Panada dan Empanada, Jejak Spanyol dalam Kuliner Manado

Panada dan Empanada, Jejak Spanyol dalam Kuliner Manado
info gambar utama

Sama-sama setengah lingkaran dan digoreng, tapi bukan pastel. Asalnya dari Sulawesi, tapi bukan jalangkote. Namanya mirip, tapi bukan empanada yang populer dari Spanyol.

Itulah panada, kudapan khas Manado punya banyak kembaran dengan makanan dari Indonesia dan dunia melalui asal-usulnya.

Meski identik dengan pastel dan jalangkote, panada punya kekhasan pada tekstur dan isian. Adonan luar panada empuk dan tebal seperti roti, berbeda dengan kembaranya yang punya kulit tipis dan renyah.

Panada juga punya isian yang baku berupa suwiran ikan cakalang dengan bumbu pampis yang dibuat dari campuran bawang merah, cabai, daun bawang, daun jeruk, dan kemangi. Terkadang, ikan tuna dan tongkol juga digunakan sebagai alternatif. Sementara pastel punya isian yang beragam sesuai kreasi dari bihun, daging ayam, kentang, telur, dan wortel.

Perpaduan bagian roti yang manis dengan isian yang gurih dan pedas membuat panada menjadi salah satu makanan Manado yang paling banyak digemari. Terlebih lagi ketika usaha-usaha kuliner Manado berkembang di berbagai pelosok negeri.

Tidak hanya lezat, panada punya kisah unik melalui kaitanya dengan makanan Spanyol bernama empanada. Empanada yang berasal dari kosakata Spanyol empanar atau 'membungkus' berasal dari wilayah Galicia di utara Spanyol. Bukan sebuah kebetulan karena Spanyol memang memiliki sejarah di Indonesia khususnya di Sulawesi Utara.

Serupa Tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Pastel, Panada, dan Jalangkote

Sejarah Spanyol di Sulawesi Utara

Kehadiran bangsa Spanyol di Nusantara, seperti halnya bangsa Eropa lain, terkait dengan keberadaan rempah-rempah dari Kepulauan Maluku. Dahulu cengkeh dan pala yang bernilai yang sangat tinggi hanya tumbuh di pulau-pulau Maluku dengan letak yang dirahasiakan.

Spanyol sampai mencetak sejarah dengan membuat pelayaran pertama mengelilingi dunia (1519—1522) yang dipimpin Ferdinand Magellan dan Juan Sebastián Elcano, demi merintis rute menuju Maluku.

Spanyol kemudian berusaha bercokol di Sulawesi Utara yang menjadi titik strategis antara Maluku dengan Filipina di utara Sulawesi yang telah menjadi basis Spanyol. Beras yang menjadi komoditas dari wilayah Minahasa juga diincar sebagai sumber pangan bagi pasukan mereka (Dalidjo, 2022).

Namun, Negeri Matador tersebut harus berkompetisi dengan Portugis yang telah lebih dahulu aktif di Maluku dan Sulawesi Utara. Hubungan dengan penduduk setempat juga memburuk hingga menjadi perlawanan yang dikenal sebagai Perang Minahasa.

(22 April 1529) Perjanjian Zaragoza, Saat Portugis dan Spanyol Perebutkan Maluku

Belanda yang kemudian ikut serta dalam perlawanan berhasil membuat Spanyol menyingkir baik dari Sulawesi Utara maupun seluruh Nusantara. Nasib serupa dialami oleh Portugis yang kemudian hanya bertahan di wilayah yang kini menjadi Timor Leste.

Durasi Spanyol yang singkat, jika dibandingkan dengan Belanda, rupanya punya pengaruh yang bertahan di Bumi Nyiur Melambai, julukan Sulawesi Utara, hingga kini.

Warisan tersebut terlihat dari kesenian tari katrili hingga yang paling kentara dalam aspek kuliner. Spanyol diperkirakan menjadi bangsa pertama yang memperkenalkan cabai, dari wilayah kekuasaanya di Benua Amerika, ke Sulawesi Utara (Litbang Kompas, 2019).

Cabai kemudian menjadi bumbu krusial dalam kuliner setempat yang identik dengan citra rasa pedas. Jejak Spanyol dalam kuliner Manado juga terlihat dari keberadaan panada.

Panada dan Saudara Kembarnya dari Berbagai Negara

Empanada yang berasal Spanyol kemudian menjadi hidangan populer di negara-negara di Amerika dan Asia yang memiliki hubungan budaya dan sejarah melalui kolonialisme dengan Spanyol.

Meski sama-sama disebut empanada, masing-masing negara memiliki versi mereka sendiri dari bahan baku, cara penyajian, dan wujud. Jika empanada Spanyol (empanaga gallega) menyerupai pai segi empat, sebagian besar empanada di Amerika Latin berwujud setengah lingkaran seperti panada.

Kios makanan yang menjualnya disebut empanaderia. Empanada dapat digoreng atau dipanggang dengan isian yang beragam dari daging sapi, keju, sayuran, hingga kepiting.

Di Chile, empanada telah menjadi makanan nasional hingga ketika terjadi perubahan politik dalam negeri, Presiden Chile Salvador Allende menyebutnya sebagai 'revolusi yang dibumbui empanada dan anggur merah' (Neubauer, 2022).

Keindahan Tari Katrili dari Minahasa yang Berpadu dengan Gaya Eropa

Sampai-sampai terdapat Hari Nasional Empanada yang diperingati setiap 8 April di Amerika Serikat (AS), di mana empanada sangat digemari di wilayah Puerto Rico yang kental dengan budaya Spanyol. Para imigran dari Amerika Latin juga membawa serta tradisi kuliner ke negeri baru mereka dengan membuka empanaderia di seantero AS.

Sementara Filipina, negeri di utara Sulawesi yang dikuasai Spanyol selama 300 tahun, memiliki variasi empanada dari wilayah Ilocos dengan isian pepaya hijau.

Panada sebagai varian dari empanada juga menunjukan adaptasi dengan aspek-aspek lokal di Sulawesi Utara.

Isian ikan pada panada merupakan pemanfaatan sumber pangan dari laut yang melimpah berkat letak geografis daerah. Rasa panada yang pedas melalui cabai atau rica dalam bumbu pampis juga merupakan bentuk penyesuaian dengan lidah orang Minahasa, etnis mayoritas di Sulawesi Utara, yang punya istilah nimbole makan kalo ndak ada rica atau 'tidak bisa makan kalau tidak ada cabai.'

Referensi

Dalidjo, N. (2020). Sulawesi Utara- Rasa Pedas Minahasa dan Kemakmuran Emas Coklat. In Rumah di Tanah Rempah. Penjelajahan Memaknai Rasa dan Aroma Indonesia (pp. 355–379). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koppe, J. C. (2021, June 15). Filipino Food: What is the Ilocos Empanada?. Tatler Asia. https://www.tatlerasia.com/dining/food/ph-the-ilocos-empanada-what-is-it

Litbang Kompas. (2019). Seri Budaya Kuliner: Sengatan Pedas Minahasa. Penerbit Buku Kompas.

Neubauer, I. L. (2022, February 25). The hunt for Chile's best empanada. BBC News. https://www.bbc.com/travel/article/20161118-the-hunt-for-chiles-best-empanada

Rahman, F. (2016). Jejak Rasa Nusantara : Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FW
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini