Mendayung Kebudayaan Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau

Mendayung Kebudayaan Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Pacu jalur mendunia seolah tidak lagi menjadi angan-angan belaka yang selalu digaungkan pemerintah maupun masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Tahun 2023 menjawab bukti nyata bahwa kebudayaan pacu jalur ini telah merambah dan dikenal oleh berbagai penjuru daerah Indonesia bahkan di dunia melalui media sosial. Konten-konten parodi pacu jalur marak di posting dan begitu menghibur penonton yang menyaksikan.

Pacu jalur telah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dikeluarkan oleh Kementerian kebudayaan Indonesia pada tahun 2015. Tentu saja pencapaian ini menjadi sebuah kebanggan bagi masyarakat Kuantan Singingi yang telah ada lebih dari satu abad lalu.

Pacu jalur merupakan sebuah lomba dayung perahu tradisional, namun pembeda dengan sampan yang lain yaitu memiliki panjang hingga tiga puluh meter dan dapat diisi sampai enam puluh orang dalam satu sampan panjang tersebut. Sampan panjang atau disebut dengan jalur ini terbuat dari satu pohon utuh yang berasal dari hutan-hutan yang ada di sekitar Kabupaten Kuantan Singingi.

Penyebaran informasi dengan canang

Rangkaian utama yang dilakukan untuk melakukan penebangan kayu yaitu melakukan rapat. Biasanya, rapat ini diumumkan oleh salah seorang masyarakat yang bertugas untuk mengabarkan informasi dengan memukul canang. Canang merupakan sebuah gong yang berukuran kecil, jika di daerah Jawa disebut dengan gamelan.

Canang ini kemudian dipukul-pukul berirama sembari mengelilingi kampung dan meneriakkan informasi bahwasanya akan diselenggarakan rapat jalur. Berikut contoh penyampaian informasi yang dapat biasa dilakukan penggebu canang dengan menggunakan bahasa daerah.

“Oy rang bonjar iko, perintah la tibo pulo dari pak woli. Kito kan mengadokan rapek jaluar malam kini di balai desa jam delapan malam”

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu:

“Hallo warga kampung, ada instruksi dari Kepala Desa untuk mengadakan rapat jalur yang akan diselenggarakan malam ini di kantor desa pukul delapan malam”.

Setelah informasi disampaikan kepada masyarakat desa, maka musyawarah dilakukan dan dipimpin oleh Kepala Desa. Rapat jalur ini biasanya membahas tentang persiapan untuk membuat jalur diantaranya dengan menyepakati jadwal melakukan pencarian kayu, jadwal penebangan kayu serta menyepakati tukang jalur yang akan membuat sampan panjang ini.

Umumnya, dalam proses rapat ini juga terbentuk panitia pembuatan jalur yang bertanggung jawab dalam mengatur dan melaksanakan seluruh rangkaian prosesi pembuatannya.

Hingga sampailah di hari yang telah disepakati untuk mencari kayu jalur. Beberapa hutan dijajaki untuk mencari kayu yang sesuai sebagai cikal bakal jalur nantinya. Hutan-hutan yang biasanya terdapat kayu-kayu besar diantaranya hutan Bukit Betabuah yang berada di Desa Kasang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, hutan Bukit Tabandang di Kecamatan Hulu Kuantan, Hutan Pati Soni di Kenegerian Cengar serta beberapa hutan lainnya yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi.

Setelah menemukan kayu yang sesuai dengan kriteria diantaranya lurus, besar dan dapat diperkirakan tahan lama saat digunakan. Beberapa jenis kayu yang biasa dipilih masyarakat untuk membuat jalur diantaranya kulim, bunio, mersawa, hingga jenis kayu meranti. maka masyarakat kembali bermusyawarah untuk menentukan jadwal penebangan dan penarikan kayu menuju desa.

Sebelum dilakukan proses penebangan kayu, pihak pemerintah desa terlebih dahulu mengurus perizinan kepada pihak terkait sehingga tahapan proses yang dilakukan tidak melanggar hukum.

Uniknya, beragam kejadian saat prosesi penebangan kayu sering diceritakan masyarakat yang secara langsung menyaksikan prosesi ini. Diantaranya pernah bercerita tentang air yang keluar dari pohon yang ditebang, ada juga cerita tentang pohon yang susah tumbang meskipun telah dipotong. Meskipun demikian, pada akhirnya pohon-pohon tersebut dapat tumbang juga.

Maelo jalur dan pencarian jodoh

Setelah pohon tumbang, kayu kemudian ditarik menuju desa dengan menggunakan kendaraan maupun ditarik secara tradisional. Menarik jalur ini biasa disebut dengan istilah “maelo banan jalur”. Dulunya, prosesi ini dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan dan momen ini dijadikan sebagai ajang pencarian jodoh. Namun, karena mempertimbangkan keamanan, prosesi maelo kayu jalur ini dilakukan oleh laki-laki.

Eratnya persatuan masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi terlihat jelas dalam proses pembuatan jalur ini. Masyarakat desa tetangga juga ikut bergotong-royong membantu dalam seluruh rangkaian proses pencarian hingga penarikan jalur ke desa. Rasa haru terpancar jelas dari wajah-wajah masyarakat desa karena sebentar lagi akan hadir sebuah jalur kebanggaan yang turut serta meramaikan ajang lomba pacu di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.

Memasuki tahapan selanjutnya yaitu melakukan proses pembentukan kayu menjadi sebuah jalur. Proses ini dilakukan oleh tukang-tukang yang sudah berpengalaman. Beberapa tukang kenamaan yang malang melintang dalam membuat jalur diantaranya Jusi, Usup, Irun, Sainur, Dison, Bujang Jaka, hingga Hendriadi. Nama-nama legendaris ini telah melahirkan puluhan jalur yang bahkan diantaranya mampu menjuarai lomba pacu jalur tingkat kecamatan maupun nasional.

Umumnya, proses pembuatan jalur ini dapat menghabiskan waktu hingga dua bulan sebelum dilakukan pelayuran. Pelayuran ini merupakan proses pembakaran pada kayu jalur yang bertujuan agar kayu tersebut dapat memuai sehingga ukurannya melebar. Prosesi pelayuran ini sekaligus peresmian nama oleh pejabat daerah setempat yang ramaikan oleh masyarakat dengan hiburan tradisional rakyat diantaranya randai maupun saluang dangdut.

Ragam motif hiasan jalur

Rangkaian kegiatan selanjutnya yang dilakukan setelah melewati proses pelayuran yaitu melakukan proses finishing dengan menambahkan beberapa elemen pada jalur diantaranya pemberian tempat duduk dan mewarnai jalur.

Proses pewarnaan ini disesuaikan dengan motif yang akan digunakan untuk menghias jalur. Beberapa motif yang biasa dibuat diantaranya motif pucuk bersusun, talam ubi beriring, kelok pakis, anak ayam serta motif khas lainnya.

Motif ini bagian dari kesenian yang menambah estetika dari sebuah jalur dan bahkan memiliki makna dari setiap goresan cat yang dicantumkan pada bagian-bagian jalur. Paling belakang jalur terdapat sebuah ornamen yang disebut dengan selembayung yaitu ukiran kayu dengan beragam bentuk terkadang sesuai dengan nama jalurnya.

Misalkan nama jalur yaitu harimau kompe, maka ornamen ukirannya berbentuk harimau, atau terdapat juga jalur palimo olang putie maka ukurannya berbentuk burung elang.

Jika seluruh persiapan sudah selesai maka jalur sudah siap untuk diuji cobakan di sungai batang Kuantan. Uji coba ini dilakukan untuk menguji kecepatan jalur serta mengatur posisi tempat duduk atlit dayungnya atau disebut dengan pemacu.

Setelah dilakukan uji coba dan dirasa sudah sesuai, maka akan diadakan jadwal latihan rutin untuk menghadapi gelanggang-gelanggang pacu jalur nantinya. Proses latihan akan terus dilakukan mendekati hari perlombaan, hal ini bertujuan untuk melatih kekuatan fisik pemacu sehingga benar-benar siap menghadapi lawannya nanti dalam perpacuan.

Budaya pacu jalur ini akan terus tetap dirawat dan dijaga turun-temurun sampai kapanpun serta akan menjadi kebanggaan masyarakat Kuantan Singingi, Riau.

Referensi:

Website Warisan Budaya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini