Refleksi Merdeka Belajar Melalui Pendidikan Kontekstual Berkebudayaan

Refleksi Merdeka Belajar Melalui Pendidikan Kontekstual Berkebudayaan
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023

#IndonesiaMelumbungUntukMelambung

Ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 bertempat di Museum Kebangkitan Nasional (STOVIA) berhasil menjamu para tamu dengan sajian merdeka belajar melalui pendidikan konstektual yang dikemas menjadi karya seni berupa pameran yang bersumber dari kearifan lokal serta tradisi masyarakat.

Isu pendidikan tidak selalu menjadi fokus utama di tengah perbincangan masyarakat. Hal ini membuat beberapa kebijakan pendidikan di Indonesia kurang ditanggapi dengan serius dan hanya berjalan apa adanya. Kebijakan pendidikan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh pemerintah mengenai merdeka belajar dalam pelaksanaannya sendiri masih menuai pro dan kontra. Dilansir dari laman kurikulum.kemdikbud.go.id hadirnya merdeka belajar yang digagas oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim bertujuan untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Namun, pada kenyataannya kurikulum merdeka belajar belum mampu memenuhi ekspetasi seperti namanya “Merdeka Belajar”. Kenyataanya, banyak para peserta didik masih mengeluhkan dan merasa terpenjara dalam sistem belajar yang selalu didikte oleh guru.

Ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasioal di Museum Kebangkitan Nasional menjamu para tamunya dengan kehadiran para pelajar SMP/SMA dari beberapa daerah di Indonesia. Mereka memamerkan hasil karya dari pembelajaran kontekstual di sekolah yang difasilitatori oleh Presisi Indonesia dengan kurator Ibe Karyanto. Hasil karya siswa SMP/SMA tersebut merupakan hasil dari penerapan pembelajaran kontekstual berbasis budaya dan pengalaman dengan menggunakan seni sebagai media ekspresi pengetahuan. Sehingga, hasil dari pembelajaran tersebut berupa projek yang berbasis dari kearifan lokal dari daerah masing-masing peserta didik. Jika dikaitkan dengan kurikulum merdeka belajar, hal ini mungkin bisa dijadikan contoh penerapan pembelajaran yang merdeka karena peserta didik dibiarkan mengeksplorasi pengetahuan baru yang ada di sekitar lingkungan tempat mereka belajar.

Belajar Sejarah dan Tradisi Lokal Proyek Togo Apur

Tim Togo Apur setelah mementaskan Tarian Togo Apur pada Pekan Kebudyaan Nasional 2023
info gambar

Salah satu contoh dari proyek yang digarap oleh SMAN 1 Bola kelas Filial SMAN Habibola, Maumere adalah menghidupkan kembali tarian Togo Apur di Waihawa yang sudah hilang sejak 80 tahun lalu. Tarian Togo Apur merupakan tarian ritual adat di Waihawa, Maumere saat melakukan pembakaran batu kapur. Ada yang menarik dari penggarapan proyek tersebut, para peserta didik diharuskan untuk menelusuri tarian yang sudah tidak pernah ditarikan lagi selama 80 tahun. Hal tersebut tentunya tidak mudah karena dibutuhkan kekompakan tim serta riset sejarah untuk kembali menggali tarian tersebut. Namun karena keinginan, niat serta semangat mereka untuk belajar sejarah serta tradisi daerah sendiri, Tim proyek Togo Apur akhirnya mampu menampilkan sebuah pertunjukan yang memukau di panggung Pekan Kebudayaan Nasional Ruang Tamu Museum Kebangkitan Nasional.

Tim projek Togo Apur menceritakan perjalanan mereka menggali tarian Togo Apur banyak merasakan pembelajaran yang tidak mereka dapatkan sekedar duduk di kelas mendengarkan guru berceramah. Selama penelusuran mereka banyak berinteraksi dengan orang-orang luar, belajar hal baru terkait sejarah dan tradisi daerah serta belajar mengatasi masalah bersama dalam tim. Mereka mengakui bahwasanya belajar di lapangan lebih mengasyikan dan banyak mendapat insight baru.

Ungkapkan Keresahan Pada Proyek Drama Tari Tandur

Hal yang sama dirasakan oleh Tim drama tari Tandur dari SMAN 1 Penebel Bali. Mereka mengubah keresahan masyarakat Bali menjadi drama tari yang epik. Bali dikenal dengan pertanian subaknya semakin hari semakin tersisih akibat alih fungsi lahan menjadi resto dan hotel. Persawahan tidak hanya sekedar menjadi tempat penghidupan, tetapi sawah dalam pertanian subak memiliki makna dan filosofi Tri Hita Karana bagi masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu. Mengutip kompas.com, Tri Hita Karana memiliki makna pengajaran manusia yang hidup aman, bahagia serta tentram lahir batin.

Tim Proyek Drama Tari Tandur Pada Pameran Presisi Pekan Kebudayaan Nasional 2023
info gambar

Drama tari Tandur menceritakan tentang pemgambilalihan lahan pertanian oleh investor untuk dijadikan tempat komersial. Menurut Tim drama tari Tandur, pengambilalihan lahan pertanian menjadi lahan komersial mengancam sebagian petani yang biasa mengolah sawah untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Dalam mempresentasikan cerita melalui tarian, tim drama tari Tandur juga belajar di lapangan dari berbagai narasumber. Menurut mereka, penelusuran untuk proyek drama tari Tandur membuat mereka semakin dekat dengan adat dan tradisi Bali. Mereka juga menjadi lebih mengenal lingkungan tempat mereka tinggal.

Ubah Nilai Guna Barang Melalui Proyek Lem Biji Asam

Satu lagi yang menarik, proyek Lem Biji Asam yang digagas oleh peserta didik SMP San Karlos Habi, Maumere juga membuat karya hasil dari kearifan lokal dan tradisi masyarakat setempat. Proyek Lem Biji Asam merupakan hasil dari keresahan masyarakat sekitar terhadap pemanfaatan asam dan harga jual yang rendah. Selama ini, masyarakat sekitar Maumere hanya memanfaatkan asam sekedar buahnya saja untuk dijual. Hal ini membuat biji asam tidak terpakai dan dibuang begitu saja menjadi limbah. Tim dari proyek Lem Biji Asam menemukan ide pembuatan lem biji asam dari kebiasaan nenek-nenek mereka yang menenun kain menggunakan lem yang terbuat dari biji asam untuk merekatkan benang. Hasilnya sangatlah kuat, sehingga mereka mencoba membuat kembali lem tersebut untuk merekatkan kertas (sebagai lem kertas). Hasilnya sangat memuaskan, lem yang terbuat dari biji asam dapat merekatkan kertas dengan baik dan tidak berbau seperti lem pada kertas pada umumnya.

Tim Proyek Lem Biji Asam pada pameran Presisi Pekan Kebudayaan Nasional
info gambar

Dari proyek ini, tim proyek Lem Biji Asam mendapatkan bayak tantangan dan ilmu baru yang tidak mereka dapat di kelas. Mereka juga mengaku tertantang menangani masalah yang timbul dari luar maupun dalam. Mereka juga tidak bosan dan sangat bersemangat dengan proyek yang mereka lakukan walaupun tantangan yang mereka dapatkan di luar sesekali mempengaruhi kinerja mereka ketika menuntaskan proyek.

Dari ketiga proyek tersebut, pembelajaran kontekstual dinilai mampu memenuhi ekspetasi peserta didik dalam belajar. Hal ini secara langsung diungkapkan para tim yang beproses pada saat diskusi terpumpun yang dilaksanakan oleh Presisi Indonesia di Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023. Dengan budaya serta tradisi, peserta didik secara langsung dapat belajar mengenali, peduli dan memahami lingkungan tempat mereka belajar. Tidak hanya itu, peserta didik pun bisa merdeka dengan ide-ide kreatif yang dapat diinovasikan dan dikolaborasikan dengan kearifan lokal.

Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 di Museum Kebangkitan Nasional semestinya menjadi refleksi pendidikan merdeka belajar dengan arti yang sesungguhnya. Peserta didik bisa merdeka dengan ide-ide serta inovasi yang mereka buat. Kebudayaan, tradisi, kearifan lokal dan seni menjadi sumber pengetahuan terdekat dan termurah yang bisa didapatkan. Guru tidak hanya di kelas, tetapi semua yang bisa kita temui dapat menjadi guru dan sumber belajar yang tak terbatas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IT
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini