Lestarikan Upacara Raracik Goib Salah Satu Warisan Budaya Unik

Lestarikan Upacara Raracik Goib Salah Satu Warisan Budaya Unik
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Upacara Raracik Goib menjadi warisan budaya yang masih terpelihara di Kampung Cikareumbi Desa Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dalam wawancara bersama Abah Ihin 25 Oktober 2022, beliau menjelaskan Raracik teh katuangan rupa-rupa karesep karuhun sarua wae jeung sasajen artinya raracik itu aneka rupa makanan kesenangan karuhun yang mirip dengan sesajaen, sedangkan kata goib yaitu berhubungan dengan makhluk halus.

Dapat disimpulkan bahwa Raracik Goib yaitu hal yang diungkapkan dari upacara ini sesuatu yang gaib, namun dihubungkan dengan adanya raracik/sesajen atau benda yang disediakan manusia melalui hasil olahan alam.

Upacara Raracik goib sendiri merupakan bentuk komunikasi antara manusia dengan alam yang berwujud sesajen. Hal ini biasanya dilakukan sebelum memulai kesenian pergelaran yang bertujuan untuk mendapatkan perlindungan Allah SWT selama pergelaran dan diberikan keselamatan lahir batin bagi yang mempunyai hajatan.

Maka dari itu para seniman pelaku seni harus mewujudkan sifat rendah hati untuk selalu menghormati orang lain dalam dirinya. Upacara Raracik Goib ini dilakukan oleh masyarakat berdasarkan amanat leluhur Kampung Cikareumbi.

urang teh hirup di alam aya nu wujudna aya nu teu aya wujud, Tah nu kudu dijaga mah kanu teu ngawujud bisi aya di anu kadupak, karumpak teu katenjo ku panon urang kukituna sawajibna urang bebeja ngucap bisi aya bancang pakewuh.” Kata Abah Ihin pemangku adat Upacara Raracik Goib.

Dalam wawancara tersebut beliau menjelaskan bahwa, kita ini hidup ada yang berwujud dan tidak berwujud. Yang harus kita jaga kepada yang tidak nampak takutnya ada yang kesenggol, karena kita tidak melihatnya sehingga sepantasnya kita berucap pamitan terlebih dahulu supaya tidak menimbulkan bencana di kemudian hari.

Sejarah Terbentuknya Upacara Raracik Goib

Abah Ihin akan memulai Upacara Raracik Goib (Doc. Hernandi, 2022)
info gambar

Menurut pemangku adat Upacara Raracik Goib ini berasal dari tradisi lisan. Tidak dapat ditemukan tulisan dalam bentuk manuskrip ataupun naskah kuno lainnya.

Dari keterangan para tokoh masyarakat mengatakan bahwa Raracik Goib diajarkan oleh para leluhur di keramat Gunung Luhur dan Batu Belang, sekaligus anak cucu keturunannya seperti Abah Zaenal, Emak Wati, Aki Endun, Abah Ucu, Abah Anis, dan terakhir Abah Uka yang sampai saat ini masih menjalankan tradisi tersebut.

Upacara Raracik Goib ini dipelihara dan dirawat dengan baik oleh komunitas budaya yaitu Padepokan Mekar Budaya yang dipimpin oleh Abah Acep Unan. Berdasarkan data seni budaya Disparbud 2019 menyatakan bahwa komunitas budaya ini menjadi pelaku budaya dan pelestari tradisi masyarakat Cikareumbi dalam aktivitas kesenian untuk hajatan khitanan, perkawinan, dan hajat buruan.

Apa Saja Fungsi dari Upara Raracik Goib?

Fungsi merupakan kegunaan yang dapat dimanfaatkan agar dapat berdaya guna untuk masyarakat. Maka dari itu terdapat fungsi dalam Upacara Raracik Goib sebagai berikut:

  1. Fungsi Preventif adalah upaya pengamanan awal untuk menjaga keselamatan dari gangguan dan halangan selama pergelaran dari hal-hal yang tidak diinginkan, apalagi kaitannya dengan masalah mistis.
  2. Fungsi Budaya adalah identitas budaya terhadap anggota kelompoknya untuk selalu merawat sekaligus memelihara tradisi ini agar tetap dilestarikan sebagai warisan budaya leluhur.
  3. Fungsi Etika adalah sebuah norma dan aturan dalam merawat sekaligus memuliakan alat-alat kesenian yang sesuai dengan kedudukan dan harus dipakai dengan cara santun.
  4. Fungsi Ekonomi adalah sebagai sarana agar dapat mengais rejeki dari seni pertunjukan ini, karena memberikan penghasilan untuk para seniman dan pelaku seni.

Makna dalam Upacara Raracik Goib

Rangkaian pementasan kesenian akan diawali mohon izin alam gaib dengan meliputi 4 tahapan yakni sadupuhun, sawen, ngarekes, dan selametan.

Selama prosesi Upacara Raracik Goib ini berkaitan erat dengan media sesajen, pelaku seni, dan gamelan sebagai satu kesatuan utuh. Dalam tradisi ini memiliki makna-makna simbol tersendiri, sebagai berikut:

  1. Simbol Asap, yaitu bentuk komunikasi transenden yang berwujud budaya meleum menyan atau ngukus, dan wacana bul kukus kidung kamanggung haseup putih.
  2. Simbol Paradoksal Oposisi, yaitu belajar dari benda-benda alam dan konsep-konsep paradoksal yang berwujud budaya sesajen atau raracik, dan wacana ngaji alam ngaji diri membaca alam.
  3. Simbol Etika Religius, yaitu adab terhadap alam dan menyadari semua benda yang dimiliki oleh Yang Maha Kuasa yang berwujud budaya mengawali pementasan, dan wacana talari paranti mipit kudu amit ngala kudu bebeja kanu ngersakeun hirup huripna.
  4. Simbol Silaturahmi dengan Alam, yaitu raracik gaib proses permohonan dengan dimulai suatu pementasan atau pergelaran yang berwujud budaya memberi wewangian, dan wacana minyak wangi rasa gusti Allah.

Bagaimana Persepsi Masyarakat dalam Tradisi ini?

Salah satu warisan budaya masyarakat yang masih dipertahankan, maka Upacara Raracik Goib sendiri sudah menjadi kebiasaan lazim yang mendarah daging. Hal ini karena adat dan istiadat yang begitu kuat di masyarakat menjadi kepercayaan, sehingga tidak mengubah prosesi selama berlangsungnya upacara.

Diketahui bahwa kekompakan masyarakat untuk melestarikan Upacara Raracik Goib ini selalu terjaga dengan upaya agar saling menghormati dan menghargai antar kelompok masyarakat.

Bahkan pandangan masyarakat di luar kampung Cikareumbi terbilang sangat positif, mereka bersimpati terhadap keteguhan masyarakatnya yang tetap memegang identitas budayanya melalui upaya pembinaan, pelindungan, pemanfaatan, dan pengembangan.

Upacara Raracik Goib mengandung nilai-nilai kesetiakawanan sosial, karena mengajarkan untuk berbuat kebaikan, kesalehan antar sesama manusia.

Masyarakat Cikareumbi berpendapat bahwa Upacara Raracik Goib membawa dampak pengaruh baik dan memberikan kontribusi nilai positif dalam aspek sosial kehidupan masyarakat. Hal ini dapat terlihat dalam pola kehidupan masyarakatnya yang selalu menjalankan dan menghormati ajaran para leluhur dengan mengambil suri tauladan kepahlawanan para leluhurnya.

Sumber Referensi:

Sibarani, R., 2012. Kearifan Lokal: Hakikat, Peran dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi tradisi lisan (ATL)

Hernandi Tismara, S.Sos., M.Si. 2022. 10 Ritus Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Bogor: CV. Abdi Fama Group

Supadjar, D., 1992. Kebudayaan dan Ideologi. Jurnal Filsafat, hal. 24-32.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini