Dedikasi Ritno Kurniawan untuk Desa Nyarai, Rangkul Pembalak Liar Jadi Pemandu Wisata

Dedikasi Ritno Kurniawan untuk Desa Nyarai, Rangkul Pembalak Liar Jadi Pemandu Wisata
info gambar utama

Sumatera Barat memang menyimpan keindahan alam yang tiada habisnya. Salah satunya adalah Desa Wisata Nyarai yang terletak di Nagari Salibutan Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Dikutip dari situs Desa Wisata Nyarai, desa yang terletak di kaki Bukit Barisan ini memiliki daya tarik berupa Air Terjun Lubuk Nyarai, Air Terjun Belek, Pemandian Lubuk Napa, dan Lubuak Larangan. Ekowisata di desa ini dikelola dengan sangat baik hingga mampu mendatangkan ribuan wisatawan dalam setahun, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Di balik keberhasilan pengelolaan wisata Nyarai, terdapat sosok Ritno Kurniawan. putra daerah Sumatera Barat lulusan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Saat Ritno pulang kampung usai menamatkan pendidikan sarjananya, ia melihat kondisi Hutan Gamaran yang telah digunduli. Kayu-kayu dari hutan tersebut diambil oleh para pembalak liar, dihanyutkan ke sungai, kemudian dijual. Padahal wilayah tersebut menyimpan potensi wisata alam karena memiliki beberapa air terjun yang indah.

Ritno pun bertekad untuk mengubah wilayah tersebut menjadi kawasan ekowisata. Langkah Ritno diawali dengan pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) LA Adventure pada Agustus 2013. Ritno kemudian berusaha meyakinkan para pemuda dan pembalak liar untuk beralih profesi menjadi pemandu wisata.

Perjalanan Ritno tidak mudah. Dilansir dari Kompas.id, aliran air terjun dimanfaatkan warga untuk menghanyutkan gelondongan kayu sehingga pengelolaan air terjun untuk wisata dikhawatirkan akan merusak mata pencaharian warga. Ritno pun akhirnya berusaha meminta izin dan menyampaikan idenya ke tokoh adat setempat. Namun ketika ia sedang berdialog dengan tokoh adat terkait gagasannya, ia sempat didatangi sekelompok orang dengan parang dan diminta menghentikan kegiatannya. Penolakan juga muncul dari keluarganya sendiri karena pilihan pekerjaannya dianggap tidak biasa. Namun Ritno tetap gigih memperjuangkan gagasannya.

Perselisihan yang terjadi akhirnya dapat diselesaikan secara musyawarah dan kekeluargaan. Ritno juga berhasil meyakinkan warga untuk bekerja sama membangun fasilitas bagi wisatawan, seperti jalur pejalan kaki, posko pendaftaran kunjungan, hingga toilet. Para pembalak liar pun berhasil ia yakinkan untuk menjadi pemandu wisata. Dikutip dari situs Alumni UGM, berbagai pelatihan diselenggarakan untuk warga setempat, mulai dari mengajarkan cara menerima tamu, cara berdagang, hingga cara memandu wisata.

Air Terjun Nyarai | Foto: Instagram @ekowisatanyarai
info gambar

Kegigihan Ritno kini berbuah manis. Menurut situs Desa Wisata Nyarai, wisata di desa tersebut kini semakin berkembang. Desa Wisata Nyarai menyediakan berbagai paket wisata dan menyuguhkan berbagai pertunjukan seperti Silek Tuo Nyarai Sekapur Sirih dan pasambahan. Masyarakat yang dulunya berprofesi sebagai pembalak liar kini juga bertransformasi menjadi sahabat bagi alam sekitar. Berbagai program dijalankan untuk menjaga kelestarian alam, seperti penanaman pohon asuh, pengembalian hasil pancingan ke alam pada wisata Mahseer Fly Fishing, dan program-program lainnya.

Usaha Ritno mampu meningkatkan pendapatan para pemandu wisata dan mengembangkan perekonomian Lubuk Alung. Hutan dan alam sekitar pun dapat diselamatkan dari aktivitas penebangan ilegal. Kontribusi Ritno terhadap Desa Wisata Nyarai membuat Ritno mendapat sejumlah penghargaan, salah satunya adalah SATU Indonesia Awards tahun 2017.

Kisah Ritno patut menjadi inspirasi bagi Kawan GNFI dan seluruh pemuda tanah air. Meskipun jalan perjuangan yang harus dilewati tidak mudah, namun kerja keras dan kegigihan yang kuat dapat membuat impian menjadi kenyataan. Selain itu, kisah Ritno juga dapat menjadi pelajaran bagi para penggerak perubahan bahwa dibutuhkan ketulusan dan kesabaran untuk merangkul dan menggerakkan masyarakat menuju perubahan.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini