Tradisi Tedak Siten, Upacara Adat si Buah Hati agar menjadi Sosok yang Sukses

Tradisi Tedak Siten, Upacara Adat si Buah Hati agar menjadi Sosok yang Sukses
info gambar utama

Salah satu tradisi ritual dalam adat Jawa yaitu Tedak Siti atau Tedak Siten yang merupakan salah satu rangkaian ritual dalam peristiwa kelahiran. Tedak Siten dilaksanakan saat anak menginjak usia delapan bulan kalender Masehi.

Bagi orang tua yang melaksanakan tradisi ini biasanya mempunyai niat untuk berdoa kepada Sang Maha Pencipta agar anaknya kelak mempunyai sifat jujur, ahli ibadah, senang kepada ilmu, dan etos kerjanya tinggi. Ritual ini biasanya dilakukan saat bayi laki-laki mendekati usia tujuh bulan dan bayi perempuan mendekati usia enam bulan.

Upacara Tedak Siten merupakan upacara yang diperuntukan bagi bayi pada saat pertama kali diizinkan untuk menyentuh tanah atau menginjak bumi. Kebiasaan tersebut diadakan pada saat bayi sudah berumur sekitar 254 hari dan pada pagi hari di halaman depan rumah. Dalam tradisi Jawa disebut piton-piton (tujuh bulanan) dilaksanakan ketika bayi menginjakkan kakinya pertama kali ke tanah.

Sajian pokok yang wajib ada dalam acara Tedak Siten adalah jajanan berbahan kelapa yang diisi dengan gula merah atau gula jawa yang disebut sebagai mbel-mbel dalam bahasa Jawa. Selain itu, makanan tambahan dapat disesuaikan sesuai dengan keinginan, seperti tambahan buah pisang dan jajanan pasar lainnya.

Besale, Upacara Adat Suku Anak Dalam Memohon Kesembuhan

Proses Upacara Tedak Siten

Prosesi Pertama

Dimulai dengan bayi dimandikan oleh seorang tokoh masyarakat yang mahir dalam mengatur acara tersebut. Setelah dimandikan, bayi tersebut disiram dengan air yang diberi hiasan bunga dari setaman, yang beragam warnanya seperti bunga mawar. Bayi kemudian mengenakan pakaian baru dan topi dari janur kelapa sebelum akhirnya diberikan paha ayam untuk dipegang setelah selesai berdandan.

Prosesi Kedua

Bayi ditempatkan di dalam kandang ayam yang dihias dengan janur, dipangku oleh seorang anak kecil (sepupu dari si bayi). Ketika itu, seekor ayam dimasukkan ke dalam kandang, dan seorang pemandu acara menyebarkan beras berwarna kuning yang berisi uang kertas atau logam di atas kandang.

Kemudian, orang-orang di sekitarnya, baik yang muda maupun yang tua berusaha untuk mengambil uang yang tersebar di dekat bayi. Jika ia menangis, itu dianggap sebagai pertanda bahwa anak itu akan memiliki banyak rezeki di masa depan. Sementara prosesi memasukkan bayi ke dalam kandang menggambarkan kehidupan dewasa bayi itu kelak.

Selanjutnya, berbagai mainan atau benda yang menunjukkan profesi yang mungkin diminati bayi saat dewasa seperti stetoskop, buku tulis, pensil warna, gambar rumah, atau peralatan dapur, dan lain-lain diletakkan di dekatnya.

Bayi didekatkan dengan benda-benda tersebut dan akan merangkak untuk memilih salah satu, yang menggambarkan pekerjaan atau profesi yang mungkin akan dijalani oleh anak tersebut saat dewasa.

Mengenal 7 Upacara Adat Sunda Usai Kelahiran si Buah Hati

Prosesi Ketiga

Prosesi Tedak Sinten yang ketiga yaitu, bayi menginjakkan kakinya ke atas wajik (kue tradisional dari tepung ketan yang berwarna-warni. Ada tujuh potong wajik yang ditempatkan secara berurutan. Prosesi dimulai dengan bayi menginjakan kakinya pada tanah sebelum melangkah di atas wajik tersebut sambil diiringi dengan pembacaan sholawat Nabi.

Hal ini menggambarkan bagaimana dukungan keluarga terhadap bayi dalam menghadapi hari-hari yang akan datang. Ritual tersebut bertujuan untuk memberikan harapan agar bayi tersebut akan tetap gigih dalam mengejar impian dan tidak mudah menyerah.

Prosesi Keempat

Orang tua mendampingi bayi mereka ketika sang anak menginjakkan kakinya di atas tangga.

Adapun tangga terbuat dari pohon tebu yang daunnya berjumlah tujuh dan memiliki warna hitam yang bermakna menolak dan melindungi dari setan. Pohon tebu ini dilengkapi dengan uang kertas yang ditempel pada sisi pegangannya yang kemudian diambil oleh beberapa orang yang berebut untuk mengambilnya.

Prosesi Kelima

Pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh anggota keluarga sebagai bentuk rasa berterima kasih atas semua keberkahan yang telah diberikan kepada mereka selama ini. Kemudian, sayur-mayur di dalamnya menyimpan harapan agar kelak ia menjadi anak yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

Perlu Kawan GNFI ingat dalam pelaksanaan upacara adat Tedak Siten, di setiap daerah terkadang memiliki perbedaan dalam kegiatannya. Akan tetapi, pada umumnya acara Tedak Siten memiliki proses yang sama, yang membedakan mungkin kepercayaan masyarakat sekitar pelaksanaannya.

Referensi:

https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/jurnalPenelitian/article/download/22464/pdf

https://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/jf/article/view/17/13

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

VR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini