Mengenal Suku Lampung Saibatin, Keunikan Budaya di Pesisir Lampung

Mengenal Suku Lampung Saibatin, Keunikan Budaya di Pesisir Lampung
info gambar utama

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat lebih dari 1.300 suku di Indonesia. Salah satunya adalah Suku Lampung Saibatin yang mendiami daerah pesisir Lampung yang membentang dari timur, selatan, hingga barat.

Dalam kehidupan sehari-hari, Suku Lampung Saibatin mempertahankan tradisi dan mempersembahkan berbagai ritual dan upacara yang menggambarkan identitas suku mereka yang unik. Yuk, simak informasi selengkapnya dalam artikel ini.

8 Makanan Khas Suku Mentawai, Eksotik dan Melegenda

Mengenal Suku Lampung Saibatin

Di Provinsi Lampung, terdapat dua kelompok adat besar yang memiliki ciri khas berbeda, yaitu Masyarakat Adat Pepadun dan Saibatin. Suku Lampung Saibatin, dipercaya telah ada sejak abad ke-12 SM, dan mendiami wilayah pesisir Lampung Timur, Lampung Selatan, Bandar Lampung, Pesawaran, Tanggamus, dan Lampung Barat.

Kata "Saibatin" memiliki arti sebagai "satu batin" atau "memiliki satu junjungan" mencerminkan tatanan sosial mereka yang dipimpin oleh satu raja adat di setiap generasi, melambangkan persatuan dan kepemimpinan yang kuat.

Sistem kekerabatan patrilineal juga mewarnai adat dan tradisi Suku Lampung Saibatin. Patrilineal, yaitu garis keturunan dihitung dari ayah. Budaya mereka juga memiliki unsur aristokratis yang kuat, karena posisi adat hanya dapat diwariskan melalui jalur keturunan. Jadi, tidak ada upacara khusus dalam tradisi Lampung Saibatin yang dapat mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.

Suku Kajang, Dinobatkan sebagai Penjaga Hutan Tropis Terbaik di Dunia

Ciri Khas dan Budaya Suku Saibatin

Suku Lampung Saibatin juga mmenjaga ciri khas dan budaya yang yang unik. Berikut beberapa ciri khas dan budaya suku Saibatin.

1. Bahasa

Melansir jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang berjudul Tradisi Pemberian Adok pada Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Negeri Ratu Kabupaten Tanggamus, Suku Lampung Saibatin menggunakan dialek bahasa “Api” atau berlogat “A” yang disebut dialek Api.

2. Pakaian Adat

Pakaian adat mereka berwarna merah menyala, melambangkan keberanian dan semangat. Pengantin pria menggunakan tutup kepala dengan ikat pukuk atau kikat, dengan baju berwarna putih lengan panjang ditutup jas, dan ditambah aksesoris keris yang disisipkan di pinggang sebelah kanan.

Sementara itu, sang wanita mengenakan pakaian kawai maju yang terbuat dari beludru dengan motif bunga yang cantik. Mereka juga menghiasi leher atau lengan dengan beberapa aksesoris, seperti kakalah bangkang atau buah jukun, serta papan jajar atau bulan tananggal.

Wanita juga memakai mahkota kepala yang disebut siger (sigekh), yang memiliki tujuh lekuk atau pucuk (sigokh lekuk pitu). Tujuh pucuk ini melambangkan tujuh adoq, yaitu suttan, raja jukuan atau depati, batin, radin, minak, kimas, dan mas. Keduanya memakai selendang kain putih atau kuning dari kain limar.

3. Awan Gemisir (Awan Gemisikh)

Awan Gemisir merupakan salah satu tradisi arak-arakan dalam prosesi pernikahan adat Suku Lampung Saibatin. Tradisi ini sarat makna dan keindahan, mencerminkan kekayaan budaya masyarakat Lampung.

4. Rumah Adat

Mahanyuk'an adalah model rumah tradisional yang berasal dari masyarakat Lampung Saibatin, yang memiliki atap berbentuk piramida yang dihiasi dengan ukiran indah di sekelilingnya. Rumah ini dibangun menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, dan ijuk. Mahanyuk'an memiliki ruang dalam yang luas, termasuk ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan ruang keluarga.

Tradisi Pemberian Adok

Salah satu warisan budaya yang dipegang teguh oleh golongan Saibatin dan Pepadun adalah tradisi pemberian adok. Setiap golongan memiliki tata cara pelaksanaan yang unik dalam memberikan adok, yang merupakan bagian integral dari identitas dan keberlangsungan budaya mereka.

Adok dalam adat Lampung memiliki peran yang penting dalam membedakan hak dan kewajiban seseorang. Setiap gelar adok memiliki tugas dan fungsi yang berbeda. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki gelar pangeran dalam adat Saibatin menduduki kursi tahta tertinggi. Gelar tersebut biasanya diberikan kepada putra dari penyimbang adat atau Saibatin yang telah menikah.

Menukil jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang berjudul Tradisi Pemberian Adok pada Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Negeri Ratu Kabupaten Tanggamus, adok adalah gelar yang diberikan dalam konteks pelaksanaan adat, dan memiliki makna sebagai panggilan keluarga terhadap seseorang, baik laki-laki maupun perempuan yang telah menikah.

Proses pemberian adok kepada seseorang harus disetujui dan disepakati oleh keluarga dalam satu keturunan, dengan mempertimbangkan status dan kedudukan yang dimiliki oleh yang bersangkutan dalam keluarga. Selain itu, pemberian adok juga mengacu pada adok nama dalam garis keturunan dua atau lebih ke atas secara genologis.

Dalam masyarakat adat Lampung Saibatin, pemberian adok tidak dilakukan secara langsung kepada seseorang, melainkan harus melalui proses di dalam kesatuan masyarakat adat yang disebut ke-sebatinan. Individu yang akan diangkat sebagai sebatin haruslah merupakan keturunan laki-laki tertua secara langsung di dalam masyarakat setempat.

Pemberian adok dilakukan seiring dengan upacara resepsi perkawinan di masyarakat Lampung Saibatin. Sebelum adok diberikan, seseorang yang ditunjuk sebagai penyampai akan membacakan silsilah dalam bentuk sastra lisan Lampung, yang disebut "ngumun", seperti membacakan silsilah keturunan dari kedua mempelai.

Hakikat utama dari pemberian adok adalah untuk menciptakan ketentraman dalam struktur adat dan istiadat tersebut. Selain itu, memiliki adok dalam sebuah adat istiadat juga membawa peran dan tanggung jawab yang besar. Memegang adok berarti memiliki tanggung jawab untuk mengayomi orang-orang di sekitarnya, memperhatikan masyarakat di bawah tanggung jawabnya, mulai dari pangeran yang tertinggi hingga layang pada tingkat yang terendah.

Tingkatan dalam struktur adat bukanlah sekadar tujuan atau gengsi yang dikejar, melainkan mencerminkan seberapa besar peran dan tanggung jawab seseorang dalam menjaga masyarakat di lingkungan adat tersebut.

Sumber:
https://indonesia.go.id/mediapublik/detail/2071
https://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/download/19830/pdf#:~:text=Pada%20masyarakat%20adat%20Lampung%20Saibatin,laki%20tertua%20pada%20masyarakat%20setempat
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/masyarakat-adat-lampung-saibatin/
https://digilib.unila.ac.id/23827/3/3.%20SKRIPSI%20FULL%20Tanpa%20Bab%20Pembahasan.pdf
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=1124

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AI
AS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini