Makanan Lokal Favorit dan Harapan Rhea Laras Setelah Terlibat dalam PKN 2023

Makanan Lokal Favorit dan Harapan Rhea Laras Setelah Terlibat dalam PKN 2023
info gambar utama

Makanan Lokal dari berbagai daerah menjadi hidangan istimewa, yang disajikan dalam agenda Dapur Bangsa Kenduri Rasa pada acara puncak PKN 2023 di Jakarta, 21 – 29 November 2023. Koordinator Kenduri Rasa, Rhea Laras tentu mempunyai makanan favoritnya. Kawan GNFI ingin tahu? Simak uraian berikut ini.

Rhea Laras tidak memilih satu pun yang jadi favoritnya, dari makanan lokal yang disajikan Dapur Bangsa Kenduri Rasa dalam acara tersebut. Menurutnya, semua sajian Dapur Hutan Timor ataupun hidangan dari daerah lainnya itu enak saat dinikmati, apalagi dalam kebersamaan diantara keberagaman.

“Sate daun ubi itu enak banget, sambel-sambel luatnya semuanya enak, luat rebung, luat jamur kuping, terus ada jagung bose, karbohidrat disana, kayak sup tapi isinya ada jagung, ada kacang-kacangan, terus ada Le’o Kauliman,” kata Rhea saat diwawancarai pada Jumat, 3 November 2023 di Bandung.

Rhea mengatakan bahwa dirinya merasa senang telah menghidangkan makanan lokal dari Timor. Baginya, semuanya nikmat, bernutrisi, dan luar biasa, karena dari makanan di Timor saja sudah terlihat betapa kaya pangan di Indonesia dengan keanekaragamannya.

Setelah berkunjung ke Samosir, Mandar, dan Timor, menurut Rhea sebenarnya di Timor itu paling beragam secara pangan. Terdiri dari biji-bijian, rimpang-rimpangan, rempah-rempah, dan lainnya.

“Rempah sih sebenarnya ga sebanyak itu, lebih ke hasil tani, hasil kebunnya mereka, bentuk biji-bijian, kacang-kacangan itu beragam banget. Makanya mungkin mereka bisa survive sampe sekarang dan sehat-sehat aja, bahkan Makmur ya menurutku, karena makanan mereka hari-hari bernutrisi banget,” kata Rhea.

Bahkan masyarakat di sana sebenarnya jarang makan nasi, karbohidratnya terpenuhi dengan mengkonsumsi kacang-kacangan, umbi-umbian, yang dicampur dengan biji-bijian. Makanan lokal itu sangat bernutrisi, dan menghindarkan mereka dari ketergantungan terhadap beras.

Selain menceritakan makanan lokal yang dia sukai, Rhea pun menceritakan pengalaman menarik saat tim Kenduri Rasa berkunjung ke tiga Desa, yaitu Taekas, O’besi dan Kualeu di Nusa Tenggara Timur.

“Nah di Taekas itu, dia sebenarnya sedikit berbeda dengan desa-desa yang lain. Karena dari segi bahasa mereka, ada beberapa bahasa yang cuma ada disana, terus juga jenis bahan makanan juga,” kata perempuan lulusan Desain Produk ITB itu.

Taekas merupakan Desa Adat yang ketat, ketika mau berkunjung harus meminta izin terlebih dahulu seminggu sebelumnya. Tim Kenduri Rasa baru bisa melakukan kunjungan setelah mendapatkan lampu hijau dari Ketua Adat-nya.

“Jadi gak bisa sembarang orang kesana, memang harus minta izin dulu karena mereka lumayan strich kalau ada orang luar yang datang. Karena mereka secara tradisi dan kegiatan adat itu masih cukup kental, makanya ketika orang mau datang itu harus background check dulu lah ini siapa yang mau datang, mau ngapain, apakah diterima atau enggak,” kata Rhea.

Dengan adanya acara PKN 2023, Rhea Laras berharap agar orang-orang menjadi lebih terbuka terhadap pangan-pangan lokal di Indonesia. Tidak hanya mengglorifikasi makanan-makanan yang sudah populer, seperti rendang, sate, soto, dan lainnya.

“Ternyata masih banyak banget makanan lokal, makanan tradisional, makanan khas Nusantara di Indonesia yang belum terekspos. Bahkan ketika kita gak ngeekspos atau gak ngearsipin itu, ya bisa aja suatu saat dia gak ada lagi,” kata Rhea.

Saat berkunjung ke Samosir, tim Kenduri Rasa kesulitan dan tidak menemukan yang bisa membuat Na Niura. Na Niura merupakan masakan khas batak, berbahan dasar ikan yang tidak dimasak, tetapi ‘matang’ karena proses asam.

“Na Niura itu biasanya ikan mas, tapi secara mentah diolah dikasih bumbu-bumbu dasar, bawang batak, kecombrang, andaliman, terus dimarinasi aja. Dimarinasi terus dia dagingnya akan matang dari proses marinasi itu, jadi kayak sashiminya orang batak. Cuman kalo sashimi kan dia beneran mentah, gak dimarinasi apa-apa,” kata Rhea.

Hal tersebut sangat menarik, padahal itu seharusnya menjadi makanan khas yang dijaga kelestariannya. Tetapi saat ini sudah jarang ditemukan orang yang bisa memasak Na Niura.

“Jadi waktu kami request bisa gak bikin naniura? Mereka kayak ‘Oh kami gak ada yang makan disini, belum tahu cara bikinnya’ jadi itu kayak sesuatu hal yang agak miris juga karena harusnya itu makanan khas mereka tapi udah sulit nemuin orang yang bisa bikin,” kata Rhea.

Koordinator Kenduri Rasa itu pun berharap agar hal-hal seperti itu tidak terjadi lagi, walaupun masalah tersebut tak bisa semata-mata terselesaikam atau tercegah gara-gara PKN. Tapi harapannya melalui acara yang digagas oleh Kemendikbud ini, pesan-pesan tersebut itu bisa tersampaikan.

“Dari PKN pun kami harapannya bukan Cuma itu sih, semoga semua yang ikut serta bisa ikut bersenang-senang, enjoy di acara yang gak cuman punya tujuan tertentu tapi memang semuanya menjalaninya dengan senang,” kata Rhea.

Masih ada harapan lain yang diungkapkan Rhea Laras, yaitu tentang pengarsipan dan penyampaian pangan serta makanan lokal kepada masyarakat luas agar tak berhenti di PKN 2023. Tapi tetap bisa disambungkan lewat acara apapun dan siapapun, yang pasti harus melakukan itu ya kita sebagai orang Indonesia.

Jangan sampai ada makanan-makanan khas atau produk kebudayaan kita yang diklaim oleh negara luar lagi, apalagi malah lebih di-embrace oleh pihak asing. Apakah pernyataan Rhea Laras berikut ini mengusik Kawan GNFI? “Kayanya orang luar banyak yang lebih menghargai makanan lokal kita deh, dibanding kita sendiri, menurutku sih seperti itu,” kata Rhea.

Semoga Kawan GNFI terusik dengan pernyataan tersebut, sehingga ikut terlibat dalam melestarikan makanan lokal dari seluruh penjuru Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Rhea Laras dan tim Kenduri Rasa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini