Kisah Narman: Pemuda Baduy Sukses Pasarkan Kerajinan Lokal Lewat Internet dan Tetap

Kisah Narman: Pemuda Baduy Sukses Pasarkan Kerajinan Lokal Lewat Internet dan Tetap
info gambar utama

Suku Baduy merupakan salah satu suku di Indonesia yang terletak di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten yang belum menyentuh modernisasi dan teknologi, termasuk internet. Masyarakat suku Baduy hingga saat ini masih berpegang teguh pada kepercayaan adat sehingga menolak masuknya teknologi. Namun, siapa sangka bahwa seorang pemuda asli Baduy bernama Narman yang terdorong untuk membantu meningkatkan perekonomian keluarga memutuskan untuk menggunakan internet sebagai media promosi.

Narman sendiri merupakan penduduk asli Baduy Luar. Meskipun suku Baduy menolak masuknya teknologi, namun aturan adat di suku Baduy Luar lebih longgar dibandingkan suku Baduy Dalam. Oleh karena itu, Narman dengan semangat dan terdorong untuk memajukan perekonomian masyarakat setempat mulai berpromosi secara online.

Belum lama ini, Narman menjadi salah satu narasumber dalam talkshow Good Movement yang diadakan oleh GNFI Academy pada Senin (2/10/2023). Melalui talkshow tersebut, Narman menceritakan kisahnya sebagai penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2018 bidang Kewirausahaan atas kerja kerasnya membangun Baduy Craft. Bagi Kawan GNFI yang penasaran dengan kisah Narman, simak penjelasan berikut ini!

Awal Pendirian Baduy Craft

Kembali pada tahun 2016, di saat Narman pertama kali dikenalkan dengan sosial media oleh temannya. Pada tahun tersebut juga, ia mulai mempromosikan secara online hasil kerajinan masyarakat Baduy melalui sosial media. Meskipun Narman tidak mengenyam pendidikan formal, ia mempelajari tentang internet dan sosial media secara mandiri.

Tidak hanya mempromosikan lewat sosial media, ia juga menjual hasil kerajinan masyarakat Baduy melalui marketplace seperti Bukalapak dan Tokopedia yang ia beri nama Baduy Craft. Baduy Craft menjual beragam kerajinan tangan tradisional, mulai dari tas, tenun, dan berbagai aksesoris. Narman juga sering mengikuti pameran di Jakarta untuk menjual sekaligus mempromosikan produk Baduy Craft.

Tantangan Awal

Ketika awal mendirikan Baduy Craft, banyak tantangan yang dihadapi Narman. Terlepas dari aturan adat masyarakat Baduy yang melarang penggunaan teknologi dan akhirnya mendapatkan restu masyarakat dan tokoh adat, ternyata masih banyak tantangan yang harus pemuda tersebut hadapi.

Saat masifnya penggunaan internet sebagai media pemasaran produk dan mulai menjual beberapa produk di marketplace, Narman harus bersusah payah untuk mendapatkan sinyal. Lokasi rumahnya yang tanpa sinyal menyebabkan setiap hari ia harus turun ke perbatasan pintu masuk desanya untuk mendapatkan sinyal. Apalagi ia harus memantau dan merespons apabila ada pembeli lewat marketplace.

Tidak hanya itu, Narman juga terkadang kewalahan apabila mendapatkan pesanan dalam jumlah besar. Hal tersebut dikarenakan tidak ada manajemen produksi sehingga barang yang dijual dan dipasarkan hanya mengambil dari para pengrajin dengan jumlah terbatas. Bahkan, beberapa pembeli ditolak karena ketersediaan barang yang terbatas apalagi jika pembeli tersebut menginginkan produk yang sama miripnya dengan jumlah banyak.

Apresiasi SATU Indonesia Awards

Atas kegigihan dan kerja kerasnya dalam memajukan perekonomian suku Baduy lewat Baduy Craft, Narman berhasil menerima Apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2018 bidang Kewirausahaan. Atas apresiasinya tersebut, Baduy Craft mendapatkan banyak perhatian publik dan semakin dikenal. Setelah mendapatkan penghargaan tersebut, Narman semakin bersemangat untuk mengembangkan Baduy Craft.

Keterpurukan Selama Pandemi dan Upaya untuk Bangkit

Ketika pandemi Covid-19 melanda, usaha pengrajin Baduy Craft juga merasakan imbasnya. Omzet yang dapat sebelum pandemi dapat mencapai Rp 15 juta per bulan, ketika pandemi penjualan anjlok. Selama kurang lebih 2 tahun, banyak produk yang tidak laku terjual. Apalagi produk yang dipasarkan bukan produk sehari-hari sehingga sulit bertahan ketika pandemi.

Narman sendiri mengatakan bahwa dirinya belum sepenuhnya memulihkan tingkat penjualan pasca pandemi. Meskipun saat ini media sosial dijadikan promosi, ia belum bisa melakukan itu. Dirinya belum bisa membuat konten viral seperti yang sedang trending saat ini dengan tujuan promosi agar produk-produk Baduy Craft mendapatkan perhatian publik. Hal tersebut karena pembuatan konten viral tidak sesuai dengan adat masyarakat Baduy dan saat ini Narman masih memikirkan solusi terbaiknya.

Di sisi lain, Narman mulai melakukan promosi dengan cara lain untuk memikat pembeli. Narman menyebutnya “promosi storytelling”. Promosi ini dilakukan dengan menceritakan tentang latar belakang produk, filosofi, hingga cara pembuatan dari awal hingga menjadi produk jadi. Cara ini dianggap ampuh menarik para pembeli. Apalagi produk yang dijual bertema Nusantara dan ikonik yang juga memiliki makna tersendiri.

Itulah kisah Narman, pemuda Baduy Luar yang memanfaatkan teknologi secara tepat sasaran dalam mengembangkan perekonomian masyarakat lokal Baduy. Meskipun usahanya sempat mengalami pasang surut, ia pantang menyerah dan terus berinovasi agar produk kerajinan Baduy Craft dapat semakin dikenal publik.

Referensi:

Talkshow Good Movement by GNFI Academy: Inspirasi dari Kisah Sukses Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini