Bepupur, Tradisi Unik Suku Tidung Dalam Menyambut Pernikahan

Bepupur, Tradisi Unik Suku Tidung Dalam Menyambut Pernikahan
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Kalimantan Utara, 3 November 2023 - Suku Tidung, salah satu suku asli pedalaman Kalimantan Utara, suku ini memiliki berbagai macam tradisi dan budaya yang unik. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah tradisi bepupur.

Bepupur adalah tradisi mengoleskan bedak dingin di sekujur tubuh calon pengantin, baik pengantin pria maupun wanita. Tradisi ini dilakukan pada malam hari di rumah calon pengantin.

Bedak dingin yang digunakan untuk bepupur terbuat dari campuran tepung beras, tepung sagu, dan air. Campuran ini dioleskan ke tubuh calon pengantin oleh para tetua atau orang tua yang dituakan.

Tradisi bepupur memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Suku Tidung. Bepupur melambangkan kebersihan jiwa dan pikiran calon pengantin. Selain itu, bepupur juga diharapkan dapat memberikan keberkahan dan kebahagiaan bagi calon pengantin dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Prosesi bepupur biasanya diiringi dengan kesenian hadrah dan japing. Kesenian hadrah adalah kesenian musik yang menggunakan alat musik rebana. Kesenian japing adalah kesenian tari yang menggunakan alat musik gong dan gendang, kedua kesenian ini juga cukup melekat pada budaya suku Tidung.

Prosesi Bepupur | Foto : Sinta/https://www.instagram.com/p/B-v_u_HB_Ih/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

Sejarah Dan Makan Tradisi Bepupur

Tradisi bepupur telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Tradisi ini merupakan warisan budaya yang diwariskan dari nenek moyang suku Tidung.

Bepupur melambangkan kebersihan jiwa dan pikiran calon pengantin. Calon pengantin yang telah dipupur dianggap suci dan siap untuk memulai kehidupan rumah tangga.

Selain itu, bepupur juga diharapkan dapat memberikan keberkahan dan kebahagiaan bagi calon pengantin dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Proses Dan Tata Cara Bepupur

Prosesi bepupur biasanya dilakukan pada malam hari di rumah calon pengantin. Prosesi ini diawali dengan pembacaan doa oleh para tetua.

Kemudian, para tetua atau orang tua yang dituakan akan mengoleskan bedak dingin ke tubuh calon pengantin. Bedak dingin dioleskan secara perlahan dari kepala hingga kaki.

Proses bepupur biasanya berlangsung selama beberapa jam. Selama proses bepupur, calon pengantin akan diiringi dengan kesenian musik tradisional suku Tidung.

Fungsi Tradisi Bepupur

Tradisi bepupur memiliki beberapa fungsi, yaitu:

  • Menyambut Pernikahan

Tradisi bepupur merupakan salah satu rangkaian acara dalam prosesi pernikahan suku Tidung. Tradisi ini dilakukan untuk menyambut pernikahan dan memberikan doa restu bagi calon pengantin.

  • Membersihkan jiwa dan pikiran

Bepupur melambangkan kebersihan jiwa dan pikiran calon pengantin. Calon pengantin yang telah dipupur dianggap suci dan siap untuk memulai kehidupan rumah tangga.

  • Memberikan keberkahan

Tradisi bepupur diharapkan dapat memberikan keberkahan bagi calon pengantin dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Pelestarian Bepupur

Pemerintah daerah setempat berupaya untuk melestarikan tradisi bepupur suku Tidung. Upaya ini dilakukan dengan berbagai cara, seperti memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang cara melakukan tradisi bepupur, serta mengadakan festival budaya yang menampilkan tradisi bepupur suku Tidung. Beberapa festival budaya yang diadakan oleh pemerintah yaitu :

  • Festival Budaya Irau Tana Tidung, diselenggarakan pada tanggal 2-9 November 2022 di Kabupaten Tana Tidung.
  • Festival Budaya Bintang Timur, diselenggarakan pada tanggal 20-22 Agustus 2023 di Kabupaten Nunukan.

Selain itu masih banyak lagi festival budaya yang diselenggarakan guna melestarikan budaya adat masyarakat Kalimantan Utara, harapannya festival seperti ini dapat terus ada dan bisa berkembang lebih luas, agar budaya lokal masyarakat Indonesia yang tak ternilai harganya dapat terus bertahan.

Tradisi bepupur adalah contoh dari salah satu kekayaan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Tradisi ini merupakan bukti bahwa masyarakat Indonesia memiliki kearifan lokal yang tinggi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RB
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini