Keanekaragaman Suku di Lampung Sebagai Bentuk Persatuan Dalam Budaya Yang Beragam

Keanekaragaman Suku di Lampung Sebagai Bentuk Persatuan Dalam Budaya Yang Beragam
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Hai kawan GNFI, kalian pasti tahu kan kalau kebhinekaan Indonesia menciptakan keajaiban dari beragam suku, bahasa, dan agama yang tersebar di seluruh pulau dan provinsi, membentuk landasan perpaduan yang menakjubkan. Nah salah satu tempat yang istimewa dalam keragaman ini adalah Provinsi Lampung. Lampung, terletak di ujung pulau Sumatera merupakan contoh sempurna dari bagaimana keberagaman budaya dan etnisitas bisa menjadi sumber persatuan yang mempesona. Hal tersebut menyebabkan Lampung kerap kali dijuluki sebagai miniatur Indonesia.

"Lokasi Lampung sangat strategis, yaitu berada diantara jalur utama pulau sumatra dan juga jawa, sehingga banyak suku yang melakukan transmigrasi dan menjadikan lampung sebagai Indonesia mini" Ujar Gubernur saat jumbara PMR Tingkat Nasional IX 2023.

Lantas bagaimana sih Lampung bisa menjadi tempat berkumpulnya berbagai suku? dan bagaimana juga berbagai perbedaan tersebut bisa hidup berdampingan yang kemudian menciptakan harmoni dalam keragaman etnis, agama, bahasa, dan budaya?

Mari kita selediki hal ini lebih mendalam kawan.

  1. Asal-Usul Keragaman Suku di Lampung
    Keanekaragaman etnis di Lampung dapat ditelusuri mulai dari adanya program transmigrasi pada tahun 1905 oleh pemerintah Hindia Belanda. Program ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan penduduk di pulau-pulau lain, seperti Jawa dan Bali, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sejumlah 155 keluarga menjadi pelaku pertama program transmigrasi ini. Keberhasilan mereka menjadi pelopor, menarik keluarga dan saudara mereka untuk mengikuti program transmigrasi berikutnya (Salim and Ruslan 2021).
    Data yang dimuat dalam BPKP Provinsi Lampung menyatakan bahwa terdapat 62% populasi suku Jawa yang mendominasi, kemudian sebanyak 25% suku Lampung, Sunda 10%, Bali 1,73%, Minangkabau 3,57%, dan Tionghoa beserta suku lainnya sebanyak 2,15%. Dari data tersebut berarti ribuan penduduk Jawa dan suku lainnya memilih Lampung sebagai rumah mereka, menjadikan penduduk lokal sebagai minoritas di daerah mereka sendiri.
  2. Keragaman Agama dan Bahasa
    Kehadiran berbagai suku membawa agama dan bahasa masing-masing, menciptakan keragaman yang memperkaya kehidupan budaya di Provinsi Lampung. dengan mayoritas penduduk menganut Islam 93.55%. Selain itu, terdapat minoritas Kristen Protestan 2.32%, Hindu 1.63%, Katolik 1.62%, Buddha 0.87%, dan Konghucu 0.01%. Keberagaman masyarakat Lampung juga tercermin dalam variasi bahasa yang mereka miliki. Bahasa Lampung adalah bahasa asli, tetapi bahasa Sunda, Jawa, Bali, dan bahasa lainnya juga ada di Lampung. Namun, dalam keseharian, Bahasa Indonesia adalah bahasa pergaulan yang menghubungkan berbagai kelompok etnis dan memastikan komunikasi yang lancar.
  3. Harmoni dan Persatuan Dalam Keanekaragaman
    Masyarakat pribumi Lampung memiliki slogan Sang Bumi Ruwai Jurai yang diartikan sebagai satu bumi, dua aliran adat budaya yaitu saibatin dan pepadun. Namun, seiring berjalannya waktu slogan tersebut lebih menekankan pada semangat persatuan dalam perbedaan. Ini menjadi pedoman masyarakat adat Lampung yang menunjukkan bagaimana keanekaragaman suku dan budaya menjadi kekuatan yang mempersatukan. Dalam konsep ini, pendatang tidak digolongkan sebagai kelompok yang berbeda, tetapi sebagai bagian dari masyarakat Lampung yang satu (Dasrun Hidayat 2014).
    Harmoni dan persatuan ini juga ditopang oleh falsafah hidup yang dipegang teguh masyarakat pribumi Lampung. Mereka menerapkan nilai-nilai seperti sifat ramah dan terbuka, yang dikenal sebagai "nemui nyimah," kemudahan dalam berinteraksi, yang disebut sebagai "nengah nyampogh," serta nilai kebersamaan yang dikenal dengan "sakai sambaian." Dalam kerangka nilai ini, setiap individu merasa memiliki tanggung jawab tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi juga terhadap lingkungan sekitarnya (Hidayat 2017).

Wah ternyata Lampung memang pantas disebut dengan miniatur nya Indoneisa ya kawan, dengan beragam suku dan budaya yang ada. Namun, adanya keberagaman sangat penting untuk selalu menjaga keselarasan antara suku-suku agar konflik dapat dihindari.

Salah satu kunci kesuksesan harmoni di Lampung adalah penghormatan terhadap perbedaan dan semangat persatuan yang kuat. Keragaman etnis dan budaya di sini justru menjadi kekayaan dan daya tarik. Pemerintah setempat dan masyarakat bekerja sama untuk menjaga persatuan dan menghormati hak-hak individu dalam lingkungan yang multikultural.

Selain itu, terdapat beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan untuk menjaga harmoni keberagaman ini yaitu dengan mendorong pendidikan multikultural yang inklusif di sekolah-sekolah dan masyarakat. Pemerintah setempat dapat mengembangkan program pendidikan yang mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang keberagaman budaya, agama, dan bahasa di antara masyarakat Lampung. Selain itu, melalui inisiatif komunitas dan acara budaya, seperti festival dan pertemuan lintas budaya, dapat memperkuat pemahaman dan toleransi di antara berbagai kelompok etnis dan agama. Pemberian dukungan dan promosi untuk acara yang merayakan keragaman juga dapat menjadi cara efektif untuk mempertahankan harmoni di Provinsi Lampung.

Referensi:

  • Hidayat, D., Kuswarno, E., Zubair, F., & Hafiar, H. (2017). Negosiasi Citra Budaya Masyarakat Multikultural. Jurnal Aspikom, 3(2), 157-172.
  • Salim, L. (2023). Kearifan Lokal Sebagai Modal Sosial Ulun Lampung. RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual, 5(1), 103-114. https://doi.org/10.29303/resiprokal.v5i1.285
  • https://www.bpkp.go.id/lampung/konten/131/
  • https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-lampung/baca-artikel/12774/Lampung-Miniatur-Indonesia.html

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini