tenggara juga terpilih sebagai pemenang pada ajang Satu Indonesia Awards 2020 yang diselenggarakan oleh Astra. Pencapaian ini berkat dedikasi dari Tata Yunita sebagai pencetus Komunitas Tenggara yaitu seorang wanita tenggara untuk para wanita di Indonesia Tenggara Timur.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini