Tungguk Tembakau: Kebudayaan Lokal Simbol Harmonisasi Masyarakat Lereng Merbabu Boyolali

Tungguk Tembakau: Kebudayaan Lokal Simbol Harmonisasi Masyarakat Lereng Merbabu Boyolali
info gambar utama

(#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbungUntukMelambung)

Tungguk tembakau merupakan budaya yang diwariskan secara turun-temurun di lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Tungguk tembakau dilaksanakan setiap tahun pada penangalan pranatamangsa pertama dan kedua sebelum panen tembakau. Budaya ini dilakukan petani tembakau sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta. Terdapat 3 acara utama, yaitu upacara adat, doa bersama, dan tarian rakyat.Upacara adat diawali dengan kirab di Gunungsari yang membawa dua gunungan yang terdiri dari tembakau dan hasil alam yang diberi uborampe. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Badiyo selaku sesepuh Desa Senden pada wawancara tanggal 13 September 2023, bahwa dalam kebudayaan Tungguk Tembakau digunakan beberapa uborampe, atau kelengkapan sesaji seperti bunga panca warna sebagai simbol penghormatan kepada para leluhur. Ada juga kemenyan, rokok, kelapa muda, dan jadah sebagai wujud kesucian. Ditambah dengan janur dan pisang emas sebagai simbol harapan agar tembakau nantinya berharga tinggi, serta pisang raja sebagai perlambang tembakau yang menjadi sumber kehidupan masyarakat, gecok berupa darah ayam, jerohan rempelo dan kulit kaki ayam. Serta, alang-alang sebagai syarat atau simbol pada pelaksanaan kegiatan tungguk tembakau yang melambangkan kelancaran dalam proses memetik tembakau, atau dapat dijadikan sebagai perlambang tidak ada halangan.

ok
info gambar

Dalam rangkaian acara tersebut, seluruh masyarakat tanpa kecuali berkumpul di Gunungsari bersama dengan sesepuh, tokoh agama, dan tokoh masyarakat melaksanakan kirab sesaji. Gunungan tembakau yang disusun dengan kerangka potongan bambu dan gunungan hasil alam yang berupa aneka sayuran, buah-buahan, jajanan pasar, nasi tumpeng atau bisa disebut tumpeng rasul dengan lauk ingkung ayam, serta uborampe dibawa mengunakan tandu dan dihantarkan ke sebuah petilasan yang dikeramatkan masyarakat, yaitu makam Gunungsari. Kedua gunungan tersebut dibuat kerucut menyerupai gunung yang memiliki makna bahwa lereng Gunung Merbabu memiliki kekayaan alam yang subur, masyarakatnya yang hidup rukun dan damai, serta banyak berkah.

okk
info gambar

Ritual tungguk tembakau ini diiringi dengan tarian rakyat, kesenian-kesenian khas daerah Selo dan diiringi sejumlah tarian rakyat tradisional. Kirab tungguk tembakau dilakukan dari balai Desa Senden hingga makam petilasan Gunungsari yang berada di lereng Gunung Merbabu dengan diikuti oleh masyarakat dengan berjalan kaki sepanjang 2 kilometer. Setelah sampai di petilasan Gunungsari, warga yang berkumpul memanjatkan doa bersama tokoh agama masing-masing dan para juru kunci lalu memberikan kain pada tempat gunungan yang sudah didoakan. Setelah didoakan, gunungan akan diiringi oleh seorang pria desa pilihan juru kunci serta diiringi oleh 4 orang penari wanita sampai ke petilasan Gunungsari. Petilasan tersebut dianggap keramat karena memiliki ruangan khusus yang berisikan makam Kyai Saturno dan Kyai Syekh Kerto Muhammad, beserta dengan beberapa gamelan yang dikubur disana. Kedua tokoh tersebut diyakini masyarakat sebagai leluhur atau cikal bakal yang menjadi perantara doa mereka kepada Sang Pencipta, karena beberapa warga yang melalui juru kunci desa sering memohon doa disana dan dikabulkan. Doa yang dipanjatkan

Kirab Sajen | Foto: Andrey/godnewsfromindonesia.id
info gambar

Lalu diakhiri dengan salah satu juru kunci yang melakukan pemetikan perdana daun tembakau berjumlah sesuai degan hari yang sudah dihitung dan dianggap baik oleh semua juru kunci desa. Saat itu pemetikan daun tembakau sebanyak 14 (empat belas) lembar karena juru kunci sudah menghitung sesuai dengan petung jowo (perhitungan jawa). Setelah pemetikan daun tembakau, ritual dilanjutkan dengan kenduri dan makan bersama. Usai makan bersama, warga kembali ke rumah dan merayakan upacara tungguk tembakau dengan mengadakan festival dan menampilkan tarian-tarian rakyat. Tungguk tembakau dilakukan dengan harapan agar jerih payah petani selama enam bulan mulai dari mengolah lahan hingga panen tembakau bisa terbayarkan dengan panen yang melimpah.

bjghuh
info gambar

Sejak tahun 2016, budaya tungguk tembakau dilestarikan oleh warga Selo dengan berinisiatif mengadakan festival untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya ini secara luas kepada generasi muda. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Suparman selaku sesepuh Desa Senden pada wawancara 13 September 2023, bahwa dengan diadakannya festival tersebut dapat menarik generasi muda, wisatawan domestik, maupun macanegara untuk hadir menyaksikan upacara tungguk tembakau serta meneladani nilai-nilai luhur berupa kerukunan, harmonisasi, dan gotong-royong masyarakat Selo.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini