Membaca Harapan Masa Depan: Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023

Membaca Harapan Masa Depan: Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023
info gambar utama

Sejak tahun 2018, Generasi Muda Indonesia (GNFI) telah secara konsisten melakukan survei untuk menilai tingkat optimisme di kalangan generasi muda. Tahun ini, pada tahun 2023, kolaborasi GNFI dengan Lembaga Survei Populix telah kembali menggelar Survei Indeks Optimisme.

Survei ini bertujuan untuk mengukur optimisme generasi muda dalam berbagai aspek, dari kebutuhan dasar hingga politik, dengan tambahan fokus pada pemilu dan lingkungan hidup.

Dilakukan selama satu minggu pada bulan Oktober, survei ini melibatkan 1.289 responden berusia 17-40 tahun dari beragam wilayah di Indonesia, dengan mayoritas berasal dari Jawa. Hasilnya menunjukkan peningkatan optimisme generasi muda Indonesia dengan Indeks Optimisme sebesar 7,77 dari skala 10, naik dari sebelumnya yang hanya 7,2.

Sorotan Hasil Survei

Dari hasil survei, dimensi dengan indeks tertinggi adalah Pendidikan dan Kebudayaan, sementara Politik dan Hukum mencatatkan indeks terendah. Analisis berdasarkan profil responden menunjukkan perempuan lebih optimis terhadap pendidikan dan kebudayaan, sementara Generasi Z cenderung optimis terhadap ekonomi dan kesehatan. Berikut adalah telaah dimensi survei:

  1. Kebutuhan Dasar: Survei menyoroti fokus yang lebih besar pada kebutuhan orang terdekat, seperti pasangan dan anak, daripada kebutuhan pribadi. Ini mencerminkan nilai-nilai sosial masyarakat Indonesia yang sering kali mengutamakan kepentingan keluarga dan orang lain di atas diri sendiri.
  2. Ekonomi dan Kesehatan: Mahasiswa yang belum memperoleh pekerjaan mengalami tingkat optimisme yang rendah dalam menyongsong dunia kerja, terutama ketika menghadapi impian pekerjaan ideal mereka. Sementara itu, individu yang telah mapan secara finansial lebih optimis terhadap pemenuhan kebutuhan kesehatan. Persepsi ini mungkin terkait dengan ketidakpastian ekonomi yang dirasakan oleh kalangan yang belum tergabung dalam pasar kerja.
  3. Pendidikan dan Kebudayaan: Hasil menunjukkan kebanggaan akan kuliner Indonesia yang mendapat pengakuan di tingkat global, namun masih ada kebutuhan lebih lanjut dalam pengembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kreativitas). Ini mengindikasikan bahwa sementara budaya kuliner kita diakui, upaya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih memerlukan perhatian lebih besar dalam pengembangannya.
  4. Kehidupan Sosial: Mayoritas responden menunjukkan pesimisme terhadap perubahan perilaku di media sosial. Namun, terdapat optimisme terhadap kesempatan untuk berkembang di lingkungan sosial. Ini menandakan bahwa meskipun ada kekhawatiran terhadap dampak negatif media sosial, optimisme terhadap pertumbuhan diri dan interaksi sosial masih tinggi.
  5. Politik dan Hukum: Di dimensi ini, mayoritas responden menunjukkan pesimisme, khususnya terkait dengan upaya pemberantasan korupsi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih merasakan ketidakpercayaan terhadap kinerja politik dan lembaga hukum dalam memerangi korupsi.

Implikasi dan Tantangan

Hasil survei yang menunjukkan peningkatan optimisme di kalangan generasi muda Indonesia memberikan sorotan positif. Namun, dibalik angka yang menggembirakan tersebut, masih terdapat realitas yang memerlukan fokus serius. Permasalahan seperti korupsi yang terus merajalela di berbagai sektor dan kesenjangan sosial yang semakin membesar menuntut perhatian lebih.

Survei Indeks Optimisme telah menjadi barometer yang penting bagi pemerintah, korporasi, dan lembaga masyarakat dalam merumuskan kebijakan yang lebih relevan dan tepat guna menangani tantangan yang dihadapi oleh generasi muda Indonesia. Hasil survei memberikan gambaran yang jelas tentang area-area kritis yang memerlukan perbaikan segera.

Korupsi, dalam bentuk Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN), tetap menjadi momok yang menghantui berbagai sektor. Praktik-praktik yang tidak etis ini menghambat pertumbuhan ekonomi, keadilan, serta akses terhadap layanan publik yang merata.

Meskipun langkah-langkah telah diambil untuk mengatasi KKN, survei ini menegaskan perlunya tindakan lebih agresif dan efektif untuk memberantasnya sepenuhnya.

Selain KKN, kesenjangan sosial yang semakin melebar menjadi fokus utama. Tidak hanya dalam hal ekonomi, tetapi juga dalam akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur dasar. Penanganan kesenjangan ini menjadi krusial dalam memastikan inklusivitas dan kesetaraan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Hasil survei yang dihasilkan juga menyoroti tiga poin krusial yang memerlukan perhatian lebih: pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sebagai landasan kemajuan, upaya konkret dalam pelestarian lingkungan hidup, serta perumusan kebijakan hukum yang progresif dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

Pemerintah, bersama lembaga swadaya masyarakat dan sektor swasta, perlu mengambil langkah strategis dalam menindaklanjuti hasil survei ini. Dibutuhkan upaya kolaboratif yang kuat dalam memajukan IPTEK, mengelola lingkungan secara berkelanjutan, dan merumuskan kebijakan yang inklusif bagi semua.

Optimisme adalah modal penting, tetapi tanpa tindakan nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi, itu hanya akan menjadi angan-angan belaka. Survei ini adalah panggilan untuk bertindak, untuk membawa perubahan yang substansial bagi generasi muda Indonesia dan masa depan mereka.

Survei Indeks Optimisme bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi menjadi titik awal bagi perubahan yang lebih baik. Mari bersama-sama bergerak maju untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih berkesinambungan bagi generasi mendatang.

Referensi:

  • Survei optimisme GNFI x Populix

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini