Melestarikan Budaya Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional

Melestarikan Budaya Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional
info gambar utama

Tema : Kabar Baik dari Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Sub Tema : Upayaku dalam Melestarikan Kebudayaan

#LombaArtikelPKN2023

#PekanKebudayaanNasional2023

#IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Laut yang luas menampakkan ciri khas dengan gulungan ombak dan warna yang tiada duanya. Tapi siapa sangka dibalik bentangan air tersimpan berbagai keragaman dengan segala potensi yang ada. Begitulah ibarat kebudayaan milik Indonesia yang seharusnya semua orang tahu jika mau mempelajarinya. Bagian dari keberagaman budaya yang ada yaitu permainan rakyat dan olahraga tradisional. Berdasarkan data dari Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) total sampai 2.600 permainan rakyat yang tersebar di Indonesia. Jumlah permainan yang begitu banyaknya tentu sangat disayangkan jika tidak dikenal oleh masyarakat diera modern sekarang ini. Segala potensi dan manfaat yang didapatkan dari permainan dapat membersamai anak-anak untuk meningkatkan masa tumbuh dan kembangnya, mulai dari kemampuan bersosialisasi, penggunaan bahasa, kreativitas, kecerdasan emosi, hingga pengembangan karakter serta gerak yang didapatkan secara optimal.

Pertama kali saya belajar tentang permainan rakyat dan olahraga tradisional saat sedang menempuh semester 5 Prodi PJSD, UNNES pada tahun 2021. Diperlukan belajar karena dalam posisi sebagai ketua TIM HIMA PJSD bersama 15 anggota sedang menjalankan PHP2D yang telah lolos pendanaan. Semula tidak tahu sama sekali seakan dibuat tidak percaya, bahwa didalam permainan rakyat dan olahraga tradisional banyak sekali nilai yang terkandung. Bersama dengan KPOTI Jawa Tengah mulai mengenal, kemudian mencintai, hingga pada akhirnya bertindak sebagai praktisi. Tahun 2022 membuat rencana tentang kegiatan yang hitung-hitung sebagai bentuk melestarikan budaya. Saya bersama Sidiq kini saatnya mencoba untuk terjun kelapangan dalam mengenalkan permainan rakyat dan olahraga tradisional sebagai bentuk “Menghidupkan Karya Dulu dalam Kekinian”. Secara kebetulan di daerah kampus UNNES, terdapat komunitas sosial, budaya, dan pendidikan melalui permainan tradisional sejak tahun 2016. Akan tetapi komunitasnya sedang vakum, dikarenakan pandemi yang menjadikan kegiatannya tidak dapat dilaksanakan.

Berbekal alat seadanya yang dibawa menggunakan kardus dan plastik, kami berangkat ke area CFD Simpang Lima, Semarang. Sesampainya disana, ternyata lokasinya begitu luas menjadikan kami kebingungan untuk bertempat. Berjalan kesana kemari seperti orang yang tidak tahu arah, hingga pada akhirnya memutuskan berbelok diarea yang paling ramai, yaitu tempat berjualan. Setelah izin pihak penanggungjawab lokasi yang kemudian bernegosiasi dan kami diberikan izin untuk mengadakan kegiatan. Tidak lama kemudian teman-teman rombel kuliah yang kami ajak datang bersamaan dengan beberapa masyarakat yang ikut main. Kegiatan berjalan dengan seru dan menjadikan lapak kami bisa dibilang tidak sepi. Jam menunjukkan pukul 9 pagi, pada saat yang sama Sesepuh kami datang dan memberikan kabar kalau tempat yang kami pilih ternyata salah. Kami menempati tempat para pedagang yang memang sudah difasilitasi khusus untuk berjualan, pada saat itu juga kami diminta iuran uang kebersihan dari pihak penanggungjawab lokasi. Kesan hari pertama kami yaitu mulai dari lokasi yang kami pilih salah, partisipasi masyarakat yang masih kurang, dan harus membayar iuran yang tidak hanya menjadikan kami gagal melainkan juga istilahnya rugi. Tetapi kami tidak patah semangat dan menjadikan momen ini sebagai evaluasi dan akan membuka lapak permainan kembali minggu depan.

Minggu kedua kali ini saya sendirian, walaupun begitu saya lebih percaya diri dengan berjalan menuju tempat lokasi yang sudah saya bayangkan. Bertempat di Simpang lima, dengan lokasi yang begitu luas akan mendukung pengujung untuk aktif bermain. Saat izin kepada seseorang saya diberi informasi bahwa ternyata tidak diperbolehkan untuk mengadakan kegiatan apapun. Walaupun demikian saya tetap membuka lapak dan mempersiapkan permainan tradisional untuk digunakan bermain. Tidak lama kemudian pengunjung pertama datang satu keluarga lengkap menghampiri dan memainkan alat-alat yang tersedia dengan antusias. Hal ini membuat perasaan saya senang, sepertinya bayangan dengan pengunjung yang ramai dan bahagia akan tercapai. Tetapi baru saja perasaan itu ada datang pihak keamanan yang langsung menutup lapak, selain itu meminta untuk mengakhiri kegiatan dikarenakan area ini khusus untuk pejalan kaki/akses lewat. Saya mencoba untuk menegosiasi dan menyampaikan bahwa ini bagian dari kegiatan sosial dan bersifat gratis, apabila tidak diperbolehkan lalu bagaimana masyarakat khususnya anak-anak mengenal permainan tradisional yang sekarang jarang sekali dimainkan jika kegiatan pengenalannya saja tidak diperbolehkan?. Setelah beberapa kali mencoba dan meminta tetap saja pada akhirnya saya menyudahi kegiatan.

Tiba hari ketiga diminggu selanjutnya, kini sedikit bergeser ke jalan Pahlawan.

Kegiatan buka lapak di jalan Pahlawan pertama
info gambar

Setelah tempat sudah siap saya dan Sidiq mengajak pengujung untuk mampir bermain permainan tradisional. Para pengunjung mulai berdatangan dan kegiatan berjalan dengan ramai, kebahagiaan seorang anak yang sedang bermain dengan orang tuanya, remaja yang juga tidak mau kalah, hingga orang tua yang menyempatkan mampir untuk bernostalgia. Kegiatan seperti ini yang menjadi harapan dari awal, dengan anak-anak mengetahui dan memainkan permainan tradisional dan adanya dukungan dari orang tua sudah menjadi bagian dari lestarinya budaya. Tentu tidak hanya akan berhenti pada saat ini saja, melainkan dapat dilakukan secara berkelanjutan hingga permainan rakyat dan olahraga tradisional menjadi bagian yang dibutuhkan di era modern sekarang ini. Setelah beberapa minggu berjalan lancar mulai ada ajakan kerjasama dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Dinas setempat. Sebagai capaian terbaik tahunan saat ini yaitu ketika diajak untuk mengisi diacara HUT KORPRI ke-51 bersamaan dengan kegiatan dari DP2AP2KB Jateng. Acara itu berkonsep Fun Walk yang bertempat di halaman Gubernur Jawa Tengah dengan target 10.000 peserta.

Kegiatan Komunitas Kampoeng Hompimpa Semarang semakin hari berjalan lancar, dan sudah mulai banyak yang mengenal. Berkat itu tahun 2023 terbentuk kepengurusan yang baru, dan saya diamanahi sebagai ketua. Berbagai program komunitas terdiri dari buka lapak permainan tradisional di area CFD, Hompimpa Ke Sekolah (HKS), Hompimpa Ke Panti (HKP), Hompimpa Ke Kampung (HKK), dan Festival Hompimpa sebagai acara puncak, serta kegiatan lain tentang sosialisasi dan edukasi permainan rakyat dan olahraga tradisional yang semua itu sudah diselenggarakan. Dulu ketika pernah gagal dalam melakukan kegiatan buka lapak permainan tradisional dikarenakan tidak ada pengunjung, setelah melaksanakan Festival Hompimpa di satu tahun selanjutnya menjadi pencapaian yang luar biasa dengan terselenggaranya acara yang sangat ramai. Semua peserta antusias dalam bermain, dan memberikan support atas kegiatan yang diselenggarakan. Hal tersebut tentu tidak terlepas berkat kerjasama dari teman-teman komunitas Hompimpa yang harapan kedepannya selalu berkembang dan sukses dalam melaksanakan kegiatan.

Foto bareng pengurus Hompimpa
info gambar

Selain itu tetap saling bersinergi dengan berbagai pihak mulai dari KPOTI Jawa Tengah, Dinas setempat, komunitas budaya di seluruh Indonesia, dan besar harapan dapat berpartisipasi pada Pekan Kebudayaan Nasional di tahun-tahun kedepannya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini