Lestarikan Adat dengan Kenduri Sko

Lestarikan Adat dengan Kenduri Sko
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Suasana pagi itu di salah satu Desa Kabupaten Kerinci mendadak ramai bak lebaran. Hampir semua warga turun ke jalan, sebanyak 15 orang berpakaian adat bewarna hitam motif kekuning-kuningan, lengkap dengan keris, mereka sehari-hari biasa disebut sebagai “Depati Ninik Mamak”.

Depati Ninik Mamak merupakan pemangku adat dalam struktur pemerintahan adat Desa Tanjung Pauh Mudik dan Kerinci. Iring-iringan Depati Ninik Mamak dilakukan sepanjang jalan, suara gong perunggu, rebana, gendang, dan tarian iyo-iyo menyemarakkan acara kenduri sko.

Beberapa hari sebelum acara, hujan deras mengguyur hampir setiap desa di Kerinci, curah air yang tinggi membanjiri beberapa desa. Di Tanjung Pauh Mudik sendiri, lapangan yang akan digunakan untuk kenduri sko digenang air, rumput mulai menghitam, warga mulai was-was kalau pas acara, hujan masih turun.

Beruntunglah sehari sebelum acara, matahari mulai menampakkan sinarnya. Warga mulai sibuk membuat tiang besi dan tungku, bambu yang sudah diisi dengan beras, ketan, dan santan kelapa disiapkan untuk memasak “lemang”, salah satu makanan tradisional Kerinci yang dihidang ketika acara besar adat dan keagamaan. Api dan asap membumbung tinggi, bendera simbol kenduri sko berkibar, papan ucapan selamat menghiasi area kenduri Sko dan jalan raya.

Makna kenduri sko bagi warga

Kenduri Sko merupakan perhelatan akbar adat pada masing-masing Desa di Kerinci. Acara ini rutin dilakukan setahun atau lima tahun sekali. Prosesi Kenduri Sko dimulai dari menyembelih kerbau, menurunkan dan membersihkan benda pusaka, pengukuhan pemangku adat, serta silaturahim dan makan bersama. Di Tanjung pauh Mudik puncak acara adalah festival Kenduri Sko.

Kenduri sko di Tanjung Pauh Mudik mengusung tema “Lestarikan adat, teguhkan syariat, dan perkokoh silaturahim”. Tradisi ini menyimpan nilai dan filosofi yang dapat kita lihat pada rangkaian kenduri sko. Secara keagamaan kenduri sko merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas rezeki dan hasil panen yang diterima warga.

Kenduri sko juga diyakini sebagai medium pengingat agar perilaku warga sejalan dengan agama dan adat. Sebagaimana slogan adat “Adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah”. Adat istiadat yang berlaku di Tanjung Pauh Mudik dan Kerinci harus menyesuaikan dengan ajaran agama Islam berdasarkan kitab suci Al-Qur’an.

Tradisi kenduri sko juga mengajarkan warga tentang nilai kemanusiaan, salah satu laku manusiawi yang tampak adalah bagaimana menghormati sesama warga dan nenek moyang yang telah lama meninggal, nilai-nilai kebaikan dan kasih sayang yang diajarkan lewat kenduri sko sebagai wujud kecintaan pada tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang.

Hal ini tampak pada bagaimana “anak rumah tunggu rumah” yang dipercaya oleh pemangku adat untuk merawat dan menjaga benda pusaka, serta menurunkan benda pusaka dengan sangat hati-hati, diturunkan lewat jendela, benda pusaka diletakkan dalam satu kotak yang dibaluti kain, dipikul oleh salah satu Depati dan dikawal langsung oleh Hulubalang.

Kenduri sko juga mengajarkan akan pentingnya nilai sosial berupa gotong royong dan demokrasi. Dari awal acara warga musyawarah menentukan agenda, panitia, dan pengisi acara dipilih secara merata, warga menyumbang uang dan beras, setiap malam berlatih, menjahit pakaian dan atribut yang akan digunakan, masak bersama, hingga menyiapkan panggung besar nan megah.

Kesakralan dan kemeriahan kenduri sko

Acara kenduri sko dimulai dengan upacara adat, ini digelar di Larik Koto Tuo, salah satu rumah di Koto Tuo juga dipercaya sebagai tempat penyimpanan benda pusaka. Acara penurunan benda pusaka berlangsung sakral, salah satu sesepuh adat Tanjung Pauh Mudik menyampaikan parno (tradisi tutur warga Kerinci) yang memuat berbagai petatah-petitih adat.

Di lokasi yang sama, dua orang pemuda menunjukkan aksi pencak silat. Suara gong dan tabuh semakin terdengar keras, membuat suasana semakin merinding. Depati ninik mamak dikawal ratusan orang di belakangnya, disambut dengan tarian Iyo-Iyo, salah satu seni tari untuk mengungkapkan penghormatan pada pemangku adat, tamu dan warga, nenek moyang, dan persembahan untuk alam Kerinci.

Tari iyo-iyo diiringi alat musik gendang, gong, dan gumbe, satu orang membakar kemenyan yang diisi dengan daun sirih mengeliling para penari ibu-ibu yang berjumlah sekitar 50 orang. syair yang dilafalkan berkali-kali dalam tarian ini “iyo-Iyo Depati-Depati kamai, Ninik Mamak Ninik Mamak Kamai, anak janti, anak batino.

Setelah selesai tari dan pencak silat, para Depati Ninik Mamak duduk bersama dengan alim ulama, cerdik pandai, dan Pemerintah Desa. Depati Anum diberi kesempatan untuk mengurai adat, menyampaikan maksud dari acara kenduri sko.

Dalam pidato adatnya, Depati Anum menyampaikan bahwa “kenduri sko merupakan upaya kita untuk mengingat kembali sejarah nenek moyang, merumuskan ico pakai adat yaitu penerapan undang-undang adat, yang berkaitan dengan harta pusaka, anak betino yang tidak mengolah dan memanfaatkan tanah warisan, harta guntung, larangan dan denda adat yang berlaku dalam setiap keputusan adat”.

Setelah pidato adat, acara dilanjutkan pada siang hari. Warga berkerumunan datang ke lapangan Tanjung Pauh Mudik untuk menyaksikan festival kenduri sko. Tamu kehormatan yang datang adalah Wakil Gubenur Jambi Abdullah Sani dan Bupati Kerinci Adirozal berserta rombongan, mereka disambut dengan pencak silat dan tari sekapur sirih.

Kemeriahan acara juga terlihat dengan penampilan pencak silat anak-anak yang memakai baju dan celana hitam dengan topi khas adat kemerah-merahan, memegang pedang, membuat suasana terasa berdebar-debar, namun tetap saja mengundang tawa dan tepuk tangan.

Sepanjang acara festival kenduri sko, warga disuguhkan perpaduan antara adat dan kreasi, kreatifitas generasi muda menghasilkan modifikasi tari dan musik, membuat tradisi terasa lebih kekinian. Alat musik tradisional seperti gendang, gong, dan gumbe, dipadukan dengan piano, gitar, bas, dan biola.

Gerakan tari massal dan iyo-iyo ditunjukkan oleh 50 orang remaja. Lagu instrumen tari dengan muatan Islam yang kental, lebih terdengar seperti selawat, yang dinyayikan oleh seorang qari dan penyanyi wanita bersuara merdu dan tinggi. Harmonisasi antara musik dan tari, tradisi dan lantunan selawat, menandakan betapa pengaruh agama Islam melekat kuat pada adat Kerinci.

Pada sesi terakhir, dalam pidato Wakil Gubenur Jambi, beliau menyampaikan kekaguman terhadap atraksi dan seni yang ditampilkan oleh anak muda. “Saya begitu senang dengan berbagai penampilan anak muda di acara kenduri sko ini, saya berharap dengan kenduri sko, generasi kita bisa semakin mengenal adat”, Ucap Abdullah Sani, Wakil Gubenur Jambi.

Kuatnya pengaruh modernisasi dan sesuatu yang datang dari luar kebudayaan kita, semakin kuat pula kita mengingat apa yang telah diwariskan oleh leluhur kita, adat yang diwariskan itu tidak lain adalah “adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah, syara’ mengato, adat memakai”.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini