Optimalisasi Taman Bacaan Masyarakat

Optimalisasi Taman Bacaan Masyarakat
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sejatinya menempati kedudukan penting dalam keberlangsungan ekosistem budaya. Realisasi kampanye literasi dapat mendorong pemajuan kebudayaan yang terefleksi dalam aksi literasi berkelanjutan. Penting menempatkan “arah” TBM sehingga dapat berkontribusi langsung dalam upaya pemajuan kebudayaan di Indonesia. Hal itu menempatkan TBM sebagai “agen” dalam upaya-upaya yang dilakukan untuk mendorong pemajuan kebudayaan melalui intensitas literasi dan aktivitas kolektif.

Mencari Atensi dengan Literasi Budaya

Menempatkan aktivitas literasi dalam ruang kolektif dapat memunculkan interaksi yang intens terjalin antara literasi dengan masyarakat. Atensi publik terhadap kebudayaan menjadi perhatian awal untuk upaya yang lebih lanjut mendorong tahap pemanfaatan kebudayaan secara masif. Melalui atensi, dapat memicu kerekatan emosional – kebermilikan – kebudayaan antarindividu dalam sebuah kolektif.

Mencari atensi lewat interaksi budaya berdampak pada pengenalan budaya, sehingga narasi kebudayaan dapat dimanfaatkan sebagai bagian penting dalam aktivitas ruang kolektif. Cara-cara interaktif dalam mengomunikasikan bentuk budaya menjadi modal dasar untuk mengenalkan kebudayaan. Konsistensi interaksi budaya yang terjadi, dapat menempatkan TBM sebagai ruang budaya yang mengomunikasikan bentuk-bentuk budaya, serta menyebarkan signifikansi budaya dalam ruang kolektif.

Mengomunikasikan bentuk-bentuk budaya dapat menjadi cara menjaga keberlanjutan kebudayaan di TBM. Konsistensi interaksi budaya dapat (berkembang) menjadi sebuah identitas dari ruang kolektif. Maka, upaya-upaya yang (selama ini) dilakukan untuk mendorong pemajuan kebudayaan terealisasi dalam ekosistem TBM sebagai wadah masif. Kampanye literasi yang terus digaungkan mengoptimalisasi ruang-ruang alternatif untuk berpartisipasi aktif mendorong pemajuan kebudayaan di Indonesia. Upaya pemajuan kebudayaan dimulai dari tahap literasi budaya mencari atensi publik dalam interaksi budaya.

Mencari atensi publik terhadap kebudayaan dirasa penting terealisasi karena ketersediaan TBM sebagai ruang alternatif pengenalan budaya. Hal itu dapat mendorong konsistensi interaksi budaya, mengomunikasikan budaya secara simultan, sehingga dapat menciptakan hubungan emosional antara individu dengan budaya. Literasi budaya menjadi jalan yang tepat untuk mengaktualisasi kampanye literasi dan mendorong ketahanan budaya. Rasanya, atensi antara interaksi budaya dengan literasi budaya dapat terefleksi melalui aktivitas yang produktif di TBM, semisal: Satu Taman Baca, Satu Buku. Kiranya, dapat menjadi celah untuk membuka keterkaitan antara interaksi budaya, literasi budaya, dan ruang TBM.

Penting mempertimbangkan keberlanjutan budaya, melestarikan identitas budaya di Indonesia, sekaligus memanfaatkan narasi budaya dalam ruang-ruang yang terbuka. Menciptakan produktivitas dalam aktivitas ruang literasi penting direalisasikan selain melalui model pertunjukan budaya. Mendorong upaya aktivitas budaya secara kolektif menjadi pijakan untuk mengaktualisasi nilai-nilai budaya bersama.

Menjadi Ruang Alternatif

Keberadaan TBM bisa menjadi ruang alternatif dalam realisasi pemajuan kebudayaan secara masif dalam interaksi budaya. Juga, dapat menjadi ruang yang mereaktualisasi nilai-nilai budaya untuk disampaikan secara terbuka. Produktivitas dalam literasi dapat menjadi ruang alternatif memperpanjang napas kebudayaan dalam atensi suguhan budaya. Konsistensi aktivitas budaya dapat memberikan pengaruh – dorongan memunculkan inovasi baru dalam memanfaatkan kebudayaan, sehingga menempatkan ruang alternatif sebagai poros keberlanjutan kebudayaan.

Aktivitas budaya dalam produktivitas Satu Taman Baca, Satu Buku merupakan realisasi kampanye literasi budaya. Keterlibatan TBM dalam kontestasi isu-isu budaya menjadi penting, menindaklanjuti keterjagaan dan keterawatan kebudayaan dalam ruang-ruang kolektif. Maka (harapannya) TBM dapat menjadi ujung tombak literasi dan reaktualisasi nilai-nilai budaya dengan eksistensi yang menjangkau lapisan-lapisan masyarakat – yang selama ini – menjadi sasaran kampanye literasi. Selain itu, TBM dapat menempatkan diri pada posisi yang penting sebagai bentuk aktivitas produktif, menjadi ruang alternatif untuk mendukung pemajuan kebudayaan.

Melalui ekspresi budaya untuk menarik atensi terhadap kebudayaan di Indonesia, dibutuhkan cara-cara alternatif yang muncul dari kolektif. Aktualisasi budaya dapat diimplementasikan melalui aktivitas di ruang terbuka sebagai ruang alternatif yang menawarkan – menyajikan aktualisasi budaya untuk mengomunikasikan secara interaktif. Selain itu, aktivitas yang berjangka yang produktif dapat menjadi cara kreatif untuk mengenalkan budaya, membuka aktivitas di TBM sebagai ruang alternatif, dan menjaga ekosistem budaya. Melalui aktivitas yang terarah dan berpijak pada budaya dapat memincu intensitas pemertahanan kebudayaan yang berkelanjutan. Kiranya, unsur-unsur pemajuan kebudayaan dapat masuk dan menjadi mapan dalam aktivitas di TBM.



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini