NFT Sebagai Wadah Untuk Melestarikan Seni Wayang Kulit

NFT Sebagai Wadah Untuk Melestarikan Seni Wayang Kulit
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Seni wayang kulit adalah salah satu bentuk kesenian tradisional indonesia yang memiliki nilai sejarah, estetika, dan filosofis yang tinggi. Wayang kulit merupakan media komunikasi yang mengandung pesan-pesan moral, religius, dan sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat. Wayang kulit juga merupakan warisan budaya bangsa yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada tahun 2003.

Tahukah kawan GNFI? Pada awalnya, seni wayang kulit digunakan untuk upacara keagamaan dan memiliki keterkaitan yang erat dengan nilai-nilai tradisional. Namun, seiring dengan perubahan zaman serta pengaruh globalisasi, seni wayang kulit kini telah berubah menjadi bentuk hiburan murni dan daya tarik wisata yang dinikmati oleh masyarakat. Dari perspektif seni, wayang kulit berperan sebagai sarana bagi masyarakat jawa untuk mengekspresikan diri dan menyatukan diri dengan alam semesta (Priyanto, 2021).

Pada awalnya, banyak orang melihat bahwa masuknya era modernisasi merupakan tantangan yang cukup kompleks dalam hal melestarikan warisan budaya. Kendala terhadap berkurangnya kesadaran akan rasa kepemilikan terhadap identitas budaya tradisi karena lahirnya budaya baru yang diadopsi oleh masyarakat seolah menjadi tonggak transformasi peradaban (Sapphira, 2023). Seni wayang kulit saat ini menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang dapat mengancam eksistensi dan kelestariannya. Permasalahan yang memicu lunturnya eksistensi wayang kulit adalah perubahan selera dan minat masyarakat terhadap seni wayang kulit, khususnya generasi muda yang lebih menyukai hiburan modern yang lebih praktis dan variatif. Pemahaman mengenai bahasa juga turut menjadi pemicu merosotnya minat generasi muda pada wayang kulit di era saat ini (Alfaqi, 2022). Persaingan dengan media massa dan teknologi informasi, serta minimnya regenerasi dan pendidikan seni wayang kulit bagi generasi penerus juga turut memicu lunturnya kebudayaan wayang kulit.

Dengan demikian, perlu adanya upaya-upaya untuk melestarikan seni wayang kulit sebagai warisan budaya bangsa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan seni wayang kulit sebagai NFT (Non-Fungible Token). NFT adalah sebuah token digital yang bersifat unik dan tidak dapat ditukar dengan token lain yang sejenis. NFT dapat merepresentasikan berbagai jenis aset digital, seperti gambar, video, musik, atau karya seni lainnya. NFT dapat dibuat, dibeli, dijual, atau dikoleksi di platform-platform khusus yang menggunakan teknologi blockchain. Adanya NFT membuat sebuah karya dapat dibuatkan “token” dan token itu adalah bukti kepemilikan bagi seseorang yang telah membeli NFT (Trihansyah et al., 2023).

Baca Juga: Bahasa Ibu: Harta Karun yang Terlupakan

Dengan menjadikan seni wayang kulit sebagai NFT, maka ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh, antara lain:

  1. Meningkatkan nilai ekonomi dan estetika seni wayang kulit. NFT dapat menjamin keaslian, keunikan, dan kelangkaan dari setiap karya seni wayang kulit yang dibuat. NFT juga dapat menarik minat para kolektor atau investor seni dari seluruh dunia untuk memiliki atau mengapresiasi seni wayang kulit.
  2. Mempromosikan dan melestarikan seni wayang kulit kepada khalayak yang lebih luas dan beragam. NFT dapat diakses secara online melalui internet. NFT juga dapat menjadi media edukasi dan sosialisasi tentang sejarah, nilai-nilai, dan pesan-pesan yang terkandung dalam seni wayang kulit.
  3. Mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam seni wayang kulit. NFT dapat memberikan kebebasan bagi para dalang atau pengrajin untuk menciptakan karya-karya seni wayang kulit baru yang sesuai dengan tema atau isu-isu kontemporer.

Sudah ada beberapa orang yang membuat NFT dari wayang kulit salah satunya adalah proyek NFT ZHIODIAC yang merupakan hasil kolaborasi antara Is Yuniarto dan iNFT Project. ZHIODIAC menggabungkan konsep shio (zodiak Tionghoa) dengan representasi visual yang terinspirasi oleh karakter wayang kulit. Tujuannya adalah memperkenalkan karya seni ini kepada generasi muda melalui media modern. Dikutip dari situs KAORI Nusantara, ZHIODIAC akan menampilkan 12 karakter wayang shio dengan berbagai variasi. ZHIODIAC sudah dirilis pada tanggal 29 Januari 2022 dan dapat diakses melalui OpenSea. “Kerjasama iNFT dengan Is Yuniarto adalah langkah pertama untuk mengembangkan potensi seniman lokal, dan juga memberikan edukasi kepada semua orang bahwa dengan adanya teknologi baru kita semua bisa belajar dan berinovasi,” tutur Andri sebagai Chief Marketing Officer dari iNFT Project.

Zhiodiac Wayang
info gambar

Setiap pembeli NFT ZHIODIAC memiliki hak untuk mengklaim sebuah wayang kulit fisik secara gratis. Maka setiap pembelian NFT memiliki dampak positif untuk mendukung dan menghargai para pengrajin wayang yang mengunggah karyanya menjadi NFT. Dengan demikian, setiap pembelian NFT akan mendukung pelestarian budaya wayang dan mendukung para seniman serta pengrajin wayang tradisional di Indonesia.

Baca Juga: Ragam Budaya Banten Jawara

Penggunaan teknologi NFT (Non-Fungible Tokens) dapat menjadi sarana yang efektif dalam melestarikan budaya wayang kulit di Indonesia. Melalui NFT, seniman dan pengrajin wayang tradisional dapat mendapatkan dukungan finansial yang mereka butuhkan untuk menjaga warisan budaya mereka tetap hidup. Selain itu, inisiatif ini tidak hanya mengangkat wayang sebagai proyek digital, tetapi juga menciptakan dampak sosial positif dengan mendukung masyarakat dan seniman lokal. Oleh karena itu, NFT muncul sebagai alat yang berpotensi untuk menghubungkan teknologi modern dengan tradisi budaya yang kaya dan berharga.

Sumber Referensi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini