Bercermin pada Lukis Kaca Cirebonan

Bercermin pada Lukis Kaca Cirebonan
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Ketika Kawan berdiri di depan cermin dan mengangkat tangan kanan, maka tangan yang terangkat pada pantulan di cermin adalah tangan kiri. Fenomena pembalikan objek ini juga menjadi keunikan tersendiri dalam proses pembuatan salah satu karya seni asal Cirebon yaitu Lukis Kaca Cirebonan. Berbeda dengan seni lukis kaca khas Solo yang menempatkan lukisannya pada bagian depan kaca seperti melukis pada kanvas, Lukis Kaca Cirebonan dibuat dengan cara terbalik atau melukis di bagian belakang. Saat hasil lukisan disentuh dari depan, permukaan licin kaca tetap terasa tanpa ada tekstur dari goresan cat.

Perlu keterampilan khusus serta ketelitian tinggi dalam menggunakan teknik melukis terbalik. Kanan menjadi kiri dan kiri menjadi kanan. Urutan objek harus diperhatikan dengan seksama. Objek utama dibuat terlebih dahulu. Setelah setiap bagian objek utama diberi warna, baru kemudian ditimpa dengan pewarnaan latar belakang. Penentuan warnanya pun krusial. Gelap dan terang, sehingga menciptakan kontras antara warna latar dengan objek utama lukisan. Pelukis Kaca Cirebonan dituntut untuk mampu menghindari kesalahan sekecil mungkin dalam proses pengecatan. Hal ini bertujuan agar cat tidak menabrak garis gambar dan mengakibatkan percampuran dua warna berbeda.

Ilustrasi melukis dengan berbagai warna cat | Foto : Andres Perez/Unsplassh
info gambar

Pelukis Kaca Cirebonan terdahulu tidak mencantumkan nama dan tahun pembuatan lukisannya sehingga para peneliti kesulitan untuk mengetahui tahun pasti awal kemunculan Lukisan Kaca Cirebonan. Terdapat beberapa versi tentang asal usul kemunculan seni lukis kaca di Cirebon. Diperkirakan pada paruh abad ke-17 hingga ke-18 saat keraton masih memegang kekuasaan pemerintahan, sultan di Cirebon meminta untuk dibuatkan lambang keraton dengan gambar harimau pada media kaca yang dikenal dengan sebutan “Macan Ali”.

Lukisan lambang keraton pada kaca tersebut membuat seniman Cirebon lain mengeksloprasi seni lukis kaca di luar keraton. Cerita wayang menjadi salah satu tema yang mengambil porsi besar pada perkembangan Lukis Kaca Cirebonan. Tokoh-tokoh seperti Semar, Arjuna, dan Krisna muncul di masa ini. Di masa itu, Lukis Kaca Cirebonan tak hanya hadir sebagai hiasan, tapi dipercaya sebagai penolak bala.

Karena pekembangannya bersamaan dengan penyebaran agama islam di Pulau Jawa, Lukis Kaca Cirebonan juga digunakan sebagai media dakwah. Objek utamanya berupa ka'bah, masjid, maupun kaligrafi ayat Al-Quran.

Kini, Lukis Kaca Cirebonan diproduksi dan dapat ditemukan di Kecamatan Cirebon Barat, Kecamatan Gegesik, Kecamatan Klangenan, Kecamatan Kapetakan, Kecamatan Sumber, dan Kecamatan Susukan. Kawan GNFI bisa menjadikannya sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke Cirebon dengan motif yang bervariasi mulai dari tokoh wayang, kaligrafi, hingga mega mendung khas Cirebon.

Pada bulan September lalu, telah terbentuk Komunitas Lukis Kaca Indonesia sebagai wadah bersama untuk membangun ekosistem seni lukis kaca yang lebih baik. Komunitas ini memiliki tujuan guna menjadi sarana berinteraksi, berdiskusi, dan berbagi pengetahuan serta pengalaman agar potensi kreativitas serta inovasi para anggota dapat terus berkembang.

Ratu Adina Bachtiar, seniman yang memprakarsai pembentukan Komunitas Lukis Kaca Indonesia, merasa banyak seniman yang enggan berkarya menggunakan teknik ini. Sebab, seni lukis kaca memiliki teknik yang cukup sulit dan tergolong lama dalam proses pengerjaannya. Hal tersebut dianggap tidak sebanding dengan nilai ekonomi yang dihasilkan karena seni lukis kaca dikategorikan sebagai kerajinan tangan.

Keresahan tersebut menjadi salah satu dasar pembentukan Komunitas Lukis Kaca Indonesia. Harapannya, para anggota yang tergabung dapat berkontribusi pada perkembangan seni lukis kaca, baik di taraf lokal maupun internasional.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AE
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini