Mengenal Dewis Akbar, Raih Penghargaan SATU Indonesia Berkat Inovasi Gamelan Elektronik

Mengenal Dewis Akbar, Raih Penghargaan SATU Indonesia Berkat Inovasi Gamelan Elektronik
info gambar utama

Kepedulian Dewis Akbar, pemuda asal Garut, Jawat Barat terhadap anak-anak memang patut diacungi jempol. Dengan gigih, ia mengajarkan ilmu komputer kepada anak-anak di Kabupaten Garut. Buah dari upayanya itu, lahirlah karya-karya inovatif mulai dari Lab Komputer Mini hingga aplikasi Gamelan Elektronik.

Salah satu karyanya yakni Gamelan Elektronik telah berhasil menyabet penghargaan SATU Indonesia Award 2016 dari PT Astra International Tbk. Tidak hanya itu, inovasi tersebut juga sukses meraih penghargaan Indonesia ICT Awards (Inaicta) 2014 dan Merit Award Asia Pacific ICT Alliance (Apicta) Awards 2014.

Lelaki yang akrab disapa Dewis itu merupakan alumnus program studi Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor (IPB). Kecintaannya terhadap bidang komputer dan anak-anak mengantarkan ia menjadi pembimbing sekaligus pengajar di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di SDN 10 Regol. Di samping pekerjaannya itu, ia juga merupakan seorang wanatani yang mengelola lahan kebun teh dan jamur miliknya sendiri.

Bangun Lab Komputer Mini

Mendapat gelar sarjana tidak membuat Dewis puas menimba ilmu. Setelah lulus, ia menggandeng rekannya bernama Budi Arifin untuk membangun lab ‘Komputer Mini’ Raspberry P.i. Lab tersebut ia jadikan wadah bagi anak-anak yang ingin belajar ilmu komputer. Ruang yang ia jadikan sebagai lab komputer itu adalah ruang guru sederhana di SDN 10 Regol, Kabupaten Garut.

“Dulu SDN Regol 10 ini hanya memiliki 1 unit komputer. Itu pun dipakai untuk administrasi sekolah. Selain itu, pengajaran TIK di sini hanya menggunakan teori, bukan praktik. Jadi, anak-anak cepat bosan,” ujar Dewis.

Kemudian, saat jumlah komputer bertambah menjadi tiga unit, anak-anak hanya belajar pembuatan dokumen dengan Mi­crosoft Office. Padahal, anak-anak harus diajari ilmu komputer yang lebih luas dari itu agar mereka dapat mengikuti per­kembangan zaman dan perubahan teknologi dengan cepat.

Bermula dari persoalan tersebut, Dewis mendirikan kelompok ekstrakurikuler bernama STEAM Club. STEAM sendiri merupakan singkatan dari science, technology, engineering, art, & math. Melalui ekstrakurikuler tersebut, Dewis berupaya untuk mengajarkan anak-anak tentang pemrograman. Tersebab itu, anak-anak tidak hanya belajar tentang hal-hal dasar komputer, tetapi juga belajar pembuatan aplikasi.

“Tidak sulit mengajarkan pemrograman kepada anak-anak yang sudah punya komputer di rumah. Tapi, bagi mereka yang tidak punya dan tidak mengenal komputer pasti sulit. Mengetik pakai keyboard saja mereka susah. Butuh beberapa menit hanya untuk mengetik satu kalimat,” ungkapnya.

Kendati demikian, Dewis tidak menyerah begitu saja. Ia melihat bagaimana semangat anak-anak ketika belajar komputer. Dalam hal ini, ia meminta anak-anak yang sudah mahir komputer untuk mengajari temannya. Selain itu, anak-anak yang kurang mahir juga tidak mudah putus asa ketika belajar.

Saron Simulator, Aplikasi Gamelan Elektronik

Selama proses pembelajaran di lab komputer mini itu, para siswa sudah belajar coding, membuat perintah dan penerapannya lewat komputer, hingga mencoba membuat aplikasi. Hasilnya, mereka bisa membuat aplikasi gamelan elektronik bernama Saron Simulator. Aplikasi tersebut dibuat untuk membantu siswa yang ingin belajar dan bermain gamelan.

Aplikasi Saron Simulator ini terbuat dari bahan yang sederhana seperti akrilik dan papan kayu. Untuk suara dari gamelan itu sendiri, Dewis mengambil sampel suara melalui gamelan asli dengan teknik rekam menggunakan ponsel.

“Sampel suara itu dima­sukkan ke dalam aplikasi meng­gunakan coding. Nanti dari komputer muncul suara yang menyerupai alat gamelan yang sudah direkam,” ucapnya.

Kemudian, Saron Simulator dapat dimainkan seperti alat gamelan biasa. Namun, alat ini memiliki bentuk yang lebih tipis, ringan, dan sederhana. Seiring dengan inovasi dan kreativitas para siswa, Saron Simulator terus diperluas untuk alat-alat musik tradisional lainnya. Mulai dari peking, bonang, jengglong, gong, dan kempul.

It’s not what you know, but what you do,” tukas Dewis. (*)

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini