Cynthia Suci Lestari, Menyebarkan Kebahagiaan Lewat Gaya Hidup Minimalis

Cynthia Suci Lestari, Menyebarkan Kebahagiaan Lewat Gaya Hidup Minimalis
info gambar utama

Kisah Cynthia Suci Lestari, atau yang akrab disapa Cynthia, dengan gaya hidup minimalis, bermula sekitar tahun 2017. Tahun itu adalah tahun yang sangat berat baginya karena ia mengalami quarter life crisis. Berbagai masalah datang menghampirinya, dari masalah keluarga, karir, pertemanan, dan yang paling berat adalah masalah dengan diri sendiri. Cynthia pun berpikir, pada siapa ia harus menceritakan masalahnya agar bisa menemukan jalan keluar.

Cynthia kebingungan, karena saat itu ia tidak menemukan seorangpun yang bisa dijadikan tempat meluahkan permasalahannya. Sahabatnya yang juga tinggal bersamanya di kos harus pergi meninggalkannya, lantaran akan menikah.

Keadaan ini membuat Cynthia mengambil keputusan untuk berhenti sejenak, dengan tidak pergi keluar dari kos selama hampir dua hari. Waktu ini digunakannya untuk merenungi permasalahan hidupnya, dan mencari sumber masalah yang dihadapinya. Ia akhirnya sadar, bahwa masalahnya selama ini adalah sifatnya yang sangat bergantung terhadap orang disekitar. Cynthia tidak bisa sendirian, dan untuk mengambil keputusan sesederhana membeli atau tidak suatu barang, ia harus bertanya kepada orang lain. Cynthia yang juga banyak memiliki ide bisnis mesti rela membiarkan idenya menguap begitu saja karena ia berpikiri harus melakukannya bersama orang lain.

Dalam kesendiriannya itu, Cynthia mulai mengurangi barang-barang yang dimilikinya sedikit demi sedikit, seperti kosmetik, rangkaian produk perawatan kulit, buku-buku, dan juga baju, dengan cara dijual kembali. Jumlah barang yang banyak membuatnya mumet, karena yang dilihat hanya itu terus. “Sudah di kepala rasanya penuh, ruangan pun bikin tambah sesak” fikirnya.

Tanpa mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah proses decluttering, Cynthia terus melakukan aktivitas ini. Karena ada rasa kepuasan dan kebahagiaan tersendiri. Tidak hanya lebih tenang, Ia pun tumbuh menjadi pribadi yang lebih bersyukur. Cynthia juga merasakan dampak kegiatan ini untuk sifatnya yang sangat bergantung tadi, memilah barang-barang melatih dirinya untuk mandiri dalam membuat keputusan. Setelah mencari tahu lebih lanjut, ia baru mengenal bahwasanya kegiatan yang dilakukannya disebut decluttering, yang merupakan proses awal menerapkan gaya hidup minimalis.

Cynthia sangat menyukai kegiatan yang dilakukannya. Oleh karena itu, ia juga meminta teman-temannya di kantor untuk mengumpulkan barang-barang yang tidak mereka gunakan lagi juga, dan ia bersedia untuk membantu menjualnya kembali. Kecintaan akan kegiatan ini berlanjut pada membuat akun di Instagram, yang dikhususkan untuk berbagi pengalaman tentang kegiatan decluttering yang dilakukannya. Respons yang bagus, dan banyaknya pengikut yang menantikan konten-kontennya, menjadi sumber semangat bagi Cynthia.

Akun Instagram yang bermula hanya untuk berbagi pengalaman itu pun tumbuh menjadi sebuah komunitas gaya hidup minimalis yang dikenal dengan Lyfe With Less. Lyfe with Less adalah komunitas gaya hidup minimalis pertama di Indonesia. Harapan Cynthia dengan adanya komunitas ini para anggota dan juga pengikut di Instagram dapat saling menginspirasi dan mendukung dalam menerapkan gaya hidup ini. Seperti yang dikatakan Cynthia dalam podcast Lyfe With Less “Minimalis itu lebih dari sekedar gaya hidup, tapi juga pola pikir, dan untuk menerapkannya diperlukan belajar terus”.

Ada berbagai kemajuan sejak komunitas terbentuk beberapa tahun lalu, banyak anggota telah mengurangi konsumsi berlebihan, mendonasikan barang yang tidak diperlukan, dan juga mengurangi penggunaan plastik. Kebahagiaan yang diperoleh Cynthia dengan gaya hidup minimalisnya pun kini juga ikut dapat dirasakan oleh banyak orang dengan mengetahui bahwasanya gaya hidup ini juga merupakan sebuah upaya untuk menjaga lingkungan.

Referensi:

Podcast Lyfe With Less “Kenapa #BelajarJadiMinimalis & Quarter Life Crisis”, 30 Mei 2019.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini