Rela Tinggalkan Beasiswa S2 di Bali, Demi Membangun Literasi di Kampung Halaman

Rela Tinggalkan Beasiswa S2 di Bali, Demi Membangun Literasi di Kampung Halaman
info gambar utama

I Gede Andika Wira Teja, akrab disapa Andika menjadi salah satu tokoh anak muda di Bali yang menginisiasi kegiatan yang berdampak besar terhadap anak-anak di Bali, yaitu di Desa Pemuteran. Andika penggerak Kredibali (Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan) Learning House di Desa Pemuteran yang sudah dimulai sejak Mei 2020 hingga saat ini.

Kredibali terbentuk pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19. Saat itu, segala pekerjaan dialihkan menjadi Work From Home (WFH) . Di saat yang sama pula, Andika mendapat LoA beasiswa S2 dari salah satu kampus di Inggris. Setelah mendengar kabar membahagiakan itu, ia berencana untuk berpamitan dengan keluarga besar di kampung halamannya yaitu Desa Pemuteran untuk berangkat melanjutkan studi di Inggris selama kurang lebih 9 bulan sampai 1 tahun.

Tetapi, ketika Andika kembali ke kampung halamannya, ia kembali teringat dengan kenangan masa kecilnya. Desa Pemuteran tak kalah masifnya dalam sektor pariwisata di Bali, cukup ramai didatangi wisatawan. Sayangnya, sekitar bulan April 2020, ia melihat bahwasanya pariwisata di daerahnya kala itu tidak lagi ramai dibandingkan dengan situasi sebelumya yang di dalam kenangan Andika.

Selain segala pekerjaan yang dialihkan untuk mengerjakannya dari rumah, sistem pendidikan di Indonesia saat itu juga beralih menjadi pembelajaran jarak jauh dengan memakai media daring dari rumah. Andika juga mengamati proses belajar anak-anak di daerahnya tersebut. Cukup memprihatinkan karena ia melihat anak-anak di lingkungannya, ternyata masih banyak yang tidak bisa mengikuti proses belajar dengan baik. Banyak anak yang pergi ke sawah untuk mencari rumput sebagai makanan ternak milik orang tua mereka, ada juga yang melaut untuk membantu orang tuanya sebagai nelayan di mana jika ini dibiarkan akan berdampak terhadap putus sekolah. Partisipasi sekolah juga menurun karena tidak memiliki media pendukung sebagai proses belajar.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengamatan dari kehidupan sosial di sekitarnya, Andika mencoba menganalisis hal apa yang akan ia lakukan untuk memperbaiki kondisi anak-anak di Desa Pemuteran. Muncullah gagasan darinya untuk menciptakan suatu hal yang bermanfaat untuk anak-anak di kala pandemi Covid-19 namun tetap mendapatkan dukungan dari masyarakat. Ia merasa di tahun 2020 itu, cukup sulit untuk mendapatkan dukungan karena sedang dalam masa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).

Tercetuslah Kredibali

Kegiatan Kredibali yaitu memberikan pelatihan Bahasa Inggris kepada anak-anak di Desa Pemuteran, di mana mereka tetap bisa belajar walaupun tidak bisa mengikuti prosedur belajar pada umumnya seperti di sekolah. Uniknya, gaya belajar di Kredibali ini adalah setiap anak diminta untuk membawa sampah plastik sebagai alat tukar atau pengganti uang. Anak-anak diwajibkan mengumpulkan sampah plastik dari rumah masing-masing lalu dibawa ketika datang ke tempat les.

Selama menjalani kegiatan ini, Andika semakin yakin untuk mengembangkan dan bertumbuh niatnya memberdayakan anak-anak di Desa Pemuteran. Atas keyakinan dan juga dukungan dari masyarakat setempat, ia memberanikan untuk membatalkan keberangkatan ke Inggris, untuk melanjutkan studinya. Kecintaan dan kepeduliannya kepada anak-anak di Desa Pemuteran lebih besar dan ia merasa tidak menyesal untuk meninggalkan kesempatan besar tersebut. Segala perjuangan yang dilakukan oleh Andika dan beberapa relawan membuahkan pencapaian yang luar biasa. Salah satunya memperoleh penghargaan SATU Indonesia Awards pada 2021.

Harapan Andika untuk Kredibali

Andika berharap dengan hadirnya Kredibali di tengah-tengah kehidupan anak-anak di Desa Pemuteran, mampu meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris untuk anak-anak sejak usia dini. Sekaligus ini bisa memberdayakan anak-anak yang berada di daerah terpelosok di Bali yang sulit untuk mendapatkan akses belajar Bahasa Inggris. Tentu, ini menjadi 'investasi' masa yang akan, kelak anak-anak ini bisa berkontribusi untuk sektor pariwisata di Bali.

Lalu, bisa meningkatkan kesadaran masyarakat yang dimulai dari anak-anak sebagai inisiator. Andika bercerita, banyak masyarakat terutama murid-murid di Kredibali menjadi pengingat atau reminder orang tua mereka bahwa sampah plastik itu memiliki 'harga' yang selalu mereka bawa ke tempat les, sehingga mereka tidak perlu membayar. Hal ini sekaligus bisa memberikan edukasi kepada anak-anak betapa bahayanya sampah plastik dan dampaknya, sehingga mereka bisa mengingatkan kepada orang tua mereka.

Dengan pola belajar demikian, Andika yakin mampu meningkatkan kesadaran sosial terhadap anak-anak. Dengan mengumpulkan sampah plastik tersebut, mereka tampung dan dapat ditukar dengan beras. Beruntungnya, Kredibali sudah bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat di Bali. Kemudian beras ini yang akan didistribusikan kepada masyarakat yang kurang mampu di daerah tersebut. Secara tidak langsung, ini menjadi proses belajar bahwasanya dalam situasi sulit pun, mereka juga bisa belajar untuk berbagi kebaikan kepada orang lain.

Andika memaparkan, hasil yang ingin dicapai dan terpenting adalah meningkatkan budaya literasi di daerah-daerah pelosok di Bali. Ia menegaskan untuk mencapai suatu hal yang besar dan berdampak luas harus dimulai melalui gerakan-gerakan kecil dari desa, provinsi hingga nasional.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini