Mengenal Budaya Suku Jawa: Kesenian Rontek Kota 1001 Goa, Budaya Asli Pacitan

Mengenal Budaya Suku Jawa: Kesenian Rontek Kota 1001 Goa, Budaya Asli Pacitan
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023#PekanKebudayaanNasional2023#IndonesiaMelumbung


Pernah mendengar Seni Rontek? Budaya satu ini mungkin memang cukup asing terdengar ditelinga kita. Namun, keberadaannya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kekayaan budaya daerah Pacitan, atau yang dikenal sebagai Kota 1001 Goa. Selain destinasi wisata yang indah, Pacitan juga memiliki beragam budaya menarik untuk diulas. Dari sekian banyak kebudayaan yang ada, seni Rontek menjadi salah satu hasil olah karya kebudayaan yang lahir dari kota 1001 Goa ini. Pada artikel ini, kita akan membahas kesenian Rontek yang berada dikota Pacitan.Secara umum, keberadaan seni Rontek erat kaitannya dengan musik tradisional. Asal usul musik tradisional tidak dapat disebutkan secara jelas kapan awal kemunculannya dan siapa pencipta dari musik tradisional ini.Seni musik tradisional menjadi salah satu ikon kekayaan musik daerah yang dijadikan sebagai hiburan dalam suatu suatu kelompok masyarakat. Suara irama musik tradisional yang dimainkan oleh sekelompok masyarakat tertentu juga menghasilkan suara yang merdu dan menghibur. Pada umumnya alat musik tradisional menggunakan alat musik yang berbeda-beda yang dihasilkan dari daerah asal masing-masing. Hal itu tentunya dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya tempat asal musik tersebut muncul.

Dari segi etimologi istilah rontek berasal penyingkatan dari dua kata ronda dan thek-thek. Ronda sudah secara jelas dapat berarti berkeliling untuk menjaga keamanan yang biasanya dilakukan pada malam hari (Kemendikbud, 2011). Istilah “the-thek” mengacu pada bunyi yang dihasilkan oleh alat musik yang berasal dari bambu yang dipadukan dengan bunyi thek – thek. Dengan demikian, rontek atau ronda tetek bisa diartikan sebagai aktivitas keliling untuk menjaga keamanan yang dilakukan secara sekelompok warga pada malam hari dengan menggunakan musik yang berbunyi thek-thek. Berbicara mengenai rontek dikalangan masyarakat Pacitan menunjukkan bahwa banyak aspek rontek yang berubah dari waktu ke waktu. Pada tahun 1970-an hingga 1990-an terjadi akulturasi budaya di Pacitan. Sehingga tradisi Kenthongan yang pada awalnya terbuat dari kayu berubah menjadi kenthongan yang terbuat dari bambu. Kemudian munculah istilah yang dinamakan dengan thek-thek. Meskipun bambu lebih mudah ditemukan keberadaannya dari daripada kayu, namun bambu juga memiliki keunggulan dibanding dengan kayu.Bambu mudah didapat karena keberadaannya hampir selalu berada di berbagai tempat di Kabupaten Pacitan. Bambu memiliki kelebihan dalam hal kemudahan pembentukan untuk menghasilkan bunyi yang diinginkan. Bambu juga lebih ringan dan praktis dibandingkan kenthongan yang biasanya terbuat dari logam atau kayu. Selain itu, perubahan kenthongan menjadi tetek bisa memberikan variasi suara yang menarik bagi pendengarnya. Ini merupakan fakta objektif yang dapat dipercaya tentang kelebihan menggunakan bambu dalam membuat instrumen musik tradisional Pacitan.

Rontek memiliki fungsi utama sebagai alat pemantau keamanan lingkungan. Namun, ketika memasuki bulan Ramadhan, di Pacitan Rontek juga digunakan sebagai alat musik gugah saur untuk membangunkan masyarakat menjelang sahur. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran rontek tidak hanya dari segi amannya lingkungan tetapi juga sebagai unsur budaya dan kesenian tradisional di Pacitan pada bulan suci Ramadhan.Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya budaya lokal, rontek semakin populer dan menjadi bagian dari kesenian tradisional Pacitan yang paling terkenal. Dengan demikian rontek menjadi salah satu seni bagi kehidupan sosial dan kebudayaan masyarakat Pacitan.

Seni Rontek berfungsi sebagai media pengungkapan emosi pelakunya. Nada dan irama yang dimainkan dalam seni Rontek dapat mencerminkan suasana hati dan emosi dari para pelakunya. Ini menunjukkan bahwa seni Rontek sebagai sarana untuk mengungkapkan dan mengekspresikan emosi pada sesama.Fungsi penghayatan juga terdapat pada Seni Rontek.Seni Rontek yang ada di masyarakat Pacitan tidak disajikan secara sembarangan, tetapi dirancang dengan baik sehingga dapat dikategorikan sebagai seni. Hal ini menunjukkan bahwa unsur estetis adalah unsur penting yang melekat pada Seni Rontek. Bahkan, kreasi Seni Rontek tidak akan lengkap tanpa memperhatikan aspek estetika.

Seni Rontek juga memiliki fungsi sebagai hiburan. Fungsi ini dimaksudkan untuk memberikan kesenangan dan kepuasan bagi penikmatnya.Sebagai contoh, pada setiap pagelaran festival Seni Rontek di Pacitan, ribuan orang berkumpul untuk menikmati pertunjukan grup Seni Rontek dengan antusiasme yang tinggi. Tak jarang dalam pertunjukan tersebut terdapat aksi-aksi unik dari para pemain serta tata busana mereka yang semakin memperkuat kesan menghibur bagi penikmatnya.

Seni Rontek juga memiliki fungsi sebagai media komunikasi. Dalam pertunjukannya, Seni Rontek mampu mengomunikasikan suatu cerita atau pesan melalui gerakan, tarian, musik, dan dialog antarpemainnya. Oleh karena itu, Seni Rontek dianggap sebagai bentuk ekspresi budaya yang dapat menyampaikan informasi dan nilai-nilai kehidupan kepada penikmatnya.

Seni Rontek memiliki fungsi sebagai penggunaan perlambang. Hal ini bisa ditemukan melalui irama dan nada yang dimainkan atau dari unsur-unsur pendukung lainnya seperti properti, tata lampu, dan tata busana. Fungsi penggunaan perlambang dalam seni musik digunakan sebagai tanda tertentu untuk menyampaikan pesan atau makna di dalam pertunjukan Seni Rontek tersebut.Fungsi norma sosial juga terkandung dalam Seni Rontek. Fungsi norma sosial dalam Rontek berkaitan dengan adanya penanaman nilai sosial tertentu.Nilai-nilai itu diantaranya kekompakan, kedisiplinan,tanggung jawab yaitu berupa melaksanakan peran sesuai bagiannya, dan kesabaran. Dengan istilah lain, Seni Rontek dapat mengalihbentukkan berbagai nasihat yang bermanfaat bagi kehidupan.

Fungsi pengesahan lembaga sosial berkaitan dengan adanya musik dalam serangkaian upacara adat. Dalam konteks ini Seni Rontek sebagai seni musik tradisional juga dapat digunakan sebagai pengiring dalam rangkaian upacara tradisional. Seringkali Seni Rontek juga digunakan untuk meramaikan upacara bersih desa dan semisalnya. Hal itu merupakan bukti bahwa Seni Rontek mampu mengemban fungsi sebagai pengesahan lembaga sosial.

Terakhir adalah fungsi pengintegrasikan masyarakat. Fungsi tersebut sejalan dengan popularitas Seni Rontek di tengah-tengah masyarakat di Kabupaten Pacitan. Selain itu, mulai dari pembetukan sebuah grup Seni Rontek sampai pada pagelarannya terbukti mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat yang ada di Kabupaten Pacitan bahkan masyarakat di luar Kabupaten Pacitan. Pada beberapa tahun terakhir sejak Seni Rontek dikemas menjadi festival mampu mengundang animo penikmatnya dari berbagai lapisan sosial.

Kesenian Rontek pernah terpilih menjadi pengisi acara pada Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2018. Dengan demikian, secara tidak langsung usaha untuk memperkenalkan seni Rontek pada ranah nasional maupun internasional sudah pernah dilaksanakan. Harapannya semua warga Indonesia khususnya para pemuda sebagai pemegang peran perubahan atau Agent of changes harus bisa menjaga dan melestarikan kesenian-kesenian seperti seni Rontek, sehingga nantinya negara Indonesia semakin menjadi negara yang akan budaya dan keseniannya yang berlimpah dengam membawa kebermanfaatan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

US
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini