Inovatif, Siswa SMA Berhasil Ciptakan Bio-Baterai dari Ampas Tomat dan Kelapa

Inovatif, Siswa SMA Berhasil Ciptakan Bio-Baterai dari Ampas Tomat dan Kelapa
info gambar utama

Siswa yang tergabung dalam Tim Riset SMA Angkasa 2 Jakarta berhasil menciptakan baterai ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah rumah tangga sebagai bahan pengisi baterai.

Tim ini terdiri dari Raliq Akbar Dapalini (XII IPA 2), Maharani Putri Sutisna (XII IPA 5), Nabil Kamaruzzaman (XII IPA 5), Naufal Muzakki (XII IPA 2), dan Arsyad Wira Delovino (XI-1). Mereka berhasil mengidentifikasi kandungan ampas tomat dan kelapa yang berpotensi menjadi bahan pengganti karbon dalam baterai.

Menurut mereka, dengan pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat, limbah rumah tangga telah menjadi tantangan signifikan saat ini. Di samping itu, limbah baterai konvensional juga merusak lingkungan karena proses pembuatan baterai yang ditopang hasil penambangan mineral. Hal itu merusak ekosistem di sekitarnya, menjadi latar belakang hadirnya inovasi baterai ini.

"Tujuan kami menciptakan baterai ini adalah untuk meminimalisir limbah baterai dan limbah rumah tangga organik yang semakin meningkat setiap harinya, sekaligus, untuk memberikan solusi kepada masyarakat dan pemerintah tentang penyelesaian limbah sampah yang efisien," ujar Raliq selaku wakil tim.

Pangan dan Energi Masih Jadi Fokus Utama Penelitian BRIN

Proses Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen ini pun terbilang mudah. Tim hanya memerlukan alat seperti batang tembaga sebagai katoda, plat seng sebagai anoda, dan multimeter tester sebagai pengukur tegangan yang diperoleh pada pasta elektrolit, dan tang sebagai pembuka baterai. Selain itu, praktik juga memerlukan bahan seperti sampah organik, berupa belimbing wuluh, ampas kelapa parut, dan juga baterai bekas berukuran 1,5 volt.

Sebelum menghasilkan energi, belimbing wuluh yang busuk di jus terlebih dahulu oleh tim dan ampas kelapa parut dikeringkan lalu ditumbuk halus, kemudian semua bahan itu dicampurkan. Setelah bahan sudah tercampur rata, diukur elektrisitasnya menggunakan multimeter tester.

Setelah itu, bahan dipindahkan ke dalam baterai bekas dan akan diukur kembali elektrisitasnya menggunakan multimeter tester.

Hasil pengukuran pada multimeter tester menunjukkan tegangan sebesar 1,5 volt dengan posisi skala 1,5 volt pada alat pengukur. Angka tegangan yang dihasilkan menunjukkan bahwa bio-battery yang terdiri dari campuran belimbing wuluh dan ampas kelapa kering mampu menghasilkan tegangan listrik yang sebanding dengan baterai sel kering konvensional.

Hal ini mengindikasikan bahwa campuran tersebut dapat berfungsi sebagai bahan konduktif yang efektif dalam menghasilkan potensial listrik. Temuan ini memberikan dukungan tambahan terhadap potensi bio-battery sebagai alternatif yang layak dan berkelanjutan dalam mengatasi masalah limbah dan menghasilkan energi listrik.

Intip Sejarah Google yang Berulang Tahun Ke-25, Ternyata Hasil Proyek Penelitian Dua Mahasiswa?

“Tegangan dan arus listrik dalam penelitian ini dapat dijelaskan melalui prinsip kerja sel volta. Jika dua elektrode berbeda dimasukkan ke dalam larutan elektrolit, terjadi reaksi kimia yang menghasilkan energi listrik. Pada anoda (Zn), terjadi reaksi oksidasi, dan pada katoda (Cu), terjadi reduksi. Elektron berpindah dari anoda ke katoda. Dalam larutan elektrolit, muatan diangkut oleh kation ke katode dan oleh anion ke anode, terus berulang hingga menghasilkan energi listrik,” tambah Raliq.

Raliq pun berharap potensi bio-battery ini dapat terus dikembangkan lagi ke depannya, sehingga meningkatkan efisiensi dan kinerjanya di masa mendatang.

Tentang NASPO 2023

Atas inovasinya ini, tim riset SMA Angkasa 2 Jakarta berhasil meraih medali perak dalam ajang lomba NASPO (National Applied Science Project Olympiad) yang digelar pada tanggal 19—22 Desember 2023. Lomba ini merupakan kerja sama antara IYSA (Indonesian Young Scientist Association) dengan FSAD ITS (Fakultas Sains dan Analitika Data).

Peserta yang mengikuti acara ini berjumlah 926 tim serta diikuti oleh para pelajar, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA/K, dan Mahasiswa.

Pertamina Mau Bangun Resor 1.000 Kamar-Pusat Penelitian di IKN, Target Selesai 2024

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini