Ngatir: Memaknai Budaya dan Tradisi Daerah Cipanas

Ngatir: Memaknai Budaya dan Tradisi Daerah Cipanas
info gambar utama

Negara Indonesia menjadi bukti akan keindahan mendalam keberagaman budaya. Dari desa di kaki gunung tepatnya daerah Cipanas, Lebak, Banten, terdapat sebuah tradisi yang hingga saat ini masih di lestarikan “Tradisi ngatir” menyiratkan keharuman kearifan lokal. Ngatir adalah sebuah perayaan yang mengusung nilai-nilai adat dan budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi.

Jejak Sejarah tradisi Ngatir

Lebih dari sekadar sebuah perayaan, ngatir adalah praktek ritual yang memiliki akar yang kuat dalam sejarah dan budaya masyarakat setempat. Setiap tanggal 12 Rabiul Awal dan 15 Sya'ban, masyarakat Cipanas berkumpul untuk merayakan hari lahir dan wafat Nabi Muhammad SAW, serta sebagai ungkapan syukur atas hasil bumi yang melimpah. Dalam pelaksanaan Ngatir, seseorang menghambakan diri, mengagungkan, dan mengesakan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi. Ngatir bukan sekadar perayaan, tetapi juga sebuah tindakan ibadah yang mendalam. Ini adalah momen ketika masyarakat Cipanas bersatu dalam keimanan dan rasa syukur kepada Tuhan.

Seiring berjalannya waktu, perayaan Ngatir secara tidak langsung mengalami perubahan baik dari segi fungsi dan tujuan. Dulu, Ngatir dijadikan sebagai sarana berkumpul yang jarang dilakukan dan sebagai hiburan sebelum musim tanam padi tiba. Namun, sekarang perayaan Ngatir juga dijadikan tolak ukur status sosial dalam masyarakat. Semakin banyak menu makanan yang disajikan, semakin tinggi status sosial keluarga tersebut. Tujuan utama perayaan Ngatir tetap sama, yaitu untuk bersyukur atas hasil panen dan untuk berbagi dengan sesama. Masyarakat Cipanas melakukan pertukaran makanan dengan warga lain, dan menu makanan yang disajikan secara keseluruhan harus sama. Ngatir adalah refleksi dari rasa syukur yang mendalam dalam budaya masyarakat Cipanas.

Prosesi Ngatir

Tradisi ini biasanya dilakukan pada pagi hari, kaum laki-laki berkumpul dan membawa hancengan, sebuah bakul besar yang berisi berbagai hidangan seperti nasi, urab, daging, dan ayam panggang. Mereka menuju mesjid untuk berdoa bersama, memohon berkat, keselamatan, dan keberkahan. Hancengan diletakkan di depan mesjid, siap untuk didoakan dan dibagikan. Semua kegiatan dalam Ngatir dilakukan sesuai syariat. Setelah ritual keagamaan, masyarakat melanjutkannya dengan pemberian hancengan kepada warga lain sebagai ungkapan persatuan dan kepedulian. Tradisi ini adalah bukti bagaimana keimanan, rasa syukur, dan persatuan menjadi dasar kehidupan sehari-hari masyarakat Cipanas, yang mewariskan nilai-nilai ini dari generasi ke generasi. Ngatir adalah cerminan dari kekuatan budaya dan agama yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.

Makna Tradisi Ngatir

  1. Penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW: Tradisi Ngatir secara khusus dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awal dan tanggal 15 Sya'ban. Ini adalah cara masyarakat Cipanas untuk menghormati Nabi mereka, yang merupakan figur sentral dalam agama Islam.
  2. Syukur Atas Hasil Bumi: Tradisi Ngatir juga berfungsi sebagai bentuk syukur atas hasil bumi yang melimpah. Dalam hancengan yang dibagikan, terdapat berbagai hidangan yang melambangkan hasil pertanian dan keberkahan alam. Ini adalah pengingat bagi masyarakat tentang kebutuhan untuk bersyukur atas rezeki yang diberikan oleh Allah SWT.
  3. Penghormatan terhadap Tradisi Lokal: Ngatir adalah warisan budaya yang telah ada secara turun temurun di Cipanas. Melalui pelaksanaan tradisi ini, masyarakat Cipanas menunjukkan penghargaan dan cinta mereka terhadap warisan leluhur dan kebudayaan setempat. Ini adalah cara untuk memastikan bahwa tradisi ini tetap hidup dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
  4. Persatuan dan Solidaritas: Ngatir membawa masyarakat Cipanas bersama-sama dalam momen ibadah, berdoa, dan berbagi makanan. Ini memperkuat rasa persatuan dan solidaritas di antara mereka. Prosesi pemberian hancengan adalah ungkapan nyata dari kepedulian dan kebersamaan dalam masyarakat.
  5. Perbuatan Baik dan Kebaikan: Terutama saat Ngatir dilakukan pada masa Nifsu Sya'ban, tujuannya adalah menutup buku amalan dengan melakukan perbuatan baik, seperti mempererat silaturahmi dan saling menghormati. Ini mengajarkan pentingnya berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari dan membangun hubungan yang harmonis dengan sesama.

Tradisi Ngatir bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga perwujudan dari rasa syukur, keimanan, persatuan, dan solidaritas dalam masyarakat Cipanas. Dalam momen-momen ini, mereka merasakan kekuatan budaya dan agama mereka, yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Sumber:

https://www.kompasiana.com/teguhsetiawan5991/623308a380a65a261e26d5c6/mengenal-ngatir-budaya-khas-warga-cipanas-kabupaten-lebak-banten

https://www.bantennews.co.id/menyambut-maulid-nabi-warga-desa-talagahiyang-lebak-gelar-tradisi-ngatir/

Mutaqin, M. Z. (n.d.). KEBUDAYAAN NGATIR DI CIPANAS . Studi Fenomenologi pada Budaya Islam di Cipanas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini