Membaca Pesimisme dalam Survei Optimisme Generasi Muda 2023

Membaca Pesimisme dalam Survei Optimisme Generasi Muda 2023
info gambar utama

Apakah generasi muda Indonesia telah optimis dalam memandang masa depan bangsa? Survei Optimisme Generasi Muda hadir untuk menjawab kegelisahan tersebut. Survei ini rilis kembali pada tahun 2023 untuk melanjutkan Indeks Optimisme Indonesia yang telah ada pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan 1289 responden dan mencakup seluruh wilayah Indonesia, survei kuantitatif ini dapat dikatakan cukup untuk melihat representasi bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Indeks Optimisme Indonesia diinisiasi oleh Good News From Indonesia (GNFI) sejak tahun 2018 dan bekerja sama dengan lembaga survei Populix. Survei ini bertujuan untuk mengukur tingkat optimisme generasi penerus bangsa dalam berbagai dimensi yang meliputi: Pendidikan dan Kebudayaan, Kebutuhan Dasar, Ekonomi dan Kesehatan, Kehidupan Sosial, Politik dan Hukum, serta dua tambahan di tahun 2023 yaitu Lingkungan dan Pemilu. Indeks ini diharapkan bisa menginspirasi dan menjadi rujukan pemerintah, korporasi, maupun lembaga masyarakat dalam membuat kebijakan.

Secara keseluruhan, terdapat peningkatan optimisime yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Lima dimensi utama yang diangkat juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Survei ini berhasil memberikan contoh bahwa warga Indonesia terutama generasi mudanya masih memiliki pandangan yang optimis bagi kemajuan bangsa. Namun, apakah tidak ada celah yang bisa kita baca melalui indeks optimisme ini? Mari melihat kembali apa problem besar yang sedang dihadapi oleh bangsa ini.

Secara lebih mendalam ada beberapa poin yang perlu menjadi refleksi kritis tentang apa yang dikhawatirkan oleh anak muda bangsa ini. Pertama, adalah sebaran populasi dan responden yang kurang merata di setiap pulau. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa sebaran penduduk di Indonesia tidak merata di setiap pulaunya. Namun, paling tidak survey kuesioner yang ada berusaha menrepresentasikan persebaran penduduk Indonesia secara riil.

Paling tidak jumlah persentase di daerah BaliNusa (Bali, NTT, NTB) sekitar 5%, Kalimantan 6%, dan Sulampapua (Sulawesi, Maluku, Papua) sekitar 10% sesuai dengan persebaran penduduk menurut sensus penduduk tahun 2020. Hal ini bertujuan untuk mengakomodasi aspirasi putra-putra daerah yang memiliki tanggung jawab yang sama besarnya untuk masa depan bangsa.

Ditambah lagi hasil survei yang ada menunjukkan bahwa dareah Sulampapua memiliki tingkat optimisme yang lebih rendah daripada daerah lain terutama di bidang Ekonomi dan Kesehatan serta Kehidupan Sosial. Dengan menyetarakan persentase survei kawan GNFI dapat melihat represesentasi keadaan bangsa ini dengan lebih nyata dan realisitis.

Kedua, dalam beberapa dimensi kawan dapat membaca pesimisme yang mulai terlihat pada generasi muda. Membaca pesimisme yang ada bukan berarti menggaungkan hal buruk melainkan melihat kembali apa yang perlu dibenahi oleh bangsa ini. Dapat kita lihat pada dimensi keempat tentang etika bermedia sosial yang semakin baik. Generasi muda memandang hal tersebut dengan sangat rendah dibanding dengan indikator lain. Hal ini menandakan ada kegamangan tentang penggunaan sosial media yang sering terlihat mengeluarkan dampak negatif.

Dalam segi Politik dan Hukum, Generasi muda juga sangat skeptis dengan keberlansungan pemerintahan. Mulai dari masalah korupsi, pemerintahan yang bersih, dan keadilan penegak hukum menjadi kekhawatiran penerus bangsa. Tentu hal ini tak lepas daripada kenyataan bahwa keadaan pemerintah sedang tidak baik-baik saja di mata anak muda. Generasi muda pun juga mempertanyakan transparansi dan demokrasi dari pemilu yang akan terjadi di tahun 2024.

Ketiga, terkait permasalahan utama yang dihadapi bangsa ini, empat poin tertinggi diantaranya merupakan penyakit kronis yang perlu ditangani dengan cepat. Permasalahan pemerintahan yang tak lepas dari KKN (Korupsi, kolusi, nepotisme), pertumbuhan ekonomi yang cepat namun tak merata, problematika hukum yang belum adil, dan juga kesenjangan dan ketimpangan sosial yang masih terjadi.

Beberapa permasalahan yang ada ini merupakan bentuk pesimisme yang bukan didasarkan pada ketakutan tetapi kenyataan bahwa ada hal buruk yang terjadi di negara tercinta ini. Generasi muda sangat optimis menatap masa depan dengan berkaca pada survei yang keseluruhan belum ada yang menyentuh titik sangat pesimis, hanya netral.

Membaca apa yang dibutuhkan bangsa ini ke depannya tidak hanya perlu berangkat dari semangat optimisme saja tetapi juga dari kritik reflektif yang terjadi pada bangsa ini. Pesimisme yang mengkhawatirkan adalah titik berangkat dari problem yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dengan memahami dan mengenal problem tersebut, arah kebijakan negara bisa difokuskan untuk menyelesaikan masalah penting yang sedang dihadapi.

Semua itu dengan harapan menciptakan negara adil dan makmur yang menanamkan kesejahteraan bagi seluruh elemen masyarakat bahkan dunia. Generasi muda telah memahami hal tersebut dan dari situ lah kawan semua akan membangun negeri yang tercinta ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini