Sesaji Rewanda: Bagaimana Monyet Membantu Sunan Kalijaga Membangun Masjid Agung Demak

Sesaji Rewanda: Bagaimana Monyet Membantu Sunan Kalijaga Membangun Masjid Agung Demak
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Bagi umat Islam, bulan Syawal adalah bulan penting yang diisi dengan perayaan untuk merayakan kemenangan setelah berpuasa selama bulan Ramadhan.

Di Indonesia, khususnya di Semarang, perayaan bulan Syawal memiliki keunikan tersendiri, salah satunya adalah perayaan Sesaji Rewanda. Sesaji Rewanda adalah perayaan yang khusus dilaksanakan oleh warga Kampung Talun Kacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Semarang.

Sejarah Sesaji Rewanda

Sejarah Sesaji Rewanda dimulai pada abad ke-15, saat Sunan Kalijaga, salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia, berusaha membangun sebuah masjid yang sekarang terkenal sebagai Masjid Agung Demak.

Sunan Kalijaga saat itu membutuhkan kayu jati berkualitas tinggi untuk proyek ini, yang menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah agama Islam di tanah Jawa.

Masjid Agung Demak | Foto: Wikimedia Commons
info gambar

Setelah melakukan perjalanan yang panjang, salah satu anggota Wali Songo ini menemukan kayu jati yang sesuai untuk pembangunan masjid tersebut. Namun, perjalanan pulang dengan kayu-kayu itu tidak berjalan lancar.

Saat kayu-kayu itu dihanyutkan melalui sungai, hambatan tak terduga muncul di jalannya. Besarnya batu-batu di sungai membuat kayu-kayu itu terjebak dan tidak bisa bergerak lebih jauh.

Dalam saat-saat yang sulit ini, Sunan Kalijaga memohon petunjuk kepada Tuhan untuk mengatasi masalah ini. Permohonannya pun didengar oleh tuhan. Para monyet datang untuk membantu Sunan Kalijaga.

Para monyet ini dan Sunan Kalijaga bekerja sama untuk mengangkat dan menggeser bebatuan besar yang menghalangi perjalanan kayu jati tersebut. Rintangan pun berhasil diatasi berkat bantuan dari para monyet. Setelah mengatasi rintangan tersebut, Sunan Kalijaga memerintahkan agar para monyet tersebut tinggal di Goa Kreo, tempat asal mereka, dan menjaga goa tersebut.

Makna dan Tujuan

Sesaji Rewanda memiliki berbagai makna dan tujuan yang sangatlah mendalam. Pertama, Sesaji Rewanda yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti “memberi hadiah kepada monyet” ini menyoroti pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.

Ini mencerminkan keyakinan bahwa manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini memiliki tanggung jawab yang besar untuk merawat alam dan semua makhluk yang hidup di dalamnya. Dengan memberikan 'hadiah' kepada para monyet yang tinggal di Goa Kreo, masyarakat tidak hanya merayakan kemenangan setelah Ramadhan tetapi juga menyampaikan pesan penting tentang keharmonisan dengan alam.

Kedua, Sesaji Rewanda adalah bagian integral dari budaya dan tradisi Jawa yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Ini memungkinkan masyarakat untuk terhubung dengan masa lalu dan merayakan warisan budaya yang berharga. Perayaan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya merawat dan merayakan warisan budaya ini untuk generasi mendatang.

Ketiga, kisah Sunan Kalijaga yang mencari kayu jati dan menerima bantuan para monyet membawa pesan moral yang kuat. Kisah ini menekankan nilai kerjasama, kesederhanaan, dan ketulusan. Sunan Kalijaga dan monyet-monyet menjadi lambang pesan-pesan ini dalam perayaan ini.

Terakhir, Sesaji Rewanda memiliki peran dalam mendidik masyarakat tentang pentingnya pelestarian alam. Perayaan ini menciptakan kesadaran tentang konservasi lingkungan dan bagaimana tindakan kita dapat berdampak pada ekosistem yang lebih besar. Ini juga menciptakan peluang untuk mempromosikan pendidikan lingkungan dan tindakan berkelanjutan dalam masyarakat

Pelaksanaan Sesaji Rewanda

Biasanya, perayaan ini berlangsung pada tanggal 3 bulan Syawal, dengan puncak prosesi kirab pada tanggal 7 bulan Syawal. Acara dimulai dengan rombongan yang berarak dari desa ke Goa Kreo, tempat tinggal monyet-monyet yang dihormati dalam perayaan ini. Sebelum mencapai Goa Kreo, empat orang dengan menggunakan kostum monyet akan melakukan tarian yang menghibur dan memberikan semangat kepada peserta.

Di belakang mereka, terdapat replika kayu jati yang melambangkan peran penting monyet dalam membantu Sunan Kalijaga dalam memindahkan kayu jati. Ketika rombongan tiba di Goa Kreo, prosesi kirab dimulai dengan doa-doa yang dipimpin oleh tokoh-tokoh adat, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Setelah prosesi doa selesai, acara dilanjutkan dengan anak-anak dari komunitas setempat mengenakan kostum monyet dan berpartisipasi dalam perayaan dengan tarian yang menggambarkan peran monyet dalam membantu Sunan Kalijaga.

Setelah prosesi selesai, gunungan-gunungan berisi berbagai hidangan tradisional, termasuk "Sego Kethek" atau nasi monyet, dibagikan kepada para monyet sebagai simbol rasa terima kasih. Sego Kethek berisi nasi yang dibungkus dengan daun jati dan diisi dengan sayuran, tahu, dan tempe.

Gunungan ini bisa mencapai tinggi sekitar 2,5 meter, menciptakan pemandangan yang mengesankan. Selama pembagian gunungan, semua yang hadir, termasuk para monyet, bergabung dalam perayaan ini, menciptakan atmosfer persatuan yang menguatkan makna perayaan tersebut.

Perayaan Sesaji Rewanda membawa manfaat besar bagi masyarakat lokal, terutama dalam sektor ekonomi dan pariwisata. Kegiatan yang unik ini telah menarik minat tidak hanya dari penduduk sekitar, tetapi juga dari wisatawan domestik dan mancanegara yang ingin merasakan pesona budaya dan tradisi lokal.

Namun, perlu dipahami bahwa pelestarian budaya bukan hanya tentang melestarikan warisan masa lalu, melainkan juga menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam. Pelestarian tradisi Sesaji Rewanda tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga melibatkan keseimbangan dengan alam dan makhluk lain yang ada di dalamnya.

Bagi masyarakat setempat, perayaan ini telah menjadi sumber penghasilan yang berarti. Namun, dengan terus berlanjutnya modernisasi dan globalisasi, tantangan pelestarian budaya semakin besar. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa menjaga tradisi dan nilai-nilai budaya adalah investasi dalam identitas, keberlanjutan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.

Jika tradisi ini lenyap, tidak hanya akan hilang dalam sejarah, tetapi juga membawa dampak negatif pada masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, menjaga dan merayakan perayaan seperti Sesaji Rewanda adalah tugas bersama kita untuk melestarikan warisan budaya yang berharga, yang mewarnai dan memperkaya keragaman budaya kita.

Referensi:

Iman, A. N. (2022). Ritual Sesaji Rewanda di Semarang, Pesan Sunan Kalijaga untuk Menjaga Alam. Diakses dari: https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6089429/ritual-sesaji-rewanda-di-semarang-pesan-sunan-kalijaga-untuk-menjaga-alam

Said, S. M. (2023). Sesaji Rewanda, Tradisi Warga Semarang Syawalan Bareng Monyet di Goa Kreo. Diakses dari: https://semarang.inews.id/read/289089/sesaji-rewanda-tradisi-warga-semarang-syawalan-bareng-monyet-di-goa-kreo

Tifani (2023). Uniknya Tradisi Sesaji Rewanda Bersama Monyet Gua Kreo di Bulan Syawal. Diakses dari: https://www.liputan6.com/regional/read/5270220/uniknya-tradisi-sesaji-rewanda-bersama-monyet-gua-kreo-di-bulan-syawal

Kusumo, R. (2023). Tradisi Sesaji Rewanda: Beri Makan Monyet sebagai Amanah Sunan Kalijaga. Diakses dari:. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/04/20/tradisi-sesaji-rewanda-beri-makan-monyet-sebagai-amanah-sunan-kalijaga

Rasyid, S. (2020, May 19). Mengenal Sesaji Rewanda, Tradisi Syawalan Bersama Para Monyet di Goa Kreo | merdeka.com | Merdeka.com. Diakses dari:

https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-sesaji-rewanda-tradisi-syawalan-bersama-para-monyet-di-goa-kreo.html

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini