Nasi Hadap-Hadapan, Mengenali Pasangan ala Adat Melayu

Nasi Hadap-Hadapan,  Mengenali Pasangan ala Adat Melayu
info gambar utama

Berbicara soal kebudayaan, apakah kawan GNFI mengetahui kebudayaan yang berasal dari Sumatera Utara khususnya suku Melayu?

Pernah dengar kuliner halua Melayu, kue rasidah, kue dangai atau budaya pernikahan Melayu nasi hadap hadapan?

Hari ini izinkan dara Melayu dari Sumatera Utara menceritakan hal menarik dari nasi hadap-hadapan. Eh mohon maaf nih, saye sebenarnye bukan dara karena sudah menjadi seorang istri dan ibu satu anak dan dalam perut, bukan lagi perawan tingting yang biasa disebut dara, hihi.

Baiklah tanpa berpanjang kata lagi saya akan cerita mengenai salah satu budaya dalam pernikahan adat Melayu di Sumatera Utara. Nasi hadap-hadapan adalah salah satu part wajib yang harus ada dalam pernikahan suku melayu. Gunanya untuk menambah kedekatan hubungan suami istri yang baru melewati ijab qobul sekaligus merekatkan hubungan persaudaraan antara dua keluarga.

Sejak dulu, masih kecil saya sudah tertarik sekali melihat acara ini. Setiap ada saudara yang melangsungkan pernikahan pasti ini yang saya tunggu. Bila masa kecil mungkin tertarik dengan makanannya terutama permen yang dihias. Semakin besar lebih tertarik kenapa ini dilakukan. Ternyata banyak sekali filosofi yang terkandung dalam acara ini.

Seperti yang kita ketahui, zaman dulu masa orangtua atau nenek kakek kita, budaya pacaran tidak merajalela seperti sekarang ini. Kebanyakan dicarikan atau dijodohkan oleh orangtua dan langsung disetujui dengan anggukan malu atau malah diam tanda mau. Maka, singkatnya nasi hadap-hadapan adalah jalan ninja untuk mengenal masing-masing pasangan. Begitupun keluarga besar yang bisa ikut menilai sang pengantin baik laki-laki maupun perempuan ketika acara nasi hadapan berlangsung.

Loh loh dari mana bisa mengenal dan menilai?

Jadi nasi hadap-hadapan ini dilangsungkan setelah akad nikah, sebelum tamu-tamu lain hadir. Biasanya hanya berisi keluarga besar tuan rumah dan besan.

Semua hidangan yang terdiri dari berbagai macam jenis makanan akan dihidangkan di sebuah ruangan. Seluruh keluarga pengantin wanita dan lelaki duduk berhadap-hadapan membentuk persegi panjang. Hidangan tersebut biasanya terdiri dari nasi ulam (nasi lemak) di dalam sebuah wadah baskom yang di dalamnya tersembunyi seekor ayam panggang. Lalu diatasnya ditancapkan bunga yang dibentuk dari olahan halua (manisan khas Melayu) ataupun permen permen.

Sedangkan makanan lainnya ada berbagai aneka kue Melayu, kue rasidah, berbagai puding yang dibentuk, halua (manisan Melayu), buah semangka yang dihias, nasi goreng, mie goreng, lauk-pauk rujak dan berbagai makanan lain.

Setelah semua terkumpul, sang pemandu acara yang disebut Talangkai memulai acara dengan bershalawat kepada Nabi dan mengucap puja puji syukur karena Allah Swt telah mempersatukan dua keluarga dalam sebuah ikatan pernikahan. Dilanjutkan dengan sebuah pantun dan meminta Mak Inang ataun keluarga masing-masing pengantin untuk mendampingi pengantin.

Rangkaian pertama dari acara ini, Talangkai meminta pengantin untuk mencabut bunga sebanyak tiga kali berdasarkan perintahnya. Misal, "ambil satu bunga berwarna kuning," nanti Telangkai bertanya kepada penonton siapa yang paling cepat. Dilanjutkan "ambil semua bunga berwarna merah" Disini terlihat siapakah pengantin lelaki atau wanita yang teliti mendengarkan perintah. Di akhir sesi pencabutan bunga, nanti akan diminta untuk mencabut sisa bunga dan pihak mana paling banyak dapat. Seruan semangat dari tim pengantin wanita dan lelaki menambah semarak acara.

Setelah habis semua bunga dicabut, berlanjut ke acara berebut mengambil ayam yang ada di dalam nasi, tepatnya siapa yang berhasil mendapatkan bagian kepala. Saat pengantin berebutan menarik ayam di dalam nasi menggambarkan begitulah kehidupan suami istri dalam mengarungi rumah tangga. Saling melengkapi dan membantu untuk kesuksesan rumah tangga.

Jika pengantin lelaki mendapatkan bagian kepala, maka Insyaallah ia akan menjadi pemimpin yang baik. Sedangkan jika wanita maka ia akan menjadi seorang ibu yang memiliki keturunan. Namun ada perbedaan pendapat soal ini, banyak yang mengatakan kalau wanita yang mendapatkannya maka ia akan menjadi wanita pemimpin dalam rumah tangga. Maka, penilaian juga ada disini, wanita yang baik akhlaknya maka ia akan membiarkan sang lelaki yang mengambil kepala ayam.

Lalu nanti sang pemandu acara meminta pengantin untuk menanyakan apa makanan favorit masing-masing. Meminta Mak inang untuk mengambilkan apa pilihan sang pengantin. Lalu suap menyuap terjadi diiringi jeritan histeria penonton yang baper. Indah bukan? apalagi jika sang pengantin beneran tidak melewati masa pacaran. Malu-malu tapi mau terlihat dari wajah keduanya. Lalu pihak Telangkai menjelaskan sembari 'menasihati' penganti bahwa makanan yang tadi dipilih adalah makanan favorit sang pengantin yang bisa dijadikan referensi sang istri untuk membuatkan makanan favorit untuk sang suami nantinya. Atau sang suami membelikan makanan favorit sang istri. Lalu diminta kembali untuk saling menyulangkan minuman yang berarti istri yang baik itu nantinya akan menyuguhkan minuman ketika sang suami pulang bekerja.

Nah yang paling ditunggu bagi penonton ketika acara selesai, Telangkai mempersilahkan untuk menikmati hidangan. Lalu terjadilah 'kerusuhan' emak-emak mengambil aneka permen tangkai. Lalu setelahnya dua keluarga menikmati hidangan bersama. Dan dipersilahkan juga untuk membawa pulang. Telangkai tak lupa berpesan kepada para tamu untuk mendoakan agar rumah tangga pengantin diberkahi.

Kurang lebih seperti itulah gambaran nasi hadap-hadapan. Bagaimana, apakah menambah rasa penasaran kawan semua? Kalau kawan-kawan mempunyai teman bersuku Melayu dari Sumatera Utara, tidak ada salahnya sesekali berkunjung ke Medan dan minta ikut dalam upacara pernikahan suku Melayu di Medan. Jika tidak ada, teman-teman bisa mencari tahu melalui youtube dengan kata kunci nasi hadap-hadapan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini