6 Saran dari Warga Melayu untuk Mengembalikan Kejayaan Sungai Deli

6 Saran dari Warga Melayu untuk Mengembalikan Kejayaan Sungai Deli
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbungUntukMelambung

Sebagai salah satu ikon bumi Melayu, rasanya sulit jika kita meniadakan keberadaan Sungai Deli. Warga Melayu Medan lebih akrab dengan sebutan Sei Deli (sei artinya sungai). Sungai yang memiliki panjang 73 km ini membentang sepanjang 3 Kabupaten/Kota meliputi Kabupaten Karo, Deli Serdang dan Kota Medan tentunya. Ujung dari sungai Deli bermuara di Selat Malaka.

Sejarah mencatat, sungai Deli dahulunya melambangkan kebanggaan dan kejayaan tanah Melayu terutama Melayu di kota Medan. Tengku Luckman Sinar dalam bukunya “The History of Medan” menyebut berdasarkan hikayat Aceh kata Deli berasal dari Muhammad Dalik yang merupakan anak seorang raja yang ada di India. Suatu ketika perahu yang ia miliki karam sehingga terdampar di daerah Pasai (sekarang Aceh). Dalik kemudian menetap di Aceh hingga beberapa waktu. Sultan Aceh pada saat itu Sultan Iskandar Muda sedang berperang sengit melawan Kekaisaran Romawi Timur hingga menyebabkannya kesulitan untuk mengalahkan 7 orang dari Kekaisaran tersebut. Muhammad Dalik kemudian datang dan menolong Sultan Aceh sehingga berhasil mengalahkan mereka.

Sultan Aceh pun memberikan penghargaan kepada Dalik dengan memberinya gelar Laksamana Kud Bintan atau Laksamana Aceh alias Gocah Pahlawan (pemimpin para pemuka Aceh & raja-raja taklukan Aceh). Setelah beberapa lama di Aceh, ia membangun sebuah negeri tersendiri di Sungai Lalang, Percut. Gocah Pahlawan lalu menikahi putri Datuk Sunggal yang bernama Puteri Nang Baluan Beru Surbakti.

Pemko Medan dalam laman resminya menambahkan dari sinilah awal mula berdirinya secara resmi Kesultanan Deli pada tahun 1.669 M. Setelah Gocah Pahlawan mangkat, ia digantikan oleh putranya Tuanku Panglima Perunggit. Laman Ibnuhasyim mengungkap bahwa berdasarkan dari arsip dokumen milik VOC Belanda 'daghregister' menyebut Deli dengan kata Dilley, Dilly, Delli atau Delhi. Istilah ini identik dengan nama sebuah kota yang ada di India. Hal ini semakin menguatkan Gocah Pahlawan yang berasal dari ibukota negeri Bollywood tersebut.

Sungai Deli dulunya merupakan sungai yang bersih dan jernih. Bukan hanya berperan sebagai jalur perdagangan lada dan tembakau, sungai Deli juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan pada zaman kolonial Belanda dan sumber penghasilan masyarakat sekitar.

Namun kini hal tersebut hanya jadi cerita sejarah. Sebagai warga Melayu penulis merasa perlu memberikan sumbangsih pikiran untuk mengembalikan kejayaan sungai Deli layaknya seperti dulu. Saya harapkan Pemerintah Daerah sudi untuk mendengarnya.

Sungai Deli harus kembali berjaya

Ada 6 saran atau masukan dari penulis selaku warga Melayu untuk mengembalikan kejayaan Sungai Deli yaitu:

1. Membentuk 'polisi sungai'

Polisi hutan sudah ada, polisi air laut juga siap sedia, bagaimana dengan polisi sungai? Rasanya kita masih belum punya kawan. Polisi sungai merupakan polisi khusus yang bertugas memantau dan mengawasi keamanan, kebersihan serta menindak setiap pelanggaran yang terjadi di sungai Deli. Menurut penulis langkah kecil ini perlu dicoba mengingat kesadaran warga akan vitalnya peran sungai Deli masih belum maksimal. Polisi sungai menjadi alternatif solusi yang patut dipertimbangkan Walikota Medan atau Bupati. Hadirnya polisi sungai akan dapat meningkatkan rasa awas dan tanggung jawab masyarakat daerah aliran sungai untuk lebih peduli akan lingkungan sungai Deli.

2. Memberlakukan sistem reward & punishment

Harus ada aturan tegas yang mengatur jenis pelanggaran terhadap para pembuang sampah ke sungai. Baik itu berupa sanksi teguran/peringatan, denda, kerja sosial atau bentuk punishment lainnya. Hal ini akan memberikan 'shock effect' kepada para pelanggar nakal. Selain itu juga sistem reward yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat daerah aliran sungai yang secara kolektif mampu menjaga lingkungan sungainya tetap bersih. Baik reward berupa piagam penghargaan dari Kepala Daerah, uang tunai, beasiswa atau dalam bentuk lainnya.

Minimal hal ini bisa memotivasi masyarakat untuk meminimalisasi volume sampah yang dibuang masyarakat ke sungai Deli.

3. Petugas pengangkut kebersihan khusus

Salah satu kendala memberantas sampah di sekitar daerah aliran sungai (DAS) adalah petugas kebersihan yang hanya datang 2 atau 3 kali dalam seminggu. Ada baiknya pemerintah daerah harus menyiapkan petugas pengangkut khusus untuk membersihkan sampah rumah tangga setiap hari. Baik lewat jalur darat dengan truk, gerobak, sepeda motor atau jalur air via kapal pengangkut sampah. Bisa juga menggunakan kapal canggih yang bisa langsung menyedot sampah dari permukaan air sungai. Intinya volume sampah yang diangkut dari lingkungan sekitar sungai harus lebih banyak dibandingkan dengan volume sampah rumah tangga yang diproduksi masyarakat. Jika hal ini terus-menerus dilakukan maka akan mengurangi volume sampah yang mencemari sungai Deli.

4. Penegakan hukum terhadap perusahaan nakal

Dilansir dari Ekuatorial menyebut berdasarkan laporan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 ada kurang lebih 54 industri dan 27 saluran limbah domestik yang mengotori sungai Deli.

Penegakan hukum (law enforcement) menjadi kunci bagi terciptanya keamanan dan ketertiban. Perusahaan yang membuang limbah ke sungai Deli secara ugal-ugalan sudah sewajarnya mendapat hukuman yang pantas. Bukan hanya hukuman yang sifatnya yuridis, juga hukuman yang sifatnya administratif mulai dari teguran, denda hingga pencabutan izin usaha. Jika penegakan hukum terus diabaikan, jangan harap sungai Deli bisa dikembalikan seperti saat era kejayaannya dulu. Pemerintah harus 'galak' terhadap pengusaha nakal yang merusak lingkungan sungai.

5. Sosialisasi masif kepada seluruh warga sekitar DAS

Sosialisasi dan penyuluhan secara masif juga harus terus menerus dilakukan. Jangan patah semangat, mengedukasi masyarakat menjadi bagian penting yang akan meningkatkan persentase keberhasilan. Intinya menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat agar menjaga dan merawat sungai Deli. Peranan dan partisipasi aktif dari komunitas dan masyarakat menjadi salah satu peran penting.

6. Normalisasi dan rehabilitasi sungai

Saat ini Pemko Medan bekerja sama dengan TNI AD melalui program 'Peduli Deli'. Program kolaborasi yang dilaksanakan 27 September - 9 Oktober 2023 ini bersama-sama melakukan normalisasi sungai Deli untuk pencegahan banjir.

Upaya ini patut diapresiasi karena cukup memberikan dampak yang signifikan. Puluhan alat berat, truk dan peralatan lainnya dikerahkan bersama dengan berbagai elemen masyarakat untuk merehabilitasi sungai Deli. Target dari program ini membersihkan tumpukan sampah dari sedimen sungai baik di sisi kanan dan kiri sepanjang 68.400 meter.

Tentunya menjadi harapan kita semua melihat sungai Deli menjadi berjaya seperti dulu, untuk itu semua pihak harus bersama-sama berperan, bersinergi dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan mulia tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini