Bahasa Gaul mendominasi, Bahasa Jawa Tergerus Globalisasi

Bahasa Gaul mendominasi, Bahasa Jawa Tergerus Globalisasi
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Bahasa Jawa yang Perlahan Memudar

"Orang Jawa tidak bisa bahasa Jawa" adalah kalimat paling tepat dalam mendeskripsikan orang-orang zaman sekarang. Tetapi apakah hal tersebut salah? Apakah orang Jawa yang tidak bisa berbahasa Jawa dianggap buruk dan tidak tahu budi pekerti? Namun dalam penerapannya sehari-hari, pemilihan kalimat dan kata-kata dalam menyampaikan sesuatu, memang berpengaruh besar dalam menentukan apakah seseorang sopan atau tidak. Walaupun hal tersebut tidak bisa digeneralisasikan.

Bahasa ibu merupakan bahasa yang akan seterusnya menjadi alat komunikasi seseorang. Bisa saja dari sejak lahir sampai diujung usia. Tutur kata dalam penyampaian informasi memiliki power dalam mengendalikan lancarnya komunikasi. Namun, bahasa gaul zaman sekarang tiba-tiba muncul sebagai akibat dari pengaruh globalisasi, terutama penggunaan internet, atau lebih spesifiknya adalah sosial media. Penggunaan kata slang dan berbagai tambahan-tambahan lainnya, muncul sebagai interaksi masyarakat yang hidup secara global tanpa batasan khusus. Bahkan kita mampu menagkses bahasa apa saja sampai ke ujung dunia hanya melalui ponse pintar. Sosial media tidak memiliki filter dan tidak dibatasi oleh satu dua negara.

Bahasa yang hilang adalah bahasa yang tidak digunakan. Bahasa yang perlahan memudar artinya bahasa tersebut sedang dalam proses tidak dipakai. Dalam konteks masyarakat yang hidup di perkotaan, mereka lahir dengan bahasa ibu setempat, begitu juga masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka juga lahir dengan bahasa ibu setempat. Kultur tempat ini menentukan bahasa apa yang akan menjadi bahasa ibu seseorang.

Karena itu sebagian besar masyarakat kota, meskipun hidup di Jawa, mereka tidak tahu bahsa Jawa. Jangankan krama inggil, bahasa ngoko informal saja mereka tidak mengerti. Jadi, keberadaan bahasa jawa krama yang memudar, dipengaruhi oleh dua hal utama diatas. Faktor internal, yaitu pengajaran bahasa yang didapatkan seseorang sejak bayi dan faktor eksternal, karena adanya globalisasi.

Bahasa Gaul VS Bahasa Jawa

Bagi masyarakat Jawa dan besar dengan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu, pasti tidak asing pada yang namanya basa krama. Di Jawa, secara verbal, terdapat 3 tingkatan kesopanan dalam berkomunikasi, yaitu:

  1. Basa Ngoko (informal)
  2. Krama Madya (semi formal)
  3. Krama Inggil (formal/sangat sopan)

Basa ngoko disebut-sebut kasar jika digunakan dalam komunikasi kepada orang tua. Orang tua di sini yang paling utama adalah ayah dan ibu , disusul orang yang sudah lanjut usia yang lebih tua kemudian orang yang dihormati seperti guru, kiai dan lainnya.

Bahasa ngoko memang sebaiknya dihindari jika digunakan kepada orang yang lebih tua atau yang memiliki pangkat lebih tinggi, namun agaknya kurang pas jika bahasa jawa ngoko disebut kasar. Selama disampaikan dengan cara yang sopan dan gestur yang baik, pilihan antara jawa ngoko dan krama inggil, memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh.

Karena itu menyiasati diri agak mampu berbahasa jawa adalah hal yang penting. Sekalipun tidak bisa berbahasa krama inggil, namun masih ada krama ngoko yang bisa dituturkan dengan sopan.

Menggunakan bahasa formal itu penting, namun lebih penting lagi memperhatikan unggah-ungguh yang baik. Unggah-ungguh bisa ditunjukkan melalaui gesture, ekspresi wajah dan intonasi berbicara. Unggah-ungguh yang menghargai lebih baik dari pada menggunakan krama inggil namun hanya untuk merendahkan lawan bicara.

Sedangkan bahasa gaul merujuk pada bahasa slang yang lahir tiba-tiba atau dmodifikasi, entah itu bahasa Indonesia, Bahasa Inggris atau bahkan bahasa dari negara lain.

Selama kita mengaplikasikan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, bahasa tidak akan hilang semudah itu. Walaupun globalalisasi sangat gencar menghapus norma-norma budaya kearifakan lokal, namun sebagai orang Jawa, tetaplah berbudi baik, berperilaku sopan, apapun bahasa yang kamu gunakan sehari-hari.

Namun ketika mendapati seseorang berbicara dengan krama inggil ditambah unggah-ungguh yang baik. Wow! Dia seolah berubah jadi maestro dalam berkomunikasi. Keren dan menginspirasi!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini