Mustika Rasa Jadi Alasan Rhea Laras dan Kenduri Rasa Menyajikan Makanan Lokal di PKN 2023

Mustika Rasa Jadi Alasan Rhea Laras dan Kenduri Rasa Menyajikan Makanan Lokal di PKN 2023
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Rhea Laras Thehawijaya, meramaikan acara puncak Pekan Kebudayaan Nasional (PKN 2023) di Jakarta. Sebagai koordinator program Kenduri Rasa, tentu banyak ceritanya yang perlu Kawan GNFI ketahui. Salah satunya adalah alasan menyajikan makanan lokal atau tradisional pada kegiatan tersebut.

Menurut penuturan Rhea Laras saat diwawancarai di Bandung, penyajian makanan lokal atau tradisional itu bukan pilihan pribadinya, melainkan dari konsep PKN 2023 yang sudah ditentukan. Pekan Kebudayaan Nasional merupakan acara dua tahunan yang diselenggarakan oleh Kemendikbud, dan Kuratorial Jejaring Rimpang menjadi bagian dari penyelenggaraan tahun ini.

Dilansir dari laman resmi Pekan Kebudayaan Nasional, Jejaring Rimpang merupakan sekumpulan rintisan yang berpijak pada kerja pengarsipan, percaya pada moda kerja bersama, berangkat dari rasa penasaran kolektif, bertujuan untuk memperkuat silaturahmi, dan mempertegas keselarasan. Kerja-kerja yang dilakukan dalam upaya mendemokratisasi sekaligus menormalisasi pembuatan, penggunaan, serta pengkajian arsip dalam kerja seni, dan budaya hari ini.

Terdapat tujuh program di bawah kuratorial Jejaring Rimpang, salah satunya adalah Kenduri Rasa. Program tersebut merupakan sebuah perjamuan bergaya lesehan, diadaptasi menjadi serangkaian pertemuan dengan siapa saja yang berminat. Mereka bisa menjelajahi ragam rasa, proses, teknik, dan konteks sosial-kultural gastronomi nusantara.

Fokus makanan dan topik penelitian Kenduri Rasa diambil dari buku legendaris, Mustika Rasa. Lektur tersebut memuat kumpulan resep masakan dari berbagai daerah di Indonesia, warisan Presiden Soekarno, dan baru-baru ini diterbitkan kembali oleh Komunitas Bambu yang dijalani oleh JJ Rizal.

Program Kenduri Rasa dilaksanakan sejak Juli sampai Oktober 2023. Rhea, dkk., mengunjungi Mandar, Samosir, dan Timor, mereka berkunjung dan bersilaturahmi ke rumah-rumah warga untuk mempelajari makanan lokal disana.

“Dari sana kami diajarin juga, jadi memang bukan diajarinnya sama professional, bukan chef, bukan yang lainnya, tapi memang ya udah ibu-ibu atau bapak-bapak yang biasanya masak di rumah. Masakan rumah dan biasanya jadi makanan sehari-hari mereka, atau beberapa pun ada makanan atau masakan yang memang dimasak kalau ada acara besar tertentu, jadi memang makanan lokal lah atau rumahan,” ungkap Rhea saat ditemui di Mimilu, Dago, Bandung pada Jumat, 3 November 2023.

Setelah perjalanan ke tiga tempat tersebut, akhirnya Kenduri Rasa mengundang teman-teman yang dikunjunginya untuk menjadi juru masak di acara puncak PKN 2023 kemarin. Agenda itu bernama Dapur Bangsa, menjadi ajang pelestarian makanan lokal Nusantara.

Rhea Laras dan Tim Kenduri Rasa menghidangkan makanan lokal pada acara puncak PKN 2023 di PFN, Jakarta | Foto: Instagram @jejaringrimpang
info gambar

Buku Mustika Rasa jadi Awal Mula Program Kenduri Rasa

Berdasarkan penuturan Koordinator Kenduri Rasa, Rhea Laras, awalnya buku Mustika Rasa ditulis dan diterbitkan secara tergesa-gesa, karena kebutuhan akan literasi dan pengarsipan masakan sangat penting pada masa itu. Presiden Soekarno menerbitkan buku tersebut di akhir-akhir masa kejayaannya, dalam kondisi kesehatan yang mulai menurun.

Disebut terburu-buru karena banyak kesalahan dalam segi penulisan, lalu ada bagian-bagian yang kurang lengkap. “Misalnya di bagian bahannya tidak tertulis bahan A, tapi di bagian cara membuat tiba-tiba ada bahan A, gitu. Tapi, JJ Rizal, karena ingin tetap melestarikan keoriginalitasanya, sehingga buku itu ketika diterbitkan kembali pun tidak direvisi, dibiarkan sama persis kayak yang di awal,” ungkap Rhea.

Berawal dari sana, tim Kenduri Rasa menganggap bahwa masih sangat banyak masakan Indonesia yang belum terarsipkan di buku tersebut. Diperlukan juga validasi apakah masih ada masakan-masakan dan resep-resepnya.

“Makanya kami memilih 3 tempat dengan tema besar, di Mandar itu kuliner Bahari, yaitu kuliner-kuliner yang deket pesisir. Di Mandar kan sebenarnya orang-orang karena mereka di pesisir tinggalnya, makanannya juga banyaknya dari laut,” ungkap Rhea.

Selanjutnya, kunjungan ke Samosir itu mengangkat tema Masakan Batak, karena di Pulau tersebut mayoritas penduduknya suku Batak. Tim Kenduri Rasa juga mempelajari masakan-masakan yang turun-temurun khas Batak, cara membuatnya dan segala macamnya.

“Terus tempat terakhir itu Timor, tema besarnya Dapur Hutan. Di Timor bahkan kalau dibilang makanan khasnya apa, itu banyak sekali, dan bisa berganti-ganti. Misalnya makanannya jagung bose, tapi dia ingredients di dalamnya itu bisa ganti-ganti sesuai musim, karena bergantung banget sama musim. Ketika kami mau kesana pun, kami nanya, kita nanti bakal belajar masak apa ya? Terus mereka kasih tahunya, oh lihat dulu minggu depan kita bisa panen apa,” ungkap Koordinator Kenduri Rasa itu.

Masyarakat Adat di Timor tidak bisa menentukan bahan pangan apa yang akan diolah hari ini, namun sudah beradaptasi bersama alam, dan melihat apa yang bisa mereka dapat dari hasil panennya di waktu tertentu.

Berbeda dengan masyarakat urban, seperti mayoritas Kawan GNFI. Sekarang kita sepertinya harus sudah menentukan segala macam yang akan dikonsumsi. Lalu, kita melakukan budi daya agar bisa mendapatkan bahan pangan itu secara terus-menerus, tanpa jangka waktu yang ditentukan.

“Nah kalau di Timor beda, mereka sangat bergantung dan berserah pada alam, jadi mereka merawat alam dan mereka akan mendapatkan hasil dari yang mereka rawat, sesuai dengan waktu yang seharusnya mereka dapatkan. Kan, ketika kita ngomongin minggu depan bisa makan apa, kita juga gak bisa memastikan, karena kita harus lihat di lokasinya, kita akan dapat apa,” ungkap Rhea.

Kenduri Rasa, Bacarita Pangan Lokal, dan Mama-mama di Timor

Dalam kunjungannya ke Timor, tim Kenduri Rasa bekerja sama dengan Ester Elisabeth Umbu Tara dari Bacarita Pangan Lokal atau Bapalok. Dia adalah penulis, aktivis, dan seringkali membahas tentang keterlibatan Perempuan, menerbitkan buku Puan dan Pangan.

Buku Puan dan Pangan ditulis oleh Ester Elisabeth yang berisi resep-resep lokal | Foto: Instagram @bapalok
info gambar

“Dia keturunan Sumba dan Timor, dan project-projectnya, buku-bukunya itu membahas tentang pangan lokal Timor, keresahan dia tentang mindset orang Timor terhadap pangannya sendiri dan peran Perempuan dalam pangan di Timor. Keresahan-keresahan itu lebih ke kenapa ya orang Timor suka insecure sama makanan-makanannya. Jadi entah mengapa, entah dari kapan, mungkin salah satunya dari swasembada beras, orang-orang itu jadi berpikir kalo gak makan nasi itu orang susah, kalo makan nasi jagung itu orang susah,” ungkap Rhea.

Padahal, menurut Rhea, nasi jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian, dan singkong, merupakan makanan yang mengandung karbohidrat serta bernutrisi, lebih baik dibandingkan dengan hanya nasi (Beras).

Ester bersama Mama-mama di Timor membentuk GP2A, Gerakan Perempuan Pelindung Alam. Selain memasak, mereka juga melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik, seperti observasi air, membuat pupuk organik cair, dan lainnya.

Rhea Laras sangat menikmati semua proses PKN 2023 bersama Kenduri Rasa, perjalanannya ke beberapa daerah untuk berkunjung dan mempelajari makanan lokal serta pertemuannya dengan mama-mama di setiap tempat yang dikunjungi tentu memiliki makna yang cukup dalam. Khalayak yang hadir di Dapur Bangsa Kenduri Rasa pun setidaknya mendapat pengetahuan dan informasi baru tentang makanan lokal.

Referensi:

Pekan Kebudayaan Nasional

Instagram Jejaring Rimpang

Instagram Bacarita Pangan Lokal

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini