Bagaimana Jika Tradisi Membangunkan Sahur Menjadi Festival?

Bagaimana Jika Tradisi Membangunkan Sahur Menjadi Festival?
info gambar utama

Salah satu hal yang istimewa saat bulan Ramadan adalah adanya tradisi membangunkan sahur dengan mengelilingi desa. Biasanya orang-orang yang membangunkan sahur merupakan para remaja desa. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan tradisi tersebut juga turut diikuti oleh orang tua.

Tradisi membangunkan sahur ini memiliki sebutan yang berbeda-beda tiap daerahnya. Di Kabupaten Majalengka, tradisi membangunkan sahur disebut ngoprek. Di Cirebon, masyarakat lebih mengenal tradisi tersebut sebagai obrok-burok. Jika di Jakarta, khususnya Betawi, tradisi ini sebut sebagai ngarak bedug.

Sementara itu, di Jawa Timur, tradisi serupa disebut tektekan. Di Lampung, tradisi ini dikenal sebagai klote’an. Di Kawasan Kudus – Jepara, tradisi membangunkan sahur lebih dikenal sebagai tongtek.

Mengenal Tradisi Membangunkan Sahur Kala Ramadan di Berbagai Daerah Indonesia

Festival Tongtek

Tidak hanya dijadikan sebagai tradisi tahunan saat bulan Ramadan, upaya membangunkan sahur saat ini justru menjadi potensi wisata. Misalnya di Jepara, Jawa Tengah, tradisi membangunkan sahur atau biasa disebut tongtek menjadi festival yang menarik ribuan peserta hingga pengunjung dari luar kota.

Festival Tongtek di Jepara ini menjadi tradisi tahunan para pemuda Jepara. Tahun ini festival tersebut berhasil digelar Jumat (5/4/2024) oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) bersama GP Anshor Kota Jepara.

Festival ini digelar sangat meriah dengan adanya 23 peserta yang turut berpartisipasi dan mengeluarkan kreatifitas kelompok. Selain itu, ada pula tanjidor dan beberapa guest star untuk turut memeriahkan festival tersebut.

Sebagai informasi, kata tongtek muncul dari sebuah alat yang digunakan berupa kelompok alat musik tontongan/kentongan yang terbuat dari bambu. Alat tersebut jika dipukul akan mengeluarkan suara “tong” dan “tek”. Suara “tong” didapat dari instrumen tontongan yang bernada rendah dan “tek” didapat dari suara tontongan yang bernada tinggi.

Gurihnya Bubur Suro, Takjil Khas Ramadan yang Sudah Eksis sejak Zaman Sunan Bonang

Rontek di Pacitan

Hal menarik lainnya datang dari Kota Pacitan, Jawa Timur. Tradisi membangunkan sahur yang dikenal sebagai rontek bahkan telah menjadi bagian Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Tradisi tersebut juga menjadi bagian dari kesenian Kota Pacitan.

Penobatan rontek sebagai KEN tidak terlepas dari Pemkab Pacitan yang selalu konsisten menjadikan rontek sebagai festival yang turut menyedot pengunjung dari berbagai daerah. Festival ini biasanya digelar setahun sekali.

Tidak hanya sebagai upaya pelesatarian kesenian khas Pacitan, Festival Rontek juga dapat mendongkrak ekonomi masyarakat setempat.

Seni rontek berasal dari kata Ronda Tetek (Rontek). Ronda berarti aktivitas berjalan berkeliling untuk menjaga saat malam hari, kemudian tek-tek merujuk pada suara yang dihasilkan dari alat musik yang digunakan. Musik ini memanfaatkan bambu sebagai bahan baku karena warga saat itu tak mampu beli gamelan. Alat musik tek-tek ini sudah marak dijumpai sekitar tahun 1966.

Seiring berjalannya waktu, rontek tidak hanya melibatkan tek-tek kentongan, melainkan juga melibatkan berbagai instrumen musik lainnya.

Tahun lalu, Festival Rontek diselenggarakan oleh Disparbudpora bersama Diskominfo dengan tema “The Most Booming Heritage Culture”. Festival ini menampilkan keindahan visual custom, koreografi dan properti, serta harmonisasi musik tradisional dan kontemporer. Berbagai UMKM pun turut terlibat dalam festival tersebut.

Batam Wonderfood and Art Ramadan Resmi Tutup, Perputaran Uang Capai 2,8 Miliar

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini