Melepas Belenggu Aturan Adat: Kisah Sukses Narman Mengangkat Perekonomian Masyarakat Baduy

Melepas Belenggu Aturan Adat: Kisah Sukses Narman Mengangkat Perekonomian Masyarakat Baduy
info gambar utama

Indonesia dikenal memiliki keragaman suku dan budaya. Setiap daerah memiliki fakta menarik mengenai suku dan budayanya, salah satunya adalah suku Baduy.

Kawan GNFI mungkin sudah pernah mendengar bahwa suku Baduy adalah salah satu suku di Indonesia yang kuat mempertahankan adat istiadat dan kearifan lokal budayanya. Suku Baduy yang terletak di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, ini dikenal juga sebagai suku yang menolak modernisasi dan sangat menjaga warisan adat mereka. Hal ini dilakukan dalam upaya menjaga nilai-nilai baik kemurnian budaya leluhurnya.

Sampai saat ini, masyarakat Baduy hanya mengandalkan sektor pertanian, industri kreatif, dan wisata budaya untuk bertahan hidup. Pada industri kreatif itulah masyarakat Baduy memiliki kreativitas tinggi menciptakan produk kerajinan tangan dengan bahan dasar alam yang bernilai jual tinggi. Sayangnya, dibalik dunia industri kreatif tersebut ada kendala yang harus masyarakat Baduy terima.

Seperti yang Kawan GNFI tahu, suku Baduy ini terletak di pedalaman yang di mana lokasinya jauh dari jangkauan pasar, hal tersebut membuat para perajin kesulitan memasarkan produknya. Alhasil, ketika menjual produk, para perajin hanya menanti kedatangan pengunjung wisata saja. Melihat keresahan inilah membuat Narman tak bisa tinggal diam. Ia berinisiatif membantu menyebarluaskan dan meningkatkan penjualan produk lokal Baduy melalui Baduy Craft secara online.

Senin, 2 Oktober 2023 lalu, Narman menghadiri sebagai pembicara dalam acara Talkshow program Good Movement GNFI yang bertajuk "Inspirasi dari Kisah Sukses Membangun Masa Depan Melalui Kewirausahaan Bersama Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards". Pada acara tersebut, Narman, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2018, berbagi kisahnya merintis usaha Baduy Craft dan perjuangannya mengatasi kendala yang dihadapinya.

Narman | Sumber gambar : IG @ayahriann
info gambar

Kemampuan Digitalisasi Sebagai Langkah Awal

Pada 2016, pria asli suku Baduy yang akrab disapa Narman ini memulai usahanya dalam memasarkan dan memperkenalkan produk kerajinan tangan khas Baduy melalui media sosial. Dengan akses internet dan media yang seadanya, Narman giat belajar secara mendiri mempelajari bagaimana dunia digital bekerja.

“Waktu itu pada tahun 2016 iseng-iseng Saya melihat-lihat dan membaca di mana pada saat itu sedang trending orang-orang membuat akun sosial media instagram. Setelah itu, Saya berhasil membuat akun sebuah brand dengan nama ‘Baduy Craft’, di mana waktu itu produk lokal yang susah dipasarkan menjadi lebih mudah lagi karena bisa mencakup pemasaran lebih luas lagi,” terang Narman dalam acara tersebut.

Narman menjelaskannya lagi bahwa untuk memasarkan produk lokal kerajinan lewat Baduy Craft tidak hanya melalui media sosial saja, dibutuhkannya juga pemasaran melalui marketplace seperti Tokopedia dan Bukalapak serta ia menyediakan situs website buatannya sendiri khusus untuk pembeli yang mengakses situs website. Tak berhenti disitu, Narman menyadari tidak semua masyarakat gemar membeli barang lewat situs online yang pasti ada saja kemungkinan rasa penasaran konsumen dengan wujud asli produk. Oleh karena itu, Narman juga berisiniatif bagaimana caranya agar penjualan produk lebih dikenal di masyarakat luas. Pada tahun 2018 ia berhasil mengikuti pameran yang bertema nusantara di Jakarta pada kegiatan tersebut ia memperkenalkan produknya lebih luas lagi, hal ini juga meningkatkan pula eksposur pada brand-nya.

Sempat Mendapatkan Teguran Oleh Tetua Adat

Tidak bisa dimungkiri bahwa Narman memang telah melanggar aturan adat yang berlaku di masyarakat Baduy. Di awal usaha Narman, ia mendapati teguran dari tetua adat mengenai penggunaan Handphone yang di mana tidak sejalan dengan ketentuan adat.

“Saya sangat menghormati aturan adat, dengan melakukan hal ini bukan berarti saya ingin mendobrak atau menghancurkan adat. Bukan, tetapi saya ingin memaksimalkan potensi yang ada dengan tetap mengikuti ketentuan adat yang berlaku,” jelasnya.

Narman menjelaskan kepada tetua adat, usaha tersebut dijalankan dengan semata-mata untuk melestarikan adat dan tradisi masyarakat Baduy ke masyarakat luas sekaligus mampu memenuhi seluruh aspek kebutuhan hidup masyarakat. Berbagai upaya yang dilakukan Narman akhirnya membuahkan hasil, ia direstui oleh tetua adat untuk menjalankan programnya dengan adanya bukti meningkatnya pendapatan para perajin Baduy. Kini, ada ratusan perajin Baduy yang menjual kerajinannya lewat Narman. Setiap bulan, omzetnya bisa mencapai Rp 50 juta.

Rintangan Yang Dihadapi Narman

Dalam melakukan segala suatu usaha pasti kita menghadapi berbagai macam rintangan. Hal tersebut pasti dialami pula oleh sosok Narman. Bagaimana tidak, ia bahkan selama ini kesulitan mempublikasikan produknya kepada calon pembeli karena tidak ada sinyal di daerahnya. Akibatnya, ia harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 2 km dari rumahnya untuk mendapatkan sinyal internet yang cukup memadai. Hal serupa dialami Narman dari segi distribusi, mendapat pesanan, supaya produknya sampai ke pembeli, ia harus berjalan kaki sekitar 12 km untuk mengirimkan produknya ke penyedia jasa logistik. Dari segi manajemen produksi karena Baduy Craft sendiri tidak ada rumah produksi secara khusus, ia kesulitan apabila mendapati pesanan dengan kuantiti tertentu sedangkan para perajin Baduy memproduksi kerajinananya hanya dibuat secara terbatas. Ketika para perajin saling membagi tugas, karakter pembuatanya yang berbeda dan hasilnya pun tentu akan berbeda. Selain itu, dalam pembuatan konten untuk pemasaran serta administrator media sosial dan marketplace semuanya dikelola oleh Narman sendiri terkadang ia pun mengalami kesulitan.

Tantangan Covid-19 Membuatnya Bangkit Kembali

Dengan bermodalkan tekad yang kuat semua ini dilakukan oleh Narman dalam menghadapi segala aspek tantangan yang di mana produksi Baduy Craft yang digeluti Narman ini sempat mengalami anjlok akibat pandemi Covid-19 silam. Hal ini membuat produksi Baduy Craft tidak laku selama 2 tahun, mengingat produk yang ditawarkan bertemakan nusantara di mana bukanlah suatu kebutuhan primer. Konsumen yang membeli produk Baduy Craft hanya karena sebuah acara atau event tertentu saja.

Pasca pandemi, Narman berusaha bangkit kembali. Namun, tantangan yang dihadapinya makin meningkat. Perubahan algoritma media sosial sangat berbeda dengan sebelumnya.

“Setelah pendemi ketika saya mencoba lagi ternyata sulit menemukan perhatian publik dari segi algoritma sosial media pun sudah berbeda sedangkan saya belum bisa membuat konten-konten viral karena hampir semua konten yang viral tidak sesuai aturan adat maka dari itu saya agak dilema. Oleh karena itu, saya masih terus belajar untuk menyesuaikan perkembangan,” jelasnya.

Apresiasi SATU Indonesia Awards

Terpilihnya Narman sebagai penerima penghargaan Sinergi Terpadu Astra untuk (SATU) Indonesia bidang kewirausahaan tahun 2018 didasari atas kegigihannya dalam meningkatkan perekonomian masyarakat perajin Baduy. Tak pernah terbayangkan di benak Narman sebelumnya, dirinya ternyata layak mendapatkan penghargaan ini. Bagi Narman usaha yang dilakukannya bukanlah untuk mendapat keuntungan dan pujian semata. Namun, hanyalah solusi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Baduy.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AQ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini