Tradisi Boyong Grobog, Kekayaan Budaya Sekaligus Wajah Sejarah Kabupaten Grobogan

Tradisi Boyong Grobog, Kekayaan Budaya Sekaligus Wajah Sejarah Kabupaten Grobogan
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Perayaan ulang tahun atau hari jadi memang kerap kali dirayakan dengan meriah. Terlebih jika itu dalam memperingati hari jadi suatu daerah, seperti Kabupaten Grobogan yang selalu diperingati hari lahirnya. Grobogan adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di bagian timur laut Jawa Tengah dengan luas 2,024 kilometer persegi. Grobogan menjadi kabupaten terluas nomor dua di Jawa Tengah setelah Cilacap.

Hari lahir Kabupaten Grobogan adalah 4 Maret 1726 dengan bupati pertama yaitu Adipati Puger. Perayaan hari lahir Grobogan selalu berjalan ramai, meriah dan tentunya sakral. Segala jenis suasana tersebut berdasar banyaknya rangkaian yang ada, baik dari upacara hari jadi, pementasan kreasi, kirab atau arak-arakan, perlombaan serta beberapa kegiatan santai seperti jalan sehat dan hiburan. Namun terdapat satu yang mencuri perhatian yaitu kirab yang ternyata harus dimulai dari jarak yang cukup jauh dari pusat kota.

Kirab tersebut diberi nama kirab Boyong Grobog. Kirab tersebut mengandung sebuah pesan dan nilai kesakralan yang cukup dalam. Tradisi itu selalu dilaksanakan tiap tahun di tanggal yang sama yaitu 3 Maret, satu hari sebelum puncak hari jadi Grobogan.

Setelah ditelusuri lebih jauh dan lebih dalam. Boyong Grobog tidak hanya sekadar kegiatan yang mengisi rangkaian hari jadi Grobogan. Terdapat makna lebih dalam dan latar belakang yang menjadikan kegiatan ini menjadi wajib dilaksanakan tiap tahunnya. Tradisi Boyong Grobog juga melekat erat dengan sejarah yang ada di Grobogan dan perlu dirawat keberadaannya.

Sejarah Boyong Grobog dalam kisah Grobogan

Boyong Grobog berasal dari dua kata bahasa Jawa, yaitu boyong yang artinya pindah dan grobog sendiri adalah sebuah kotak penyimpanan pusaka, barang berharga, senjata atau tangkapan perburuan. Grobog juga menjadi awal mula di mana Kabupaten Grobogan itu diberi nama. Konon, pada masa Sultan Demak, daerah ini adalah sebuah tempat perburuan sehingga banyak sekali grobog di daerah ini sehingga tercetuslah nama Grobogan.

Boyong Grobog adalah sebuah tradisi tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Grobogan sebagai nguri-uri sejarah atas perpindahan pemerintahan Kabupaten Grobogan yang mulanya dari Desa Grobogan, Kecamatan Grobogan menjadi ke Kecamatan Purwodadi. Perpindahan itu terjadi pada tahun 1864 dan itu menjadi awal mula tradisi Boyong Grobog dilakukan.

Prosesi Boyong Grobog

Prosesi Boyong Grobog selalu dimulai di Kantor Desa Grobogan pada pagi hari. Kirab dibuka dengan tari kreasi dan pengambilan pusaka dalam grobog yang kemudian di bawa oleh delman sejauh 8 kilometer menuju Pendopo Kantor Bupati Kabupaten Grobogan yang terletak di Kecamatan Purwodadi.

Grobog tersebut diarak oleh bupati bersama prajurit-prajuritnya yang menunggangi dokar. Selain prajurit, juga terdapat puluhan dayang yang membawa bunga dalam takir dan pusaka. Terdapat pula pementasan seni berupa reog, tarian tradisional dan drum band di sepanjang jalan. Namun dari itu semua, yang paling mencolok adalah puluhan gunungan yang menjulang. Gunungan tersebut adalah buah dan sayur hasil tani Kabupaten Grobogan. Biasanya gunungan tersebut berjumlah 12 dan pada tahun 2023, gunungan tersebut bertambah menjadi 20.

Setibanya di pendapa, maka Bupati Kabupaten Grobogan akan menyerahkan pusaka keris kepada Sekertaris Daerah Grobogan yang kemudian diserahkan lagi kepada asistennya untuk disimpan kembali, atau pusaka tersebut hanya diserahkan oleh bupati. Kemudian, untuk prosesi selanjutnya adalah doa bersama dan selametan. Bupati akan memberikan sambutan dan doa bersama yang diakhiri dengan pembagian gunungan tersebut kepada warga yang menonton prosesi tersebut.

Nilai kesakralan dalam Boyong Grobog

Prosesi Boyong Grobog tidak lepas dari kesakralan yang ada. Kesakralan itu selalu dijaga oleh Pemerintahan Kabupaten Grobogan dengan tetap terusnya melaksanakan itu tiap tahunnya, tanpa absen. Hal itu bisa dilihat dalam masa pandemi kemarin, tradisi ini tetap dilaksanakan meski harus dilakukan secara tertutup. Bagi masyarakat Grobogan, Tradisi Boyong Grobog ini menjadi wajah sejarah Kabupaten Grobogan dan perlu dijaga kelestariannya.

Pemaknaan dalam prosesinya juga selalu sakral. Pada pusaka dan grobog yang digunakan dalam kirab adalah peninggalan Bupati Grobogan pertama. Perlu dijaga dengan sangat baik supaya benda itu menjadi saksi nyata sejarah Kabupaten Grobogan. Kemudian, penggunaan baju adat oleh seluruh tamu undangan yang hadir juga sebagai penghormatan terhadap tradisi ini.

Gunungan-gunungan yang diarak itu juga sebagai simbol kemakmuran akan murah sandang dan pangan serta melimpahnya berbagai jenis hasil tani yang dimiliki oleh Kabupaten Grobogan. Hal itu jelas dapat dibuktikan oleh data yang diunggah Solopos pada 11 April 2022, bahwa Kabupaten Grobogan termasuk sebagai lumbung padi nomor satu di Jawa Tengah.

Boyong Grobog adalah kekayaan budaya yang tidak hanya meneruskan sebuah tradisi namun juga sebagai wadah edukasi. Pembelajaran soal sejarah yang prosesinya dapat dilihat ulang tiap tahun. Sebuah pembelajaran sejarah yang tidak hanya sekadar dibaca dan didengar namun juga dapat dilihat langsung oleh mata. Menjadi pembelajaran langsung kepada segala kalangan untuk mengetahui bagaimana Kabupaten Grobogan berkembang dan berproses.

Sebagai anak muda, perlunya ikut merawat dan mendukung tradisi ini agar terus menjadi media pembelajaran kepada generasi selanjutnya. Soal sejarah tanah kelahirannya atau bagaimana tradisi ini menjadi makna yang cukup penting. Hal itu bisa dilakukan dengan memperbanyak literasi terkait budaya atau ikut serta dalam tradisi tersebut. Tradisi Boyong Grobog adalah sebuah kekayaan budaya yang menjelaskan dengan lugas proses perkembangan suatu daerah. Tradisi ini juga sekaligus sebagai jawaban mengapa Kabupaten Grobogan lebih dikenal sebagai Purwodadi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

JS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini