Hutan Ranjuri Nan Luhur: Hutan Purba yang Jaga Desa Beka dari Bencana Alam

Hutan Ranjuri Nan Luhur: Hutan Purba yang Jaga Desa Beka dari Bencana Alam
info gambar utama

Hutan Ranjuri yang berada di Desa Beka, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah disebut sebagai hutan purba oleh masyarakat Sigi. Hal ini karena ada beberapa pohon yang berumur 600-700 tahun.

Dimuat dari National Geographic, Hutan Ranjuri yang mempunyai luas 12 hektare ini terbukti sebagai pelindung Desa Beka dari banjir dan longsor. Hal ini karena pohon-pohonnya mempunyai batang yang besar.

Pohon Ramin, Si Kayu Langka yang Menjadi Primadona Mebel Indonesia

Alam Sriyanto, anggota lembaga adat Desa Bekka mengatakan Sigi pernah dilanda hujan lebat. Tetapi batu-batu besar dan pasir yang dibawa oleh air dari pegunungan berhasil ditahan oleh Hutan Ranjuri.

“Tidak ada (Hutan) Ranjuri, tidak ada Desa Bekka,” ujar Alam.

Sumber penghidupan

Selain pelindung, Hutan Ranjuri juga berperan sebagai sumber penghidupan desa yang menyediakan sumber daya alam yang sangat penting, seperti air. Hutan menampung air terjun di belakangnya yang jatuh dengan sangat deras.

Air itu meresap ke dalam tanah, dan muncul sebagai sungai-sungai kecil dengan air yang jernih. Inilah yang sering dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan seperti air minum dan untuk mencuci baju.

Hutan Indonesia sebagai Media Perang Pemanasan Global

“(Hutan Ranjuri) ini adalah sesuatu yang ingin kita dorong dengan penguatan, baik dari pemerintah daerah, pemerintah desa, termasuk dengan penguatan komitmen dengan masyarakat, lembaga adat yang teguh akan keberadaan hutan ini bisa menghasilkan manfaat yang secara ekonomi pada masyarakat,” kata Mohammad Afit, Ketua Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sigi.

Dijaga warga

Ranjuri berasal dari bahasa Kaili yang telah berubah dialek dari ran yang berarti “masuk” atau “ke dalam”, dan syuri “pepohonan syuri”. Syuri adalah pohon besar dengan akarnya yang timbul.

“Sekarang sudah susah-langka sekali menemukannya,” kata Alam.

Masyarakat Bekka merawat Hutan Ranjuri dengan mitologi yang diwariskan secara turun temurun. Tradisi lisan ini berupa nasihat agar tidak mengganggu hutan, seperti menebang pohon, bahkan memotong kayu hasil pohon yang tumbang.

Tak Selalu Karena Manusia, Ini Deretan Fenomena Alam yang Bisa Picu Kebakaran Hutan

Kayu pohon yang tumbang boleh dimanfaatkan jika ditujukan untuk kepentingan masyarakat, contohnya pembangunan masjid. Maka masyarakat Desa Bekka memuliakan hutan ini dengan menaruh beberapa seserahan di dalam hutan.

“Karena sama-sama makhluk Allah subhanahu wa ta’ala tidak boleh ganggu. Kita tidak ganggu mereka, mereka tidak ganggu kita,” terang Alam.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini