Berkreasi dengan Bambu: Semangat Melestarikan Budaya oleh Mak Titi

Berkreasi dengan Bambu: Semangat Melestarikan Budaya oleh Mak Titi
info gambar utama

Bambu menjadi salah satu tanaman yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya di tanah Jawa. Sebagai salah satu suku yang mendiami pulau Jawa, Suku Sunda menjadi salah satu suku yang dalam hidupnya memiliki hubungan akrab dengan rerumputan yang dapat tumbuh tinggi, bambu. Tak ayal, perabotan rumah yang dimiliki oleh masyarakat Sunda berbahan dasar dari bambu yang dianyam.

Seiring perkembangan zaman, keberadaan perajin anyaman sudah mulai berkurang, karena merasa produk yang dihasilkan akan kalah bersaing dengan produk-produk yang lebih modern. Walaupun begitu masih terdapat perajin anyaman bambu yang masih terus mempertahankan kebudayaan, yaitu Mak Titi, perajin anyaman bambu asal Desa Nagrog, Kec. Wanayasa, Kab. Purwakarta. Meskipun usianya telah memasuki setengah abad, semangatnya untuk terus meneruskan bakat yang telah diturunkan dari orang tuanya dalam menganyam bambu masih beliau pertahankan sampai saat ini.

Sebenarnya, Mak Titi bukanlah perajin anyaman bambu satu-satunya di Desa Nagrog. Karena sejak dulu banyak sekali perajin di desa ini, bahkan dapat dikatakan hampir semua masyarakat Nagrog adalah perajin. Namun, saat ini hanya Mak Titi yang masih memiliki keinginan kuat untuk terus berkembang dan berinovasi dalam menganyam, sehingga hasil produk anyaman yang dihasilkan dapat lebih bervariasi. Sedangkan perajin lainnya cenderung tidak ingin melakukan inovasi jenis kerajinan karena mereka hanya berusaha memenuhi permintaan pasar (seperti caping/cetok, hihid (kipas), aseupan) dan merasa teknik anyaman untuk menghasilkan jenis kerajinan baru dirasa cukup rumit untuk dipelajari serta target pembelinya pun dinilai tidak pasti atau musiman.

Produk anyaman yang bisa Mak Titi buat, seperti tempat tisu, tas, korang (tempat menyimpan ikan), lodor, pipiti, kipas, dan hiasan. Dalam penerimaan pesanan, Mak Titi juga bersedia untuk menerima request dari pelanggannya, baik berupa warna produk atau inovasi bentuk anyaman. Hal ini dikarenakan beliau memiliki kemauan yang tinggi untuk belajar bentuk-bentuk baru dalam menganyam. Selain memiliki semangat yang tinggi untuk terus belajar, Mak Titi juga dikenal sebagai orang yang tidak pelit akan ilmu. Beliau tidak segan-segan mengajari para tetangga yang mau belajar kepadanya. Akibatnya banyak orang yang tertarik untuk belajar menganyam bambu, bahkan tidak sedikit pengunjung dari luar daerah, seperti Jakarta.

Sudah menggeluti dunia kerajinan anyaman bambu puluhan tahun tentu sudah banyak kisah hidup yang telah dilalui mulai dari tantangan hingga momen-momen yang membanggakan, yang mana anyaman bambu telah menjadi bagian hidup bagi Mak Titi dan keluarganya. Berkat ketekunannya menjadi perajin anyaman, Mak Titi mengaku ia jadi bisa menyekolahkan keempat anaknya. Bahkan salah satu anaknya, yaitu anak bungsunya, sempat mendapatkan keringanan dalam biaya sekolah karena mendapatkan juara 1 pada perlombaan menganyam bambu di Kodim Purwakarta. Ya, Mak Titi memang menurunkan bakat menganyamnya kepada keempat anaknya. Terlebih sang suami pun juga memiliki bakat menganyam juga, sehingga bakat ini lebih mudah lagi untuk diturunkan kepada anak-anak mereka.

Hidup dengan kondisi keluarga yang selalu mendukung, tentu memberikan keuntungan tersendiri bagi Mak Titi. Anak-anak yang selalu mendukung dan membantu ibunya untuk bisa mengikuti arus perkembangan zaman, dengan mengajarkannya bagaimana cara menggunakan handphone, cara mempromosikan jualannya secara online, cara untuk belajar menganyam untuk menghasilkan produk yang berbeda, bahkan Mak Titi sendiri memiliki channel YouTube yang terdapat video tutorial menganyam.

Mak Titi memang dikenal dengan sifatnya yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja, hal ini membuat disukai oleh banyak orang. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai orang yang tidak pelit akan ilmu. Beliau bersedia untuk memberikan pengajaran terkait ilmu menganyam kepada anak-anak muda demi melestarikan generasi penerus pengrajin anyaman. Beliau juga adalah orang yang terbuka kepada orang-orang baru sehingga dapat menghasilkan peminat-peminat baru lainnya dari penjalinan relasi beliau yang baik.

Mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih, mun teu ngoprek moal nyapek” merupakan peribahasa yang menjadi pedoman Mak Titi untuk terus berusaha. Karena dalam peribahasa itu terdapat pesan bahwa seseorang tidak akan dapat makan (memenuhi kebutuhan) jika mereka tidak mau berusaha. Oleh karena itu, sebagai seorang perajin, Mak Titi selalu berusaha dan berinovasi untuk terus menghasilkan produk yang berkualitas dan bervariasi. Selain itu, peribahasa ini secara tidak langsung juga mengajak Kawan GNFI untuk selalu berusaha atau bekerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Jadi, teruslah berusaha dalam mencapai impian!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini