Generasi Muda Bangsa Optimis dengan Pendidikan dan Kebudayaan Berkualitas Di Indonesia

Generasi Muda Bangsa Optimis dengan Pendidikan dan Kebudayaan Berkualitas Di Indonesia
info gambar utama

Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan bangsa, di mana dengan pendidikan yang berkualitas dapat menjadikan sumber daya manusia suatu bangsa unggul dan memiliki daya saing. Kemudahan masyarakat dalam mendapatkan akses pendidikan yang luas dan berkualitas menjadi salah satu indikator kemajuan bangsa.

Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, di mana harus berjalan sinergis dengan kebudayaan bangsa. Karena sejatinya, kebudayaan merupakan jati diri bangsa sebagai landasan dalam berbangsa dan bernegara. Di mana nilai-nilai kebudayaan bangsa di harus ditanamkan dan tetap dipegang teguh oleh generasi muda. Jati diri bangsa dapat dilihat melalui karakter, moral, dan pandangan masyarakat, yang mana hal tersebut dapat ditanamkan melalui pendidikan karakter di sekolah maupun di lingkungan sekitar.

RI Gandeng Arab-Brunei Wujudkan Pelayaran Berstandar Internasional

Di Indonesia sendiri tidak semua daerah mampu mendapatkan akses pendidikan yang mudah. Selain itu, kurangnya tenaga pengajar hingga fasilitas yang tidak memadai menjadi faktor pendukung tidak meratanya akses pendidikan di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.

Di sisi lain, kebudayaan di Indonesia terus tergerus zaman akibat masuknya budaya asing. Jika dilihat, generasi muda saat ini cenderung menyukai budaya asing seperti K-pop, K-drama, fashion, hingga kuliner negara lain yang terus menjamur di tengah masyarakat Indonesia. Permasalahan tersebut harus diatasi.

Berdasarkan survei Indeks Optimisme dari Good News from Indonesia (GNFI) bekerja sama dengan Lembaga survei Populix, Indeks Optimisme Indonesia berada pada nilai 7,77 yang masuk dalam kategori optimis. Perlu diketahui, survei ini dilakukan selama satu minggu pada tanggal 10—17 Oktober 2023 dengan jumlah responden 1.289 Warga Negara Indonesia yang berusia 17-40 tahun yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dalam survei ini memiliki 5 dimensi penilaian, yaitu kebutuhan dasar, ekonomi dan kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, kehidupan sosial, serta politik dan hukum, ditambah 2 aspek tematik yaitu lingkungan dan pemilu. Di mana dimensi pendidikan dan kebudayaan mendapatkan indeks tertinggi pada nilai 8,55.

Pada dimensi ini terdapat 8 poin, dengan poin yang mendapatkan nilai tertinggi pada "kuliner Indonesia bisa diterima dunia" dan poin yang mendapatkan nilai terendah yaitu "mampu berkontribusi pada pengembangan IPTEK".

Kuliner Indonesia merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang turun-temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia di setiap daerah. Penggunaan rempah-rempah asli Indonesia sebagai bumbu utama kuliner Indonesia menjadikannya kaya akan cita rasa yang lezat. Cita rasa kuliner Indonesia memang tidak diragukan lagi, sehingga sudah banyak kuliner Indonesia yang bisa diterima dunia.

SIER, Kawasan Penopang Industri di Surabaya

Beberapa kuliner Indonesia yang sudah banyak digemari oleh para warga negara asing dan bisa diterima dunia antara lain seperti rendang, sate, nasi goreng, soto, gado-gado, pempek, serabi, pisang goreng, lupis dan cenil, dan masih banyak lainnya. Dengan warisan kuliner dari nenek moyang kita ini, sebagai generasi muda bangsa harus mampu menjaga dan melestarikan kuliner Indonesia di setiap daerah supaya tak lekang oleh zaman.

Di sisi lain, pengembangan IPTEK sangat maju di wilayah Pulau Jawa dan berbeda halnya dengan daerah lain terutama di wilayah timur Indonesia. Ketimpangan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain infrastruktur yang kurang memadai hingga kurangnya tenaga pengajar menyebabkan kurang meratanya akses pendidikan dan pengembangan IPTEK di Indonesia.

Negara ini memiliki wilayah yang sangat luas, dengan ribuan kepulauan dan daerah yang terpisah oleh pegunungan maupun sungai. Dengan kondisi geografis tersebut, pembangunan infrastruktur menjadi aspek yang sangat krusial. Oleh karena itu infrastruktur yang mapan, konektivitas antar daerah dapat mudah ditempuh sehingga meminimalkan kesenjangan antar daerah.

Pendidikan tidak hanya melalui pembelajaran materiil di dalam lingkungan sekolah saja, tetapi perlu dilakukan pendidikan untuk melatih dan mengasah hardskill dan softskill yang dapat dilakukan di manapun. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga harus diimplementasikan pada pendidikan di masyarakat.

Hal ini juga dibarengi dengan kebudayaan yang berjalan sinergis dalam setiap proses pendidikan, untuk membentuk moral, karakter, budi pekerti dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu kedua aspek ini harus berjalan sinergis untuk membentuk sumber daya manusia bangsa yang unggul dan berdaya saing.

Marak Penyalahgunaan, Ini Cara Mengecek KTP Digunakan untuk Pinjol atau Tidak

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini