Mengenal Kenthongan Banyumasan: Kesenian yang Lahir dari Kebudayaan Masyarakat

Mengenal Kenthongan Banyumasan: Kesenian yang Lahir dari Kebudayaan Masyarakat
info gambar utama

Kaya raya adalah kata sifat yang seharusnya sangat pantas tersemat bagi bangsa Indonesia. Beranjak mulai dari Sabang sampai Merauke, terhampar begitu banyak nilai-nilai berharga yang dimiliki Indonesia. Salah satu nilai berharga itu adalah kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Kebudayaan yang beragam dan melimpah tersebut tak pernah habis untuk dituangkan dalam berbagai literatur kesenian maupun kesusastraan Indonesia. Hal tersebut semakin memperkuat identitas bangsa Indonesia yang berbudaya. Kebudayaan bagi bangsa Indonesia akhirnya menjadi sebuah jatidiri. Lebih dari itu, kebudayaan ini mampu mengantarkan masyarakat Indonesia kepada kemajuan ekonomi lewat produksi kebudayaan dan kesenian menjadi karya intelektual yang tinggi

Maka dari itu, inilah salah satu kebudayaan fantastis yang lahir dari daerah tengah pulau Jawa yang eksotis, yaitu Kabupaten Banyumas. Kebudayaan tersebut adalah Kenthongan Banyumasan. Uniknya, Kenthongan Banyumasan merupakan sebuah kebudayaan masyarakat Banyumas yang bertransformasi menjadi sebuah kesenian musik. Mau tahu ceritanya? Simak artikel ini sampai tuntas, ya.

Apa itu Kenthongan?

Nama kenthongan berasal dari kata dasar kenthong dan akhiran -an yang memiliki arti memainkan kenthong. Bahasa lain menyebut kenthongan sebagai jidor, yaitu alat pemukul dan bambu atau batang kayu Jati yang dipahat sebagai bahannya. Bambu atau kayu Jati yang diukir tersebut akan menghasilkan bunyi nyaring ketika dipukul dengan keras. Menurut Moerjtipto (1990), sejarah kenthongan sudah dimulai dari legenda Cheng Ho dari Cina yang melakukan perjalanannya mengelilingi dunia. Pada perjalanannya, kenthongan digunakan sebagai alat komunikasi ritual keagamaan.

Kenthongan
info gambar

Riwayat kehadiran kenthongan ini memiliki berbagai macam fungsi yang berbeda, meskipun secara garis besar adalah sebagai alat komunikasi. Di Nusa Tenggara Barat atau NTT, oleh Raja Anak Agung Gede Ngurah kenthongan digunakan untuk mengumpulkan massa pada abad XIX. Demikian pula yang dilakukan oleh Kyai Gorobangsa di Yogyakarta pada masa kerajaan Majapahit, kenthongan sering digunakan untuk memanggil para warga. Secara historis, kenthongan digunakan sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi dengan massa atau warga desa. Bunyi-bunyi kenthongan pun diatur sesuai kesepakatan masyarakatnya. Contohnya seperti bunyi satu ketukan sebagai kabar lelayu atau ada warga yang meninggal, bunyi dua ketukan sebagai tanda adanya pencurian.

Menjadi sebuah Kesenian di Kabupaten Banyumas

Kabupaten Banyumas merupakan suatu daerah di provinsi Jawa Tengah, teletak di kaki Gunung Slamet. Selain wilayah administratif, Kabupaten Banyumas juga merupakan suatu wilayah kebudayaan dengan komunitas maryarakatnya yang berkehidupan tradisional-agraris. Seperti hal jaman yang terus berkembang, kebudayaan di kabupaten Banyumas ikut menyertai perkembangan dan perubahan jaman dalam bentuk perubahan sosial yang mengarah kepada pola modern-teknologis. Perubahan sosial tersebut menghasilkan imbas positif terhadap kehidupan masyarakat Banyumas. Salah satunya adalah kenthongan di Banyumas yang bergilir menjadi sebuah kesenian dari sebuah kebudayaan masyarakat Banyumas.

Pada tahun 1970, alat kenthongan masih digunakan oleh masyarakat Banyumas sebagai sarana atau alat komunikasi. Kini kenthongan telah berubah menjadi salah satu kesenian musik tradisional yang sangat digemari masyarakat Banyumas. Perubahan tersebut berawal pada tahun 1970 oleh sekelompok masyarakat di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Mereka mengembangkan alat kenthongan menjadi seperti alat musik dengan cara mengumpulkan banyak kenthongan lalu ditabuh secara bersama-sama. Begitu pula saat melaksanakan ronda malam, para petugas ronda malam memukul kenthongan secara bersamaan dan membentuk jalinan komposisi musikal dengan tujuan agar tidak bosan saat ronda malam. Kebiasaan tersebut dilirik oleh Kepolisian Kabupaten Banyumas dan dijadikan perlombaan bernama thek-thek kamling, mulai dari tingkat Desa hingga tingkat Kabupaten. Perlombaan tersebut berhasil memotivasi masyarakat Banyumas dan membuat musik kenthongan semakin diminati di berbagai wilayah di Kabupaten Banyumas.

Antusias tinggi masyarakat Banyumas
info gambar

Kesenangan masyarakat Banyumas dengan musik kenthongan, menjadi pupuk suburnya pertmbuhan kesenian kenthongan di Kabupaten Banyumas. Mudahnya cara dalam memainkan kesenian tersebut pun membuat banyak kalangan di Kabupaten Banyumas ikut menyalurkan kreativitasnya. Dalam satu grup kenthongan, pemainnya terdiri dari pria dan wanita dengan jumlah tak dibatasi dalam pertunjukkan. Pemain tersebut dibagi menjadi berbagai peran, antara lain penabuh, mayoret, penari, dan badut untuk menciptakan daya tarik. Dalam pertunjukkan kesenian kenthongan, mereka menggabungkan alat kenthongan dengan alat musik pengiring lainnya, seperti drum, gendang, seruling, dan angklung. Mereka menampilkan kesenian kenthongan berdasarkan kreativitas masing-masing grup. Dalam suatu pertunjukkan, grup kenthongan biasanya menampilkan berbagai macam lagu, mulai lagu tradisional, modern, atau lagu-lagu kebangsaan. Menariknya, kesenian kenthongan tak membutuhkan panggung khusus untuk tampil, cukup di tempat-tempat terbuka seperti jalan desa atau lapangan desa sehingga mudah ditonton oleh semua marayarakat.

Kini Digelar setiap Tahun sebagai Promosi Budaya

Pada masa kini, musik kenthongan banyak dijumpai di seluruh penjuru wilayah Kabupaten Banyumas, baik pertunjukan biasa di persimpangan jalan atau pertunjukan besar seperti festival. Meskipun festival kenthongan sempat terhenti selama 2 tahun karena pandemi, pada hari Jumat, 24 Februari 2023, festival kenthongan kembali hadir bagi masyarakat Banyumas dan sekitarnya dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-452 Kabupaten Banyumas. Sebanyak 32 grup kenthongan dari setiap Kecamatan dan 4 grup kenthongan ekshibisi menunjukkan aksinya yang dilakukan di sepanjang jalan dari Alun-Alun Purwokerto sampai Simpang Srimaya sejauh 1,8 kilometer. Tidak hanya untuk memperingati Hari Jadi ke-452 Kabupaten Banyumas, festival kenthongan juga sebagai promosi wisata dan upaya memajukan alat musik tradisional.

Festival kenthongan juga hadir pada pagelaran “Banyumas Kenthongan Night Parade 2023” di Alun-Alun Purwokerto pada hari Kamis, 14 September 2023. Festival tersebut digelar Pemkab Banyumas melalui Dinporabudpar Kabupaten Banyumas dengan menampilkan 11 grup kenthongan. Kegiatan tersebut ditampilkan di hadapan delegasi Smart Green Asean Cities (SGAC) sehingga sekaligus memperkenalkan kesenian tradisional dari Kabupaten Banyumas.

Banyumas Night Parade 2023 | Foto: Pemkab Banyumas/https://static.banyumaskab.go.id
info gambar

Maraknya minat dan ketertarikan masyarakat Kabupaten Banyumas terhadap kesenian musik tradisional kenthongan ini perlu difasilitasi secara berlanjut seperti sebelumnya agar dapat terus lestari bahkan mendunia, seperti kesenian Lengger Lanang Banyumas. Semoga, dengan adanya artikel ini juga dapat memperkenalkan kesenian dari Kabupaten Banyumas lebih luas lagi.

#WritingCamp

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini