Cakrawala Terbentang, Siapa yang Sanggup Menantang? Kisah Inspiratif Kang Narman

Cakrawala Terbentang, Siapa yang Sanggup Menantang? Kisah Inspiratif Kang Narman
info gambar utama

Suku Baduy, merupakan salah satu suku di Indonesia yang masih kental dengan adat istiadatnya. Suku Baduy terbagi menjadi dua bagian kelompok masyarakat, yaitu kelompok Baduy Dalam dan kelompok Baduy Luar. Baduy Dalam yang masih sangat berpegang teguh dan menjalankan ketentuan adat, sebaliknya dengan Baduy Luar. Dua bagian kelompok Baduy dibedakan dalam cara berpakaian, Baduy Dalam memakai pakaian berwarna putih dengan ikat kepala serasi, sedangkan Baduy Luar memakai pakaian berwarna hitam atau biru tua dengan ikat kepala serasi.

Seiring berkembangnya zaman, salah satu kelompok masyarakat Baduy mengalami akulturasi. Mulanya, di mana masyarakat Baduy hidup hanya bergantung kepada hasil tani. Saat ini mulai menerima dampak modernisasi dan perkembangan dunia digital. Melalui SATU Indonesia Awards 2018 yang diselenggarakan oleh Astra, Kang Narman, menginisiasi gagasan yang dinamakan “Pembuka Cakrawala Baduy”. Kang Narman melihat dampak modernisasi dan perkembangan dunia digital tidak melulu bermuara kepada suatu hal yang negatif.

“kita tidak bisa lupa dengan ketentuan adat, peraturan yang berlaku, mana yang boleh dan tidak boleh. Kita ketahui setiap masyarakat mempunyai peraturannya sendiri, dan kita harus menghormati itu. Bukan berarti saya (Kang Narman) ingin mendobrak, menghancurkan adat. Bukan, sama sekali tidak. Justru kita melihat sesuatu yang bisa kita maksimalkan dan tetap akan diusahakan dengan ketentuan yang berlaku di dalam area adat yang tidak menyimpang.” Ucap Kang Narman.

Masyarakat Baduy yang sebelumnya banyak bergantung hanya kepada hasil tani, kini mulai merambah ke industri kreatif dan pariwisata. Awalnya, para pengrajin bekerja secara konservatif dengan menanti dan mengharapkan kedatangan pengunjung ke suku Baduy untuk sekedar melihat dan/atau membeli produk Baduy. Kang Narman menyadari potensi yang dimiliki kawan-kawan masyarakat Baduy Luar dalam industri kreatif, terutama pengrajin-pengrajin kain tenun, tas, dan sebagainya. Tahun 2016 media sosial Instagram sedang happening sampai terdengar oleh Kang Narman, kemudian dipelajari dan dimanfaatkan sebagai media untuk mempromosikan produk masyarakat Baduy supaya dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Kang Narman mewadahi para pengrajin produk industri kreatif Baduy ke dalam penjualan satu pintunya yang dinamakan BADUY CRAFT yang merupakan output SATU Indonesia Awards. Tidak hanya terpaku pada satu media sosial Instagram, Kang Narman melebarkan sayapnya dengan memanfaatkan e-commerce Bukalapak dan Tokopedia.

Kang Narman juga membaca karakteristik pengguna pasar yang tidak semuanya betah berselancar di media sosial untuk berbelanja, hingga di 2018, BADUY CRAFT mulai mengikuti pameran-pameran penjualan di wilayah Jabodetabek untuk menghadirkan sensasi berbeda kepada para penikmat hasil karya Baduy secara langsung. Pameran yang bertema “Nusantara” menjadi fokus Kang Narman bersama BADUY CRAFT untuk mengenalkan produk-produk Baduy. Banyak dampak positif dari usahanya memasukan produk-produk Baduy ke banyak pameran. Selain masyarakat luas menjadi tahu, exposure terhadap usaha yang diinisiai selama ini menjadi semakin meningkat yang tentu mempengaruhi tingkat penjualan produk. Hal ini yang kemudian menginspirasi kawan-kawan Kang Narman untuk melakukan hal yang sama.

Setiap usaha pasti selalu ada tantangan di dalamnya. Begitu pula Kang Narman bersama BADUY CRAFT yang sudah berjalan sejak 2016. Kang Narman mengemukakan tantangan tersebut ke dalam 4 hal. Pertama, permasalahan sinyal, sebagian besar wilayah adat pengrajin produk masyarakat Baduy yang jauh di dalam tidak mendapatkan sinyal. Menyebabkan proses pemasaran dan komunikasi yang berusaha dibangun ke masyarakat luar menjadi terhambat. Kedua, manajemen produksi, Produk yang dihasilkan sangat terbatas, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam jumlah besar sekaligus. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengrajin. Kemudian untuk menghasilkan satu produk yang sama sangat sulit untuk dipastikan sama persis, karena produksi manual yang dilakukan oleh tangan pengrajin (antara satu pengrajin dan lainnya) mempunyai gaya selingkungnya (karakter tangan) masing-masing. Ketiga, sumber daya manusia, Kang Narman sejauh ini hanya seorang diri dalam mengelola wadah yang menjadi inisiasinya, mulai dari admin marketplace dan konten kreator. Terakhir, riding the wave social media, Kang Narman menyadari algoritma saat ini didominasi oleh video-video pendek yang menyita perhatian, terlebih untuk memasarkan produk. Tetapi di lain sisi, kebanyakan trend yang muncul dan bertahan di media sosial ini bertentangan dengan ketentuan adat.

Tetapi, tantangan memang sudah sepatutnya untuk dihadapi dan dicari jalan keluarnya bersama. Masyarakat Baduy merespon positif kegiatan atau inisiasi Kang Narman bersama BADUY CRAFT, terdapat kurang lebih 30 pemasok atau pengrajin yang terbantu dalam kegiatan. Selain menjadi wadah pengrajin yang hobi dalam membuat produk kreatif Baduy, dari segi ekonomi juga sangat terbantu. Saat ini, Kang Narman mengemukakan mulai merambah untuk mengembangkan segmentasi pariwisata yang mempunyai tujuan sama; meningkatkan exposure dan penjualan produk kerajinan masyarakat Baduy, dengan membuka paket wisata. Melalui pariwisata ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat Baduy, biasanya menjadi pemandu wisata, porter, dan penginapan selama kunjungan ke Baduy.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini