Upacara Adat Mitoni, Tradisi bagi Para Ibu Hamil Suku Jawa

Upacara Adat Mitoni, Tradisi bagi Para Ibu Hamil Suku Jawa
info gambar utama

Indonesia dikenal sebagai salah satu bangsa yang memiliki banyak sekali upacara adat dari berbagai macam kebudayaan, salah satunya suku Jawa.

Seperti halnya suku bangsa lain yang ada di Indonesia, masyarakat Jawa juga memiliki beberapa macam upacara adat dan tradisi tertentu dalam berbagai momentum yang terjadi.

Salah satu upacara adat yang bisa Kawan jumpai di tengah-tengah masyarakat suku Jawa adalah tradisi Mitoni.

Tradisi Mitoni ini merupakan salah satu prosesi adat yang akan dilalui oleh para ibu hamil yang bersuku Jawa ketika kehamilannya sudah memasuki usia tujuh bulan.

Upacara adat ini biasanya diadakan sebagai salah satu perwujudan rasa syukur dari masyarakat Jawa terhadap kehamilan seorang perempuan, serta permohonan agar sang ibu dan bayi diberikan keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam artikel ini Kawan bisa mengetahui berbagai macam informasi terkait upacara adat yang satu ini, mulai dari pengertian, rangkaian, hingga makna di balik pelaksanaannya.

Oleh sebab itu, pastikan untuk membaca ulasan berikut hingga bagian akhir, ya, supaya Kawan bisa memahami setiap informasi yang ada di dalam artikel ini.

Ragam Upacara Adat Suku Jawa Mulai dari dalam Kandungan hingga Kematian

Apa Itu Upacara Adat Mitoni?

Muhammad Mustaqim dalam artikelnya di Jurnal Penelitian menjelaskan bahwa upacara adat Mitoni merupakan salah satu ritual selamatan dalam siklus hidup manusia yang diadakan oleh masyarakat Jawa.

Biasanya tradisi ini diadakan ketika seorang ibu hamil sudah memasuki usia kehamilan yang ketujuh bulan.

Pemilihan usia tujuh bulan kehamilan ini berdasarkan pada keadaan bayi yang ada di dalam kandungan yang dianggap sudah manggon atau keluar ke dunia.

Usia tujuh bulan kehamilan ini juga sesuai dengan asal kata Mitoni dalam Bahasa Jawa, yaitu 'pitu' yang berarti tujuh.

Tradisi yang juga dikenal sebagai Tingkeban ini biasanya diadakan oleh masyarakat Jawa pada Rabu atau Sabtu tanggal ganjil berdasarkan penanggalan kalender Jawa.

Pemilihan hari ini juga dilakukan sebelum bulan purnama muncul pada periode waktu tersebut.

Sementara itu, pemilihan hari pelaksanaan tradisi Mitoni di lingkungan Keraton Yogyakarta biasanya diadakan pada Selasa atau Sabtu sesuai dengan penanggalan Jawa.

Tingkeban, Makna Tradisi, dan Cara Penentuan Waktu Melakukannya Menurut Budaya Jawa

Rangkaian Upacara Adat Mitoni bagi Ibu Hamil Suku Jawa

Ilustrasi Rangkaian Upacara Adat Mitoni di Suku Jawa | warta.jogjakota.go.id
info gambar

Dikutip dari laman Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, terdapat empat rangkaian upacara adat Mitoni yang secara umum dilakukan oleh masyarakat suku Jawa, yaitu.

1. Siraman

Siraman merupakan prosesi yang dilakukan kepada ibu hamil yang disiram dengan menggunakan air yang berasal dari tujuh sumber berbeda.

Selain itu, proses penyiraman ini juga dilakukan oleh tujuh orang sesepuh yang berasal dari keluarga tersebut.

2. Ganti Busana

Setelah melewati Siraman, calon ibu akan menjalani prosesi ganti busana sebanyak tujuh kali atau yang dikenal juga dengan sebutan Pantes-pantes.

Pada rangkaian ini, calon ibu akan dikenakan kain dan kebaya sebanyak tujuh macam.

3. Brojolan

Rangkaian berikutnya dalam prosesi upacara adat Mitoni adalah Brojolan.

Pada saat prosesi ini, nenek dari calon bayi (dari pihak ibu) secara simbolik akan memberikan kelapa yang sudah dimasukkan di atas perut ibu bayi kepada nenek besan (dari pihak ayah).

Prosesi Brojolan ini menjadi simbol harapan agar proses lahiran dari bayi tersebut bisa lancar nantinya.

4. Slametan

Rangkaian terakhir dalam prosesi upacara adat Mitoni adalah Slametan.

Pada saat prosesi ini akan ada penyampaian doa yang dipimpin oleh pemangku acara sembari mengelilingi selamatan.

Nantinya, selamatan atau sesajian ini akan dibawa pulang oleh para tamu yang datang menghadiri acara tersebut.

Tradisi Tedak Siten, Upacara Adat si Buah Hati agar menjadi Sosok yang Sukses

Makna Tradisi Mitoni

Pada dasarnya, upacara adat Mitoni dilaksanakan oleh masyarakat Suku Jawa sebagai wujud rasa syukur atas kehamilan dari seorang ibu.

Selain itu, upacara adat ini juga diadakan sebagai bentuk harapan agar proses kehamilan hingga lahiran dari sang ibu maupun bayi bisa berjalan dengan lancar dan selamat.

Eko Setiawan dalam artikelnya di Jurnal al-Adalah juga menjelaskan terdapat nilai-nilai religius yang bisa dimaknai dari penyelenggaraan tradisi Mitoni.

Dirinya menjelaskan bahwa adanya unsur-unsur agama Islam yang diikutsertakan dalam prosesi upacara adat ini merupakan bentuk perwujudan permohonan hamba kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan demikian, nilai-nilai sakral yang ada dalam tradisi ini, baik dalam hal agama maupun adat bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat jika memaknai upacara Mitoni ini secara keseluruhan.

Sumber:
- Muhammad Mustaqim, "Pergeseran Tradisi Mitoni: Persinggungan Antara Budaya dan Agama" dalam Jurnal Penelitian, vol 11, no.1, 2017, hal. 119-140.
- https://www.kratonjogja.id/hajad-dalem/19-upacara-mitoni-tradisi-memuliakan-calon-ibu/
- Eko Setiawan, "Nilai Religius Tradisi Mitoni dalam Perspektif Budaya Bangsa Secara Islami" dalam al-Adalah, vol. 18, no. 1, 2015.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini